|

Porang Sibolga Diminati Tiga Negara

Seorang personil Balai Besar Karantina Belawan berbincang dengan eksportir Porangn, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Sibolga- Ternyata, Porang tidak lagi sekadar tumbuhan liar, tapi juga bernilai ekonomis tinggi. Betapa tidak, tiga negara, yakni China, Thailand dan Vietnam menjadi tujuan ekspor tanaman bernama latin Amorphophallus oncophyllus yang banyak tumbuh di kawasan hutan Sibolga, Tapanuli Tengah (Tapteng) itu.

Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Hasrul, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/06/2020), menyatakan, ekspor Porang selama Semester I tahun 2020 sebanyak 362 ton senilai Rp7,2 miliar. Jumlah itu meningkat pesat dibandingkan realisasi ekspor Porang selama tahun 2019 melalui Balai Besar Karantina Belawan yang berkisar 8,8 ton senilai Rp93 juta.

"Tahun lalu, tujuan ekspor juga hanya China, berbeda dengan tahun ini yang sudah tiga negara," ujarnya.

Ia mengklaim, peningkatan volume dan nilai ekspor Porang, termasuk negara tujuan tersebut tidak terlepas dari sinergisitas dengan berbagai pihak sejak tahun lalu, Apalagi, kata Hasrul, Porang asal Sibolga, kerap disebut Atturbung, berukuran besar dibanding daerah lainnya.

"Rata-rata memiliki berat hingga 50-100 kilogram, sehingga menjadi daya tarik bagi para importir di tiga negara itu," sebutnya.

Pihaknya mengaku sempat mendampingi calon pembeli dari luar negeri saat mengunjungi petani Porang di Sibolga beberapa waktu lalu Hal ini untuk memastikan seluruh persyaratan teknis dalam protokol ekspornya dapat dipenuhi.

"Kini setelah ekspor berjalan, komoditas raksasa ini sangat diminati industri pengolahan makanan di negara tujuan," tutur Hasrul lantas menambahkan, Porang juga memiliki serat yang tinggi dengan kandungan glukomanannya berkisar 45-50%.

Personil Balai Besar Karantina Pertanian Belawan meninjau Porang yang siap diekspor ke manca negara, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan), Ali Jamil, menyambut positif peningkatan ekspor tersebut. Menurutnya, hal itu sejalan dengan Program Gerakan tigakali lipat ekspor (Gratieks) yang digagas Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo,

 "Barantan selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional melakukan sinergisitas dengan berbagai pihak dengan harapan bisa tumbuh ragam komoditas baru yang menjadi unggulan ekspor daerah dan menjadi sentra berbentuk kawasan," paparnya.

Ali Jamil mengemukakan, pengembangan kawasan dengan skema wanatani atau agrogorestri dapat menjadi pilihan untuk budidaya Porang yang banyak tumbuh di wilayah hutan. Selama ini, lanjutnya, beragam komoditas unggulan dari Tapteng telah menembus pasar ekspor ke manca negara, diantaranya, pinang, kayu manis dan kayu lapis. Untuk itu, pengembangan dalam bentuk kawasan perlu didorong demi memudahkan pengembangan pertanian skala industri.

"Cara itu diharapkan mampu menjaga jumlah produksi, mutu dan kontinuitasnga, sehingga sukses di pasar global," tegasnya.

Saat ini, pihak Kementan terus membenahi iklim investasi pertanian, melalui deregulasi dan penyediaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat dimanfaatkan pelaku usaha.

"Ke depan, jangan lagi Porang diekspor dalam bentuk mentah, tapi dalam bentuk ramen dan tepung, minimal setengah jadi, agar bisa memiliki nilai tambah," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini