![]() |
Kabid Tanaman Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut, HM Juwaini SP MMA, saat berada di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, akhir pekan lalu. Foto Fey |
Wajah pria kelahiran Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara, pada 09 Juli 1967 ini terlihat sumringah saat disambangi di ruang kerjanya, Jalan AH Nasution No 6 Medan, akhir pekan lalu.
“Alhamdulillah, awal bulan Agustus nanti, saya sudah purna-bhakti,” ujarnya sembari mempersilakan duduk.
Sedikitpun tidak terlihat rona kesedihan di wajah pria bernama H Muhammad Juwaini SP MMA, ini, seperti umumnya orang yang hendak memasuki masa pensiun. Baginya, purna-bhakti hanya sebentuk batas berhenti menjalani rutinitas sebagai abdi negara, bukan untuk menghalangi agar bisa tetap berkarya di dunia pertanian, khususnya tanaman pangan dan hortikultura.
“In Sya Allah saya akan tetap berkecimpung di dunia pertanian setelah pensiun,” tegas suami dari Wiwik Yunidawati SP MP yang merupakan dosen di Fakultas Pertanian (Faperta) salah satu perguruan tinggi swasta di Sumut, ini.
Maklum kecintaannya terhadap dunia pertanian telah tertanam sejak usia belia. Bapak dari tiga anak, masing-masing, Fairuzzatul Usrah, Wahyu Muhammad Fathan, dan Muhammad Fauzan Arief, ini, terbiasa menyaksikan orang tuanya bercocok-tanam sayur-mayur di halaman rumah mereka, kawasan Desa Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deliserdang, masuk dalam lingkungan perkebunan yang saat itu dikelola PTP IX. Padahal, kedua orangtuanya, Drs H Ruyani AS/Hj Halimatussa'diyah, merupakan tenaga pendidik berstatus ASN di Sekolah Dasar sekitar pemukiman itu.
“Biasanya, setelah pulang mengajar, orang tua saya sibuk di halaman rumah mengurus tanaman dan bila panen dijualnya ke pasar,” kenangnya.
Satu hal yang membuat orang tuanya hanya terdiam saat mengetahui tidak seorang pun dari empat anaknya berkeinginan untuk menjadi guru, sama seperti mereka.
“Saat mengetahui tidak satu pun anak-anaknya mau masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru, red) setelah tamat SMP, mereka sama sekali tidak protes,” paparnya.
Kondisi itu yang mendorongnya memilih jurusan Budidaya Pertanian Faperta Universitas Amir Hamzah, usai menamatkan pendidikan tingkat SMA, dan lulus pada tahun 1993. Berbekal ijazah sarjana strata 1, ‘Anak Sampali’ ini mencoba melamar pekèrjaan ke berbagai perusahaan, termasuk ke instansi pemerintahan. Namun, takdir seakan telah menggariskan, pria berpostur jangkung ini menjadi tenaga honorer di instansi pemerintahan yang mengurusi sektor pertanaman pangan dan hortikultura.
“Saya sempat bertugas di UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah, red) Benih Induk Hortikultura Gedung Johor saat pertama bekerja pada tahun 1992,” ungkapnya.
Hampir tujuh tahun pemilik gelar Magister Manajemen Agribisnis dari Universitas Medan Area ini menikmati masa kerja sebagai tenaga honorer di kebun pembibitan tersebut, sebelum diangkat sebagai CPNS dan ditugaskan menjadi Mantri Tani di wilayah Kecamatan Air Putih Kabupaten Asahan (sekarang masuk wilayah Kabupaten Batubara, red) pada 08 September 1999.
“Sebagai Mantri Tani, saya selalu berhadapan langsung dengan petani di lapangan, sehingga paham dengan kegelisahan para petani saat melakukan usaha budidaya pertanaman,” akunya.
