|

Sepenggal Kisah Kebun Anggur Kolam Koki

Pemilik Kebun Anggur Kolam Koki, Sukirno (kaos biru), bersama Kepala Desa Sidodadi Ramunia, Sudarsono, dan anggota Komunitas Anggur Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Foto Fey
Deliserdang – Kebun Anggur Kolam Koki di kawasan Dusun Cempaka Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, sukses mengubah mindset (cara berpikir, red) warga setempat yang selama ini hanya mengandalkan tanaman sayur-mayur, selain padi dan jagung, untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga, melalui pertanaman anggur.

Sepenggal kisah Kebun Anggur Kolam Koki ini bergulir dari sosok pria bernama Sukirno. Meski menyandang gelar Sarjana Ekonomi, namun ia justru sukses mengembangkan tanaman anggur di tempat tinggalnya. 

“Awalnya saya tertarik dengan tanaman anggur yang ada di halaman depan kantor,” ungkap pria yang kesehariannya menjabat sebagai Kepala Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit (PHP) Tanjungmorawa, di Kabupaten Deliserdang, ini, saat disambangi di kediamannya, Jalan Dusun Cempaka No 227 Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, beberapa waktu lalu.

Saat itu, sekira tahun 2021, dirinya masih bertugas di Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan (UPTD PTPH dan PMKP) Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, kawasan Jalan AH Nasution Medan. Kebetulan, Kepala UPTD PTPH dan PMKP Sumut, H Marino, bersama perwakilan personil di kantor tersebut merencanakan ‘Proyek Ikonik’ dengan membuat tempat untuk  mengobrol saat bersantai di luar jam kerja bernama Saung Tyto Alba di halaman depan kantor tersebut. Sebanyak empat batang bibit anggur varietas Jupiter, Ghospy, CRV dan Coecela, ditanam pada setiap sudut tenda berukuran 4x4 meter persegi, sebagai hiasannya.

“Melihat pertumbuhan tanaman anggur itu, saya penasaran apakah nanti bisa berbuah, sehingga timbul niat untuk menanamnya sendiri di pinggiran kolam ikan, di antara tanaman cabai merah yang selama ini ditanam, di belakang rumah,” tuturnya.

Rasa penasaran terhadap tanaman anggur tersebut menyebabkannya terus mencari referensi, baik secara langsung bertanya kepada pehobi maupun dari media sosial. Hasilnya tidak sia-sia. Tanaman anggurnya mulai berbuah, sesuai harapannya. 

Keberhasilan itu kian mengukuhkan semangatnya untuk menggusur tanaman cabai di pinggiran kolam ikan hias dan menggantinya dengan tanaman anggur. Ia yang selama puluhan tahun menggeluti usaha kolam ikan hias, mulai mengalihkan perhatian ke tanaman anggur.

“Kalau tanaman anggur dirawat secara serius, pasti akan berhasil,” tekatnya kala itu.

Perlahan tapi pasti, koleksi tanaman anggurnya semakin bertambah hingga puluhan varietas di lahan seluas 18 rante, di sela deretan kolam ikannya. Seakan tidak ingin menghilangkan identitas awalnya sebagai peternak ikan, Sukirno memilih nama ‘Kebun Anggur Kolam Koki’ sebagai label usaha perkebunan anggurnya itu. Hal itu yang membuat sejumlah warga tertarik untuk mengikuti jejaknya dalam bertanam anggur. Apalagi, dengan perawatan yang baik, termasuk pemangkasan dan pemupukan, tanaman anggur bisa berbuah dalam kurun waktu delapan bulan.

“Saya sangat senang karena akan bisa meningkatkan kesejahteraan keluarga mereka dari hasil bertanam anggur,” ujarnya.

Betapa tidak, dengan menggunakan konsep petik sendiri, kebun anggur tersebut menjelma menjadi magnet yang mampu mendatangkan pengunjung, tidak hanya warga dusun setempat, tapi juga dari berbagai penjuru wilayah. Mematok harga Rp80 ribu per kilogram, setiap pengunjung menikmati sensasi memetik anggur langsung, seperti yang selama ini hanya bisa dilihat di media sosial. 

Tidak hanya itu, banyak juga pengunjung yang datang untuk sekadar berswafoto. Satu hal yang membuat kondisi tanaman anggur menjadi ‘teraniaya’ karena tanpa sengaja terinjak kaki pengunjung, atau pun pertumbuhan tanaman anggur menjadi terganggu akibat ulah usil tangan orang tak bertanggung-jawab. Konsekuensi dari hal itu, pihaknya terpaksa menerapkan tarif masuk ke lokasi kebun anggur senilai Rp5.000 per orang sebagai pengganti biaya perawatan.

“Dulu awal-awalnya, setiap minggu bisa ratusan pengunjung yang datang. Kalau sekarang hanya berkisar 200 an orang pengunjung saja setiap minggunya,” sebut Sukirno.

Kendati demikian, ia masih terus berbenah agar bisa menjadi salah satu lokasi agrowisata anggur yang mampu menjadi ikon Kabupaten Deliserdang. Bersama Pemerintah Desa Sidodadi Ramunia, pihaknya terus mengampanyekan tanaman anggur yang memiliki ekonomi tinggi, tanpa meninggalkan tradisi bertanam sayur dan buah, atau pun tanaman pangan seperti padi dan jagung.

“Bertanam anggur tidak memerlukan lahan yang luas,” tegasnya.

Sementara, Kepala Desa Sidodadi Ramunia, Sudarsono, memuji upaya yang dilakukan Sukirno dalam meningkatkan kesejahteraam keluarga melalui pertanaman anggur. 

“Sudah banyak warga Desa Sidodadi Ramunia yang bertanam anggur karena terinspirasi dari Kebun Mas Sukirno ini,” ucapnya saat hadir pada pertemuan anggota Komunitas Anggur Sumatera Utara, di Kebun Anggur Kolam Koki, dua pekan lalu.

Sudarsono mengklaim, pihak Pemerintah Desa Sidodadi Ramunia sangat mendukung upaya pengembangan tanaman anggur, sehingga diharapkan mampu menjadi ikon Kabupaten Deliserdang di masa mendatang.

“Pemerintah Desa sudah pernah memberikan bantuan kepada anggota kelompok tani anggur sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap keberadaan para pehobi anggur di wilayah desa ini,” papar Sudarsono.

Ke depan, pihaknya berencana untuk mengadakan pelatihan, baik dalam hal budidaya pertanamannya maupun pengolahan hasil kepada warga desa demi peningkatan kesejahteraan keluarga. 

Disadari atau pun tidak, Kebun Anggur Kolam Koki telah mampu menginspirasi warga setempat, sekaligus mengubah wajah Dusun Cempaka menjadi lebih berwarna. Fey


Komentar

Berita Terkini