|

Eco Enzim Sterilkan Masjid Musanif

Seorang relawan Eco Enzim menyemprot bagian kamar mandi Masjid Musanif Komplek Perumahan Cemara Asri di kawasan Jalan Cemara Medan, Minggu (22/03/2020). Foto Ist 
Medan- Ternyata, Wagubsu Musa Rajekshah lebih memilih Eco Enzim untuk mensterilkan Masjid Musanif di Komplek Cemara Asri kawasan Jalan Cemara Medan dari beragam bakteri, jamur dan virus. Bekerjasama dengan Yayasan Budaya Hijau Indonesia, larutan berbahan ramah lingkungan itu disemprotkan di seluruh areal Masjid sejak Jumat (20/03/2020) usai Sholat Isya hingga Minggu (22/03/2020) siang.  

"Beberapa hari lalu, kita bersama beberapa relawan Eco Enzim yang berada di bawah naungan Yayasan Budaya Hijau Indonesia bertemu dengan Wagubsu, Bapak Musa Rajekshah dan Sekda, Ibu Sabrina di Kantor Gubernur. Salah satu pertemuan itu, membahas pemanfaatan Eco Enzim untuk meminimalisir penyebaran Covid-19 (Corona virus desease 19, red)," ungkap Ir John Albertson Sinaga yang saat itu memimpin relawan bertemu dengan Wagubsu dan Sekda Provsu, di sela aktivitasnya mengawasi proses penyemprotan di areal Masjid Musanif, Minggu (22/03/2020) pagi.   

Ia mengklaim, pihak Yayasan Budaya Hijau Indonesia merupakan organisasi yang gencar mengampanyekan penggunaan produk berbahan ramah lingkungan. Bahkan, sejak setahun terakhir, pihaknya melakukan demo plot (demplot) beragam pertanaman pangan dan sayur organik di areal seluas 0,5 hektar di lahan yang terdapat di belakang Mapoldasu, kawasan Jalan SM Raja Medan. Menerapkan multi komoditas tumpangsari dan tumpang gilir tanam, di areal relatif terbatas itu ditanam pisang barangan merah, pisang kepok kuning, pisang kepok tanjung, jagung yang telah panen perdana beberapa waktu lalu, cabai merah, semangka, bawang putih dataran rendah dan kacang Edamame. Semuanya, menurut John Albertson, tidak menggunakan pupuk kimia dan pestisida.

"Kita gunakan Eco Enzim dan bahan organik lainnya di tanaman, dan hasilnya sangat memuaskan," tegasnya.

Satu hal yang mendorong pihaknya untuk ikut terlibat dalam upaya meminimalisir penyebaran Covid-19, melalui pemanfaatan Eco Enzim. Apalagi, selama ini, pihak Yayasan Budaya Hijau Indonesia, melalui relawan Eco Enzim telah merasakan manfaat menggunakan produk alami tersebut.

"Selain bisa digunakan sebagai anti-septik alami di rumah, Eco Enzim juga efektif membersihkan air tanah, meminimalisir polusi udara dan menjadi zat penyubur tanaman secara organik," papar John Albertson.

Dikemukakannya, cairan dari fermentasi sampah dapur itu berwarna coklat muda dan memiliki bau hasil fermentasi yang khas. Menariknya, residu enzim yang terserap dalam tanah akan mampu membersihkan air sungai, bahkan laut.

"Eco Enzim bisa dibilang sebagai cairan pembersih serba-guna. Hanya saja, masih sedikit yang memanfaatkannya untuk mendukung keperluan sehari-hari," ujarnya.

John menjelaskan, Eco Enzim merupakan hasil penelitian Founder Asosiasi Pertanian Organik (Organic Agriculture Association) dari Thailand, Dr Rosukon Poompanvong, selama 30 tahun lebih, dan telah teruji sebagai 'cairan ajaib' multi-manfaat.