Berselang hampir tiga tahun, tepatnya pada 19 Maret 2002, Juwaini dimutasi menjadi Staf Sub Dinas Pembinaan SDM dan Penyuluhan Dinas Pertanian Sumut. Kegigihannya bekerja akhirnya menuai hasil memadai. Pada 20 Juli 2007, ia dipromosikan menjabat Kasubbag Tata Usaha di UPTD Benih Induk Padi (BIP) Murni Tanjungmorawa Kabupaten Deliserdang. Saat itu, Juwaini sempat melawat ke China selama empat hari, yakni 16-20 Nopember 2009, dalam rangka studi banding Alih Teknologi Pengembangan Produksi Padi.
Di UPTD BIP Murni Tanjungmorawa itu, sekira tanggal 03 Mei 2010, Juwaini juga pernah ditunjuk sebagai Pelaksana Harian Kepala Seksi Produksi. Karirnya mulai melesat saat dipercaya menjabat Kepala UPTD BIH Arse Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan pada 19 Juli 2013, dan selanjutnya dipromosikan menjadi Kepala Bidang Bina Tanaman Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut sejak 20 Januari 2017.
“Turunkan ego kita saat berkomunikasi dengan pihak lain, baik sejawat, kolega, perwakilan di kabupaten maupun para petani, agar maksud dan target yang diberikan Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah bisa tercapai,” ucapnya berbagi resep dalam bekerja.
Juwaini dan rekan-rekan sejawatnya yang bertugas di jajaran Pemerintah Provinsi Sumatera Utara memang diharuskan untuk berkomunikasi secara intens dengan pihak kabupaten/kota agar program kerja bisa berlangsung lancar sesuai target yang telah direncanakan sebelumnya. Tanpa mengenal rasa lelah, ia turun langsung ke lapangan. Apalagi saat didapuk sebagai pelaksana kegiatan, pejabat eselon IIIA ini tak sungkan menyingsingkan lengan kemejanya untuk bersama-sama para petani dan personil di kabupaten/kota menyiapkan lokasi acara agar terlihat sempurna.
“Kalau Pak Juwaini, selalu terlihat enerjik dalam bertugas dan paham dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsinya sebagai Kepala Bidang Tanaman Pangan, sehingga mendapatkan hadiah langsung dari Pak Menteri Pertanian beberapa bulan lalu,” papar H Marino, sejawatnya yang menjabat sebagai Kepala UPTD Perlindungan Tanaman Pangan Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan (PTPH dan PMKP) Sumut, saat mengomentari sosok Juwaini.
![]() |
HM Juwaini bersama Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali (kemeja putih) dan rekan sejawatnya sesama pejabat Eselon III, dalam suatu pertemuan di Kabupaten Langkat, setahun silam. Foto Ist |
“Saya merasa sikapnya mengayomi, tidak menggurui saat menjadi pelaksana Sekretaris Dinas dan aktif berinteraksi dalam berbagai forum pertemuan formal dan informal,” urainya.
Marino mengaku merasa kehilangan dengan sosok rekan kerja yang akan menjalani masa purna-bhakti mulai awal Agustus 2025. Betapa tidak, Juwaini mampu menjawab beragam tantangan yang menghadang. Salah satunya, mampu membawa Sumut ke posisi ketujuh dari 10 provinsi lumbung padi nasional dan posisi tiga besar untuk produksi jagung nasional. Meski pun, pencapaian itu tidak terlepas dari peran dan dukungan pihak Kementerian Pertanian, kepala daerah, serta khususnya Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut berikut jajarannya.
“Setiap acara hiburan, Pak Juwaini pasti selalu bisa menyemarakkan suasana dengan menyumbangkan suaranya,” pujinya lagi.
Ia berharap, seniornya itu tidak meninggalkan pengabdiannya di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura setelah pensiun, karena wawasan dan referensi keilmuan yang dimilikinya masih sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatam kesejahteraan keluarga petani Sumut.
Kini, Juwaini hanya tinggal menghitung hari karena waktu bertugas sebagai ASN hanya tersisa sepekan lagi. Namun, ‘Anak Sampali’ ini telah meninggalkan kenangan manis melalui beragam prestasi. Fey