|

"Rimpang Emas" Sumut Diminati Malaysia

Teks Foto: Petugas Balai BesarKarantina Pertanian Belawan melakukan pemeriksaan kunyit untuk penerbitan Phytosanitary certificate sebagai dokumen persyaratan ekspor kunyit di Pematangsiantar, Senin (1/7/2019). Foto Ist
Medan- Ternyata, kunyit (Curcuma domestica Val) asal Provinsi Sumatera Utara mampu menembus pasar ekspor. Tercatat, beberapa kali "Rimpang Emas" yang multi-manfaat itu dikirim ke Malaysia.

"Selama tahun 2019, sudah lima kali kunyit asal Sumatera Utara dikirim ke Malaysia," papar Kepala Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, Hasrul SP MP, melalui WhatsApp, Selasa (2/7/2019).

Ia menyatakan, tanaman obat yang mengandung kurkumin itu digunakan untuk beragam manfaat, diantaranya bahan herbal, kosmetik, pewarna alami hingga bumbu dapur. Sejumlah eksportir yang mengirim kunyit ke Malaysia selama ini, kata Hasrul, CV Alaska Permai, CV Alama Hujai Indonesia dan CV Nafisha Cahaya Exim (NCE).

Dikemukakannya, volume ekspor setiap pengiriman kunyit berkisar 26 ton dengan nilai mencapai Rp128.000.000. Bila dikalkulasi, kata Hasrul, tercatat volume ekspor kunyit selama tahun 2019 sebanyak 130 ton senilai Rp643.500.000.

"Ini merupakan program akselerasi ekspor dari Sumatera Utara bersama petani," sebutnya.

Pada kesempatan itu, Hasrul mengemukakan sejumlah prosedur yang harus dilewati pihak eksportir sebelum melakukan kegiatan ekspor. Salah satunya, memeriksa barang yang akan diekspor sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk penerbitan Phytosanitary certificate sebagai dokumen persyaratan ekspor kunyit.

"Senin lalu (1 Juli 2019, red), petugas Balai Besar Karantina Pertanian Belawan sudah memeriksa dan memfasilitasi ekspor kunyit tujuan Malaysia sebanyak 26 ton milik CV Nafisha Cahaya Exim," tuturnya.

Secara terpisah, Pelaksana Kepala Bidang Hortikultura Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu), Ir Bahruddin Siregar MM, mengklaim meningkatnya animo masyarakat menanam tanaman obat, termasuk kunyit. Hal ini mengingat tingginya permintaan pasar, baik dalam negeri maupun luar negeri seperti Malaysia dan Singapura.

"Tidak hanya digunakan industri obat tradisional seperti jamu, tapi juga untuk farmasi dan kecantikan," tukasnya melalui telepon seluler.

Bahruddin menegaskan, tanaman obat yang termasuk dalam golongan hortikultura itu, memiliki peluang besar untuk meningkatkan pendapatan petani dan pemerintah melalui hasil ekspor. Apalagi, harga jual di tingkat petani relatif stabil, yakni berkisar Rp2.000-Rp3.000 per kg.

"Budidaya kunyit sebenarnya sangat sederhana, hanya dalam sistim pertaniannya mengutamakan pengelolaan lahan harus lebih gembur dan didukung pemupukan secara alami atau kompos," urai Bahruddin.

Ditambahkannya, sistim pengelolaan untuk lahan budidaya jenis tanaman kunyit tergolong mudah. Di Kecamatan Laguboti, Kabupaten Toba Samosir, misalnya, warga khususnya yang bermukim di Desa Sibuea dan Sibarani telah membudidayakan kunyit sebagai penopang perekonomian keluarga.***

Komentar

Berita Terkini