|

Wereng masih Mengancam Deliserdang dan Sergai

Gerakan pengendalian hama Wereng Batang Coklat di areal pertanaman padi milik petani di Desa Bingkat Kecamatan Pegajahan, Kabupaten Serdangbedagai, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Medan- Ternyata, hama Wereng Batang Coklat (WBC) masih mengancam pertanaman padi di wilayah Kabupaten Deliserdang dan Serdangbedagai (Sergai). 

Menurut Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu), Dahler Lubis, informasi itu diperoleh dari hasil pengamatan petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tanaman-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) di dua kabupaten, serta monitoring tim dari Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH).

"Hingga tanggal 6 Agustus 2020, wereng menyerang tanaman padi petani Deliserdang seluas 70,3 hektar yang tersebar di tujuh kecamatan dengan kategori ringan dan di Serdangbedagai seluas 9,2 hektar," paparnya melalui telepon selulernya, Kamis (06/08/2020) petang.

Khusus di Kabupaten Sergai, kata Dahler, seluas 4 ha areal pertanaman padi mengalami puso, yakni Kecamatan Sei Rampah (2,8 ha), Kecamatan Tanjung Beringin (0,6 ha), Kecamatan Teluk Mengkudu (0,4 ha), Kecamatan Sei Bamban (0,1 ha) dan Kecamatan Pantai Cermin (0,1 ha). Sementara, untuk serangan kategori ringan, di Kecamatan Sei Rampah seluas 2,1 ha, Kecamatan Tanjung Beringin seluas 2 ha, Kecamatan Teluk Mengkudu seluas 0,5 ha, Kecamatan Sei Bamban seluas 0,1 ha dan Kecamatan Pantai Cermin seluas 0,5 ha.

"Rata-rata tanaman padi di Serdangbedagai yang diserang wereng berusia 35 sampai 70 hari setelah tanam dengan populasi berkisar 8 sampai 80 ekor per rumpun," tuturnya.

Dahler mengklaim, persentase serangan WBC di Sergai hanya berkisar 0,04% dari luas tanam, mengingat, saat ini standing crop (tanaman yang masih tegak, red) mencapai 22.458 ha. Begitu juga di Deliserdang, lanjutnya, persentase serangan WBC berkisar 0,24% dengan standing crop mencapai 29.153 ha. Kendati demikian, pihaknya tetap melakukan sejumlah langkah antisipasi agar serangan WBC tidak meluas.

"Langkah antisipasi sudah kita lakukan, salah satunya menginstruksikan seluruh petugas POPT-PHP di dua kabupaten itu untuk lebih meningkatkan pengamatan dan melakukan tindakan pengendalian hama WBC," tegasnya.

Dihubungi terpisah, Kepala UPT PTPH Dinas TPH Provsu, Marino, mengaku telah melakukan sejumlah upaya untuk mengendalikan serangan WBC. Saat ini, pihaknya terus memantau pertanaman padi varietas Inpari, Mekongga dan Ciherang yang masih berusia 35-70 hari setelah tanam di areal seluas 1.826 ha di Kabupaten Sergai.

"Jajaran UPT Perlindungan Tanaman masih harus waspada terhadap serangan Wereng Batang Coklat di Kabupaten Serdangbedagai," sebutnya.

Mengenai serangan WBC yang masih dalam kategori ringan di Kabupaten Deliserdang, Marino menjelaskan tujuh kecamatan dimaksud, yakni Beringin (22 ha), Lubukpakam (22 ha), Pantai Labu (5,2 ha), Tanjungmorawa (15,6 ha), Percut Sei Tuan (3,5 ha), Batangkuis (0,6 ha) dan Pagar Merbau (1,4 ha). Pihaknya juga masih mewaspadai areal pertanaman padi varietas Inpari, Mekongga dan Ciherang seluas 1.992 ha dari serangan WBC.

"Rata-rata umur tanaman padi di Deliserdang yang terserang WBC berkisar 40 sampai 75 hari setelah tanam dengan populasi sembilan sampai 15 ekor per rumpun," tukasnya.

Marino menambahkan, sejumlah upaya telah dilakukan dalam mengendalikan hama WBC. Selain meningkatkan pengamatan, dilakukan gerakan pengendalian (gerdal) OPT WBC, baik yang difasilitasi UPT PTPH maupun secara swadaya, pihaknya juga memberikan bimbingan teknis pengendalian dan bantuan pestisida untuk pengendalian kepada kelompok tani yang areal pertanamannya terserang WBC.

"Kita juga memberikan informasi kepada seluruh petani melalui pengeras suara yang dibawa berkeliling kampung, dengan dibantu pihak Babinsa, Polsek, Kepala Desa, Camat dan petugas Penyuluh Pertanian Lapangan di setiap kecamatan," ujar Marino.

Lebih lanjut dikatakannya, rekomendasi dalam upaya pengendalian WBC juga dilakukan, seperti menempel selebaran, poster dan sejenisnya di tempat para petani berkumpul, pengendalian dengan teknik budidaya berupa tanam padi secara serentak, pergiliran tanam, penggunaan varietas toleran, yakni Inpari 13, 31 dan 33, penggunaan perangkap lampu dan tanaman refugia.

Tidak kalah pengtingnya pengendalian dengan insektisida, seperti insektisida yang berbahan aktif Buprofezin, Pymetrozine, dinotefuran dengan ambang kendali populasi ≥ 10 e/r tanaman berumur kurang dari 40 hari setelah tanam dan populasi ≥ 20 e/r tanaman berumur setelah 40 hari setelah tanam. Dikemukakannya, penggunaan insektisida harus memperhatikan berbagai faktor, antara lain keringkan area sawah sebelum aplikasi insektisida, baik yang semprotan atau butiran.

"Aplikasi insektisida dilakukan saat air embun tidak ada antara pukul 08.00 pagi sampai pukul 10.00, dilanjutkan sore hari. Insektisida harus sampai pada batang padi serta tepat dosis dan jenisnya yaitu yang berbahan aktif Buprofezin Pymetrozine, dinotefuran," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini