|

Dinas TPH Provsu Kawal Tanaman Hortikultura

Gubsu Edy Rahmayadi bersama Ketua TP PKK Provsu, Hj Nawal Lubis memperlihatkan cabai merah yang baru dipanen, beberapa waktu lalu. Foto Ist 
Medan- Meski diperkirakan terhindar dari ancaman kekeringan, namun pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) tetap mengawal tanaman hortikultura pada musim kemarau tahun 2020.

"Kita tetap fokus untuk mengamankan produksi tanaman hortikultura musim tanam April-September 2020 dengan berbagai upaya," papar Kepala Dinas TPH Provsu, Dahler Lubis, melalui telepon selulernya di Medan, Selasa (12/05/2020) pagi.

Apalagi, lanjutnya, sejumlah kabupaten menjadi sentra produksi komoditas unggulan hortikultura, diantaranya pisang barangan, jeruk, cabai merah dan bawang merah, sehingga perlu dilakukan upaya antisipasi dalam menghadapi musim kemarau tahun 2020. Khusus wilayah Sumut, kata Dahler, secara umum, awal musim kemarau dan sifat musim kemarau serta puncak musim kemarau pada tahun 2020 diperkirakan terjadi mulai dasarian II Mei 2020 serta mencapai puncaknya sekira Juli-Agustus 2020.

Salah satu upaya antisipasi yang dilakukan pihaknya, dengan menyebarluaskan informasi prakiraan iklim musim kemarau tahun 2020 untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan petani dalam melaksanakan budidaya tanaman secara spesifik lokasi. Hal ini disebabkan, serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) menjadi salah satu kendala dalam usaha budidaya, mulai dari persemaian hingga pasca-panen.

"Perkembangan OPT ini sangat dipengaruhi keadaan perubahan iklim, sehingga pertanaman harus tetap dikawal agar produksinya tidak terganggu," tegas Dahler.

Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Dinas TPH Provsu, Marino, mengaku siap mengawal pertanaman petani. Antisipasi kekeringan yang melanda tanaman cabai merah milik petani di Kabupaten Dairi pada tahun 2019, sehingga tidak sempat merugikan petani, menjadi salah satu contoh kesiagaan para personil UPT PTPH.

"UPT Perlindungan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara siap mengawal pertanaman untuk mengamankan produksi," ujar Marino di ruang kerjanya, kawasan Jalan AH Nasution Medan, Selasa (12/05/2020).   

Gubsu Edy Rahmayadi (baju hitam tiga dari kiri) meninjau tanaman bawang merah di kawasan STM Hulu Kabupaten Deliserdang beberapa waktu lalu. Foto Ist 
Ia juga mengakui, musim kemarau tidak saja dapat menimbulkan kekeringan pada pertanaman, tetapi berpengaruh pada peningkatan serangan OPT, bahkan, adanya kemungkinan penyebaran serangan di beberapa kabupaten/kota. Guna mengatasi hal tersebut, pihaknya, melalui petugas Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) di lapangan, tetap melakukan pengamatan dini dan intensif.

"Petugas POPT-PHP tetap melakukan pengamatan dini dan intensif, terutama daerah rawan kekeringan yang ada di sentra komoditas hortikultura seperti di Kabupaten Deliserdang, Langkat, Toba Samosir, Batu Bara, Tanah Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Samosir, Simalungun dan Serdangbedagai," sebutnya.

Marino mengemukakan, intensitas curah hujan yang cenderung mengalami penurunan, mengakibatkan ketersediaan air menjadi sedikit. Selain itu, lanjutnya, suhu di musim kemarau juga dapat memicu cepatnya perkembangan hama dan penyakit pada pertanaman hortikultura. Pihaknya mengklaim telah menyiapkan sejumlah langkah operasional melalui POPT-PHP yang bertugas di wilayah pengamatannya masing-masing. Beberapa diantaranya seperti meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk menekan perkembangan OPT dan memastikan ketersediaan sumber-sumber air seperti irigasi, sumur, embung, waduk, damparit, longstorage, dan lainnya serta memobilisasi pompa ke wilayah-wilayah rawan kekeringan (pompanisasi) dan pipanisasi. Kemudian, menyosialisasikan kepada petani melakukan budidaya tanaman dengan baik, sesuai iklim dan kondisi setempat, antara lain melalui pemilihan varietas tahan OPT untuk wilayah endemis OPT), penggunaan pupuk berimbang, penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan penanganan pasca panen.

"Kita juga mengimbau para petugas POPT-PHP mengakses https://www.bmkgsampali.net untuk mengetahui hari tanpa hujan dan tingkat ketersediaan air bagi tanaman serta www.katam.litbang.pertanian.go.id untuk mengetahui Kalender Tanam Terpadu sebagai pertimbangan bercocok tanam," sebutnya.

Selain itu, pihaknya berupaya meningkatkan kewaspadaan melalui pengamatan OPT, menerapkan rekomendasi pengendalian sesuai dengan komoditas terserang serta menyiapkan sekaligus mendekatkan sarana pengendali OPT, baik hayati maupun kimia, ke wilayah endemis. Untuk OPT Cabai merah, terutama di Kabupaten Deliserdang, Langkat, Batu Bara, Tanah Karo, Samosir, Sergai, Dairi, Pakpak Bharat dan Simalungun, petugas POPT-PHP menemukan serangan Antraknose, Virus Keriting, Virus Kuning, Layu Fusarium, Bercak Daun, Kutu Daun dan Ulat Grayak.

Begitu juga OPT Bawang Merah seperti Penggorok Daun (Liriomyza chinensis), Penyakit Trotol atau Bercak Ungu (Alternaria porri), Embun Bulu (Peronospora destructor)), menyerang tanaman petani di wilayah Kabupaten Samosir, Batu Bara, Tanah Karo dan Dairi. Sementara, untuk OPT jeruk di Kabupaten Tanah Karo, Dairi, Pakpak Bharat dan Simalungun, petugas POPT-PHP menemukan serangan hama lalat buah dan penggerek buah.

Kadis TPH Provsu, berbincang dengan petani Desa Lubuk Cuik, Kabupaten Batu Bara di sela kegiatan memanen cabai merah, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Pihaknya juga melakukan pengendalian OPT secara pre-emtif, antara lain pengolahan tanah secara sempurna, penggunaan pupuk organik sesuai rekomendasi, perlakuan benih/seed treatment, pengamatan dini/rutin, optimalisasi penggunaan agens pengendali hayati, musuh alami, penanaman refugia sebagai tempat singgah musuh alami dan penggunaan pestisida nabati (biopestisida).

"Bila populasi atau serangan meningkat, kita menggunakan pestisida berdasarkan enam tepat, yakni tepat sasaran, tepat mutu, tepat jenis pestisida, tepat waktu, tepat dosis atau konsentrasi, dan tepat cara penggunaan," urainya.

Tidak hanya itu, pihak UPT PTPH juga mendorong pemanfaatan Klinik PHT Hortikultura oleh kelompok tani pengembang bahan pengendalian yang ramah lingkungan, mengoptimalkan Kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI), serta mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin dan online terhadap perkembangan luas serangan OPT dan DPI yang terkena kekeringan.

"Butuh koordinasi dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, baik petani maupun petugas lapang untuk mengantisipasi musim kemarau ini, sehingga produksi komoditas hortikultura tetap maksimal," pungkasnya. Fey 

Komentar

Berita Terkini