|

Ayo Mampir ke Saung 'Tyto Alba'

Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas TPH Sumut, Marino (membelakangi kamera) bersama sejumlah staf  berdiskusi dengan seorang pehobi tanaman anggur yang berkunjung ke Saung 'Tyto Alba', Selasa (28/09/2021) siang. Foto Fey

Medan- Banyak cara merajut kebersamaan demi menggapai kenyamanan bekerja. Saung Tyto Alba (Rumah burung hantu, red) yang berada di halaman tengah Kantor UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, merupakan salah satunya.

“Saung Tyto Alba ini bisa menggambarkan kebersamaan para personil yang bertugas di UPT Perlindungan,” ungkap Kepala UPT PTPH, Marino, saat bersantai dengan sejumlah anggotanya di saung berukuran 4x4 meter persegi itu, Selasa (28/09/2021) petang.

Ia mengemukakan, ide pendirian Saung Tyto Alba ini berawal saat melihat tanaman jambu air yang berada di halaman tengah tidak lagi menarik dipandang mata.

“Usia tanaman jambu itu cukup tua dan tinggi serta buahnya juga masam,” dalihnya.

Berbagai upaya yang dilakukan untuk merawat tanaman jambu air tersebut tidak membuahkan hasil memadai. Atas kesepakatan bersama, beberapa bulan lalu diputuskan untuk menggantikannya dengan sesuatu yang lebih menarik dan bermanfaat.

“Saya berpikir untuk membuat tempat mengobrol dengan suasana santai di luar ruangan kerja,” papar Marino.

‘Rapat dadakan’ segera dilakukan dengan sejumlah personil yang dianggap mewakili rekan sejawat lainnya di UPT PTPH Dinas TPH Sumut. Ada Kasubbag Tata Usaha, Sa'adi, Kepala Seksi Pengamatan dan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim, Amran, Kepala Seksi Pengamatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan, Rukito, serta staf bagian keuangan, Sukirno.

Hasilnya, disepakati untuk membuat tempat bersantai yang bernuansa kekinian, namun simpel. Konsep segera disusun. Gerak cepat itu menghasilkan rangka bangunan bertiang besi plus meja kecil berbahan keramik di tengah bangunan dan empat tanaman anggur berbagai varietas di setiap sudut luar. Dalam hal ini, Marino ikut andil dalam pemberian kain tirai putih menyerupai kelambu sebagai penutup di bagian atas rangka bangunan tanpa dinding tersebut.

“Biar kelihatan menarik saja, sekaligus menghalangi sinar matahari secara langsung sambil menunggu tumbuhnya daun-daun anggur,” tutur pria bertubuh langsing ini.

Seakan tidak mau kalah dengan sejawatnya, giliran Rukito, mengusulkan adanya rumah burung hantu sebagai mahkota bangunan bertiang besi itu. Sebagai pernak-pernik tambahan, dibuat kotak perangkap tikus yang menempel di meja.  

"Justru, rumah burung hantu itu menginspirasi kita untuk memberi nama tempat bersantai ini dengan Saung Tyto Alba, nama latin dari burung hantu," sebut Marino.

Sementara, Amran yang didapuk sebagai penanggung-jawab 'proyek ikonik' itu mengaku menanam empat varian anggur, masing-masing CRV, Gost V, Coecela dan Jupiter. 

"Tanggal 1 Oktober 2021 nanti, usia tanaman anggur ini tepat tiga bulan," tukasnya lantas menargetkan, tanaman anggur akan mulai berbuah di usia tujuh bulan.

Kendati tanaman anggur belum berbuah, namun Saung Tyto Alba telah digunakan untuk beragam keperluan. Hal itu dibenarkan Kasubbag Tata Usaha, Sa'adi.

"Bapak Kepala UPT sering mengajak kami berdiskusi seputar pekerjaan di saung ini sambil minum kopi atau teh. Beberapa kali, tamu yang datang juga diajak mengobrol di Saung Tyto Alba," ujarnya. Fey

Komentar

Berita Terkini