|

Berburu Beras Murah di GPM Dinas Ketapang TPH Sumut

Antrian warga saat hendak membeli beras SPHP dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah yang digelar Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketapang TPH Sumut, Rabu (23/07/2025). Foto Fey
Medan – Harga beras yang terus melambung mengakibatkan mayoritas warga Kota Medan berburu beras murah ke berbagai tempat.

Antrian panjang warga di halaman depan kantor Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, kawasan Jalan AH Nasution, mewarnai langit cerah pada Rabu (23/07/2025) pagi, sekira pukul 09.00 WIB. Kaum ibu terlihat mendominasi antrian tersebut. Bahkan beberapa diantaranya menggendong balita yang masih terlelap dari tidurnya. Semuanya dilakukan hanya demi mendapatkan kesempatan untuk menebus beras murah berlabel SPHP (Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan, red) yang dibawa pihak Perum Bulog Kantor Wilayah Sumut dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM).

“Semalam (hari Selasa, red) saya dengar harga beras yang dijual disini Rp59 ribu per kemasan 5 kilogram,” ungkap Rina, ibu rumah tangga yang berdomisili di kawasan Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia, saat mengikuti antrian.

Harga jual beras yang murah itu mendorongnya rela ikut antrian. Maklum, sepekan sebelumnya, ia terpaksa merogoh kocek cukup dalam, yakni senilai Rp74 ribu hanya untuk mendapatkan beras kemasan 5 kg bermerek lain yang dijual di pasaran.

“Disini, sudah berasnya murah, kita juga bisa membeli dua karung setiap orang,” tukasnya.

Hal senada dikemukakan Erni, warga kawasan Medan Johor, yang sengaja datang lebih awal agar tidak kehabisan produk murah yang ditawarkan dalam kegiatan GPM tersebut. Selain beras, ia juga membeli minyak goreng berlabel Minyakita dan gula pasir.

“Harganya memang lebih murah dari yang dijual di pasaran,” tukasnya.

Ketua DPD Perpadi Sumut, H Ardhi Kusno (pakai lobe) didampingi Sekretaris, H Eryadi Zaidun, dan sejumlah pejabat eselon III lingkup Dinas Ketapang TPH Sumut, yang melakukan monitoring kegiatan GPM di halaman depan Kantor Bidang Ketahanan Pangan, kawasan Jalan AH Nasution Medan, Rabu (23/07/2025). Foto Fey
Ketua Perkumpulan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) Sumut, H Ardhi Kusno, yang sengaja hadir untuk memantau kegiatan tersebut mengaku miris melihat antrian tersebut. Sebagai negeri agraris yang memiliki stok gabah melimpah di sejumlah gudang Perum Bulog Sumut, lanjutnya, seharusnya beras yang dijual di pasaran tidak mahal. 

“Ini yang dinamakan ironi di lumbung padi,” sesalnya yang datang bersama Sekretaris, H Eryadi Zaidun.

Ia mengapresiasi kebijakan pemerintah melalui Perum Bulog dengan membeli Gabah Kering Panen sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) senilai Rp6.500 per kg mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga petani. Namun, tidak untuk pelaku usaha penggilingan padi. Pasalnya, kenaikan HET gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kg tidak diiringi dengan peningkatan HET beras.

“Berdasarkan SK Badan Pangan Nasional nomor 2 tahun 2025 tentang Perubahan Harga Pembelian Pemerintah dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras, HET beras medium di wilayah Sumatera Utara Rp13.100 per kilogram dan premium Rp15.400 per kilogram,” ungkapnya.

Ironisnya, pihak Perpadi Sumut menemukan fakta di lapangan, harga jual beras melebihi HET yang telah ditetapkan tersebut. Pihaknya mendesak pemerintah, dalam hal ini Bapanas, untuk segera mengkaji ulang HET beras agar bisa disesuaikan dengan kenaikan HET gabah karena tidak lagi sinkron.

“Pemerintah perlu merevisi HET beras yang masih sama dari tahun 2024, sementara HET gabah sudah naik,” pintanya.

Selain itu, kata Ardhi Kusno, pemilik dan pengelola kilang padi yang menjadi anggota Perpadi Sumatera Utara mengeluhkan kelangkaan gabah pasokan dari petani, sehingga kesulitan untuk menggiling gabah karena belum memasuki masa panen. Satu hal yang membuat pihak Perpadi Sumut mendorong pemerintah, melalui Bulog untuk segera menggiling gabah yang sebelumnya telah diserap dari para petani dan kemudian mendistribusikannya agar mampu meredam gejolak harga beras.

“Pendistribusian beras SPHP melalui berbagai program, termasuk GPM seperti ini, harus lebih sering dilakukan agar bisa mengurangi beban hidup masyarakat untuk mendapatkan beras murah,” imbaunya.

Sejumlah pejabat Eselon III lingkup Dinas Ketapang TPH Sumut bersama pengurus DPD Perpadi Sumut saat berada di stan hortikultura yang mengikuti kegiatan GPM di halaman Kantor Bidang Ketahanan Pangan, kawasan Jalan AH Nasution Medan, Rabu (23/07/2025). Foto Fey

Hal itu dibenarkan Kepala Bidang Ketahanan Pangan, Dinas Ketapang TPH Sumut, Ahmad Fauzan.

“Kegiatan Gerakan Pangan Murah ini sebagai salah satu upaya pemerintah membantu masyarakat untuk mendapatkan bahan pangan murah dan berkualitas,” tegasnya.

Sementara, Sub-Koordinator Distribusi dan Cadangan Pangan Bidang Ketahanan Pangan, Seri Ukur Sembiring, mengaku, sebanyak 4 ton beras SPHP habis terjual dalam kegiatan GPM yang berlangsung selama satu hari.

“Kita terpaksa harus menghubungi pihak Perum Bulog untuk meminta stok tambahan beras lagi, dari jatah 2 ton untuk setiap kegiatan GPM, karena banyaknya permintaan masyarakat yang datang,” sebut Seri Ukur Sembiring.

Pihak perwakilan PT Rajawali Nusantara Indonesia yang turut berpartisipasi dalam kegiatan GPM, Johannes Tarigan, mengklaim, sejumlah bahan kebutuhan pokok dijual dengan harga terjangkau. 

“Minyak goreng produk Minyakita kemasan 1 liter dijual seharga Rp15.500 dan gula pasir kemasan 1 kilogram seharga Rp17 ribu,” urainya.

Secara terpisah, Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali, melalui Sekretaris Dinas, Yusfahri Perangin-angin, menyambut positif pendistribusian beras SPHP melalui kegiatan GPM  dalam upaya meredam gejolak harga beras di masyarakat.

 “Sebagian kabupaten di Sumatera Utara mulai memasuki masa panen padi pada Juli ini, seperti Deliserdang, Serdangbedagai , Simalungun dan Batubara, sehingga diharapkan kilang padi bisa mendapatkan gabah lagi untuk digiling menjadi beras,” tuturnya.

Sebelumnya, Pimpinan Wilayah Perum Bulog Sumut, Budi Cahyanto, menyatakan, segeramendistribusikan sebanyak 77.151 ton beras hingga Desember 2025, dalam upaya menjaga stabilitas harga beras di pasar.

“Saat ini, stok gabah di sejumlah gudang Bulog sebanyak 82 ribu ton. Jadi masih cukup untuk beras SPHP,” tandasnya. Fey


Komentar

Berita Terkini