Wagubsu Musa Rajekshah bersama para relawan Eco Enzim usai kegiatan penyemprotan di Masjid Musanif, Minggu (22/03/2020). Foto Ist
Lebih lanjut dikatakan, proses pembuatan Eco Enzim tergolong mudah dan murah, yakni menggunakan bahan dari sampah organik berupa sayuran atau pun kulit buah segar, berikut molase (air gula, red) dan air yang tidak mengandung kaporit. Bila menggunakan air PAM, pihaknya menyarankan untuk mengendapkannya terlebih dahulu selama tiga hari, sebelum digunakan.

"Untuk sampah organik, jangan gunakan yang sudah busuk, berjamur atau pun terkena minyak. Begitu juga molase, bisa digantikan dengan gula coklat atau pun gula aren," urainya.

Mengenai cara pembuatannya, John Albertson menyatakan, tiga bahan tersebut dicampur dengan perbandingan 1:3:10. "Maksudnya perbandingan 1 untuk molase, 3 untuk sampah organik dan 10 untuk air," tukasnya.

Ditambahkan, ketiga bahan yang telah dicampur tersebut dimasukkan dalam wadah plastik tertutup rapat berukuran besar seperti drum atau pun tempat menyimpan kerupuk, agar tidak ada udara yang masuk, dan biarkan selama tiga bulan, sehingga terjadi proses fermentasi. Guna menghindari tekanan gas yang dihasilkan selama terjadi proses fermentasi, disarankan untuk membuka tutup wadah setiap hari.

"Selama dua minggu pertama, buka tutup wadah untuk mengeluarkan gas yang dihasilkan dari proses fermentasi itu," paparnya lantas menyarankan, sebaiknya tidak mengisi penuh wadah plastik yang digunakan dalam membuat Eco Enzim, serta meletakkan wadah di tempat sejuk dengan ventilasi baik dan menghindarkannya dari sinar matahari secara langsung.

Hebatnya lagi, kata John Albertson, cairan Eco Enzim tidak memiliki masa kadaluarsa. Bahkan, bila semakin lama dipanen, maka kualitasnya kian baik. "Cairan ini sangat bermanfaat dan aman untuk digunakan," sebutnya.

Dalam pertemuan dengan relawan Eco Enzim beberapa waktu lalu, Wagubsu Musa Rajekshah menyambut positif kehadiran Yayasan Budaya Indonesia yang memanfaatkan bahan alami serta ramah lingkungan.

"Saya sepakat bila kita memanfaatkan bahan alami yang ramah lingkungan dalam kehidupan sehari-hari, agar tidak membahayakan kesehatan," ucapnya kala itu.

Berdasarkan pengamatan, sejumlah relawan dibantu pihak Masjid Musanif melakukan penyemprotan ke seluruh areal Masjid yang tergolong luas tersebut. Sesekali, terdengar teriakan relawan yang meyakinkan para jamaah agar tidak perlu menghindar dari semprotan cairan itu karena berbahan ramah lingkungan.

"Insha Allah kalau cairan yang disemprotkan ini kena baju atau pun anggota tubuh lainnya, tidak apa-apa, Pak Haji, karena bahannya ramah lingkungan," teriak para relawan.

Sejumlah relawan Eco Enzim dipimpin Ir John Albertson Sinaga (baju batik, dua dari kiri) berdialog dengan Wagubsu Musa Rajekshah dan Sekda Provsu, Hj Sabrina di Kantor Gubernur kawasan Jalan Diponegoro Medan, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Seakan tidak percaya, seorang relawan kemudian seolah melakukan atraksi dengan mengarahkan ujung alat penyemprot yang digenggamnya ke arah badannya. Sontak salah seorang jamaah segera mendekat dan mencium aroma gula dari hasil semprotan itu.

"Kok aromanya seperti gula ya," tanyanya kepada relawan itu.

Setelah dijelaskan, salah satu bahan cairan Eco Enzim itu adalah molase, jamaah itu pun langsung percaya dan kemudian berlalu dari areal Masjid Musanif. Fey
Komentar

Berita Terkini