"Pupuk kimia merusak lahan pertanian, dan Pemerintah Provinsi Sumatera Utara siap membantu petani mendapatkan pupuk organik," tegasnya dihadapan ratusan warga Nagori Maligas Bayu dan Nagori Mancuk Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun yang hadir dalam kegiatan Gerakan Panen Padi, Tanam Jagung dan Panen Cabai, Senin (9/12/2019).
Ia berjanji segera membangun rumah kompos yang akan menghasilkan pupuk organik untuk kebutuhan petani di kawasan itu, melalui program kerja Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH). Sebagai bahan baku untuk pembuatan pupuk organik, pihaknya berupa menyinerjikan program kerja Dinas TPH dan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, melalui bantuan ternak lembu dan kambing/domba.
"Harus ada sinerji program kerja di antara dua Organisasi Perangkat Daerah yang terkait dengan pertanian agar kesejahteraan petani meningkat dari sebelumnya," ujarnya.
Selain bisa dijadikan bahan baku pembuatan pupuk organik, kata Gubsu Edy, ternak bantuan pemerintah itu bisa menjadi sumber penghasilan petani. Hal ini disebabkan, permintaan lembu dan domba di pasar internasional masih tergolong tinggi.
Padahal, luas wilayah Provinsi Sumut tergolong luas dan bisa dimanfaatkan untuk lokasi peternakan lembu atau pun domba.
"Kita harus bisa memanfaatkan peluang pasar ini untuk meninggkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Utara," sebutnya.
Gubsu mengklaim, saat ini masih terus membenahi seluruh lini yang berkaitan di sektor pertanian, mulai ketersediaan benih, penggunaan pupuk organik hingga pemasaran hasil panen. Harapannya, para petani tidak perlu lagi memikirkan kebutuhan untuk melakukan budidaya pertanian.
"Bila ini semua sudah terwujud, tidak akan ada lagi keresahan di kalangan petani saat pupuk bersubsidi minim pasokan atau pun harga panen yang berfluktuasi," tuturnya.
Ia mencontohkan kebijakan Kementerian Pertanian (Kementan) yang menghentikan tambahan realokasi pupuk bersubsidi karena sisa dana yang tersedia senilai Rp2.174.915.346.000 dari total anggaran Rp 29.503.224.800.000, diblokir sementara beberapa waktu lalu, menuai keresahan petani.
"Seandainya petani telah memanfaatkan pupuk organik, keterbatasan pasokan pupuk bersubsidi tidak akan meresahkan mereka lagi," urainya.
Benih varietas Bisi menjadi pilihan dalam kegiatan Gerakan Tanam Jagung di Nagori Maligas Bayu dan Nagori Mancuk Kecamatan Hutabayu Raja Kabupaten Simalungun, Senin (9/12/2019). Foto Fey |
Kadis TPH Provsu, Ir Dahler Lubis MMA, yang ditemui disela-sela kegiatan menyatakan, pemilihan lokasi panen dan tanam jagung di Nagori Maligas Bayu dan Nagori Mancuk dinilai tepat. Memiliki luas areal pertanian mencapai 500 ha, produktivitas padi di kawasan ini tergolong tinggi, yakni berkisar 7 ton per hektar.
"Dilihat dari tampilannya, produktivitas padi yang baru dipanen tadi diperkirakan di atas tujuh ton per hektar," ucapnya yang saat itu didampingi Kabid Tanaman Pangan, Juwaini SP MMA, Kabid Sarana dan Prasarana, Jonni Akim Purba, Plh Kabid Hortikultura, Ir Bahruddin Siregar MM, Plh Kabid Penyuluhan, Sutarman dan Kepala UPT BPSB, Ir Julia Hutahaean.
Mengenai ketiadaan realokasi pupuk bersubsidi lagi, Dahler menyerahkan kebijakan itu ke Kementan. Hal ini disebabkan, usulan penambahan alokasi pupuk bersubsidi telah diajukan pihaknya.
“Kami terus berupaya agar pupuk bersubsidi tersedia alokasinya melalui koordinasi dengan Direktorat Pupuk dan Pestisida Kementan, agar kebutuhan di tingkat petani terpenuhi," tandasnya. fey