“Gubernur Sumatera Utara, Bapak Bobby Afif Nasution, sudah mengarahkan agar terus melakukan penelitian benih padi hibrida varietas unggul lokal untuk dikembangkan di Sumatera Utara,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, H Rajali, melalui Sekretaris Dinas, Yusfahri Perangin-angin, di ruang kerjanya, pekan lalu.
Saat ini, lanjutnya, Sumut telah memiliki benih padi hibrida varietas unggul lokal, masing-masing Sigambiri Merah (dataran tinggi) dan Sigambiri Putih (dataran rendah). Diharapkan, pengembangan benih padi hibrida lokal tersebut meningkatkan produksi padi Sumut, sehingga mampu memenuhi kebutuhan benih padi para petani setempat, sekaligus meminimalisir ketergantungan pasokan benih dari daerah lain.
“Dua varietas padi ini tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman padi, serta memiliki potensi hasil lebih banyak,” paparnya yang saat itu didampingi Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Ketapang TPH Sumut, Akmal Syahputra.
Yusfahri mengklaim, beragam program dan bantuan, baik bersumber dari APBD maupun APBN, seperti benih dan pupuk, serta perbaikan irigasi, menjadi salah satu bukti komitmen Pemprov Sumut untuk mewujudkan swasembada pangan di negeri ini.
“Pengembangan benih padi hibrida lokal merupakan bagian dari upaya Sumatera Utara mewujudkan swasembada pangan nasional, melalui peningkatan produksi padi sekaligus meminimalisir ketergantungan terhadap impor,” tuturnya.
Terkait hal itu, Yusfahri mengakui, keberadaan para penangkar benih padi di daerah ini sangat berperan penting dalam memperbanyak sekaligus mendistribusikan benih padi varietas unggul kepada para petani. Untuk itu, pihaknya terus berupaya meningkatkan jumlah penangkar agar ketersediaan benih padi di Sumut mampu memenuhi kebutuhan para petani.
“Kita terus berupaya mengimbau para petani padi dan pihak lain untuk menjadi penangkar benih karena hasilnya lebih menjanjikan ketimbang sekadar menjual padi untuk dikonsumsi,” sebutnya.
Sementara, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut, HM Juwaini, diwakili Sub-Koordinator Perbenihan dan Standarisasi Bidang Tanaman Pangan, Mugiono, menyatakan, para kelompok tani penangkar benih padi memang sangat berperan penting dalam mewujudkan kemandirian benih padi di Sumut. Hal ini mengingat, mayoritas petani di Sumut masih mengharapkan pasokan benih padi dari daerah lain setiap musim tanam dimulai. Satu hal yang mendorong pihaknya terus mengimbau para petani dan pihak swasta untuk menjadi penangkar benih padi.“Saat ini, rata-rata produksi benih padi setiap penangkar berkisar 4 ton per hektar per musim tanam, atau sebanyak 8 ton per hektar per tahun,” urai Mugiono.
Dikemukakannya, pemberian bantuan, baik dalam bentuk barang ataupun uang yang langsung ditransfer ke rekening poktan penangkar, menjadi salah satu cara agar para penangkar benih padi bersemangat dalam menggeluti usahanya. Sejak beberapa tahun terakhir, sejumlah poktan penangkar telah mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Baru tahun ini saja yang tidak ada bantuan untuk poktan penangkar karena efisiensi keuangan pemerintah,” tukasnya.
Mugiono memperkirakan, produksi benih padi Sumut belum mampu memenuhi kebutuhan pertanaman padi yang ditargetkan mencapai 800 ribuan ha selama tahun 2025. Berdasarkan data yang dihimpun pihak Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sertifikasi Benih Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Ketapang TPH Sumut, terdapat sebanyak 30 orang penangkar benih padi di Sumut, dengan lahan penangkaran seluas 1.368 Ha selama tahun 2025. Bila dikalkulasi, para penangkar tersebut hanya memproduksi sebanyak 10.944.000 kilogram, setara 10.944 ton benih padi selama tahun 2025. Padahal, untuk pertanaman seluas 800 ribu ha, dibutuhkan benih padi sebanyak 20 ribu ton, jika diasumsikan setiap hektar membutuhkan 25 kilogram benih padi.
“Sumatera Utara masih kekurangan benih padi sebanyak hampir 10 ribu ton lagi di tahun 2025, sehingga harus bisa diminimalisir dengan tumbuhnya para penangkar benih padi di daerah ini,” tandasnya. Fey