|

Komoditas Pangan dan Hortikultura Wujudkan 'Sumut Hebat'

Pj Gubsu Hassanudin, didampingi Kadis Ketapang TPH Sumut, H Rajali, berada di atas mesin combine harvester, beberapa waktu lalu.. Foto Ist

    Medan - Yel 'Sumut Hebat dan Lebih Baik' yang digaungkan Penjabat Gubsu Hassanudin untuk menggelorakan semangat para Aparatur Sipil Negara (ASN) di jajarannya, terbukti mampu mendongkrak semangat segenap punggawa di sektor pertanian, khususnya komoditas tanaman pangan dan hortikultura. Peningkatan kesejahteraan petani menjadi target yang harus diwujudkan.

   "Yel 'Sumut Hebat dan Lebih Baik' mencerminkan semangat untuk memacu kami dalam membangun pertanian, khususnya di sektor tanaman pangan dan hortikultura ke arah yang lebih baik lagi," ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, H Rajali, melalui Sekretaris Dinas, Hj Lusyantini, di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, Senin (20/05/2024).

    Dicontohkannya sektor tanaman pangan, Sumut mampu mempertahankan predikat swasembada beras sekaligus menjadi salah satu lumbung padi nasional. Tercatat, produksi pada tahun 2023 sebanyak 3.986.465 ton Gabah Kering Giling (GKG), setara 2.539.378 ton beras dari areal panen seluas 739.333 hektar (ha). Sementara, kebutuhan beras masyarakat di tahun itu berkisar 2.087.822 ton, sehingga Sumut mengalami surplus beras sebanyak 451.556 ton. Berbekal pencapaian tersebut, pihaknya memasang target produksi pada tahun 2024 sebanyak 4.158.022 gabah kering giling (GKG), setara 2.648.660 ton beras melalui areal panen seluas 790.839 ha, dari kebutuhan masyarakat berkisar 2.127.141 ton beras. 

    "Kita optimistis, tahun 2024 ini akan ada lagi surplus sebanyak 521.519 ton beras," ujarnya.

    Begitu juga komoditas jagung untuk pakan ternak, Lusyantini mengklaim, provinsi ini menghasilkan sebanyak 1.810.418 ton pada tahun 2023. Ditargetkan, produksi itu meningkat menjadi 1.881.848 ton pada tahun 2024, dari perkiraan kebutuhan berkisar 1.492.573 ton jagung.

    "Peningkatan produksi beras dan jagung menunjukkan komitmen pemerintah dan masyarakat dalam memperkuat ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani," tuturnya.

    Pada sektor tanaman hortikultura, sejumlah komoditas, baik sayur-mayur maupun buah-buahan yang dihasilkan petani Sumut seperti Jeruk Medan, Jambu Deli, salak, kol, tomat, kentang, dan wortel, telah dinikmati masyarakat di berbagai negara. 

    "Secara nasional, Sumatera Utara juga termasuk provinsi penghasil cabai merah terbesar," tukasnya.

  Secara terpisah, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Ketapang TPH Sumut, Lambok Turnip, menjelaskan, sejumlah sentra pertanaman cabai merah, yakni Karo, Dairi, Langkat, Simalungun, Batubara, Toba, Tapanuli Utara, Humbanghasundutan, Kota Padangsidimpuan, dan Mandailing Natal, mampu memproduksi sebanyak 146.182 ton cabai merah dari kebutuhan berkisar 104.230 ton pada tahun 2023.  

   "Salah satu sentra pertanaman cabai merah kita, Desa Lubuk Cuik dan sekitarnya di Kabupaten Batubara yang memiliki areal seluas 630,52 hektar dengan produksi antara 12 sampai 15 ton per hektar," sebut Lambok Turnip, di ruang kerjanya. 

   Kendati telah mengalami surplus, namun pihaknya masih terus berupaya membangkitkan minat petani untuk bertanam cabai merah melalui penyaluran berbagai bantuan dari pemerintah. Selain itu, komoditas bawang merah masih terus menjadi perhatian karena belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat Sumut. Padahal, produksinya tergolong tinggi, berkisar 15,26 ton per ha. Tahun 2023, misalnya, produksi bawang merah yang dihasilkan petani Sumut hanya berkisar 42.630 ton umbi kering, dari kebutuhan sebanyak 62.804 ton.

    "Kalau dirata-ratakan, setiap tahun Sumatera Utara masih kekurangan 19 ribu ton bawang merah, dan itu yang terus kita minimalisir, sehingga nantinya, hasil panen petani bisa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat," paparnya lantas menambahkan, sejumlah sentra pertanaman bawang merah berada di Kabupaten Pakpak Bharat, Dairi, Langkat, Deliserdang, Simalungun, Batubara, Samosir dan Tapanuli Utara. 

    Sementara, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut, HM Juwaini, memastikan terus melakukan berbagai upaya dalam mewujudkan target beras dan jagung tahun 2024. Salah satu caranya dengan memaksimalkan bantuan dari pemerintah pusat, dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan), senilai Rp530,86 miliar, diantaranya untuk penyediaan benih padi (Rp23,94 miliar), benih padi biofortifikasi (Rp5,23miliar) dan benih jagung (Rp162,21 miliar). .  

    "Kita juga sedang mengembangkan teknik 'semai culik' di Kabupaten Langkat, Serdangbedagai dan Kota Tebingtinggi, untuk meningkatkan IP (Indeks Pertanaman, red)," tukasnya.

    Ia menjelaskan, teknik 'semai culik' merupakan persemaian padi di luar area persawahan, seperti di pematang halaman atau pun baki susun. Melalui teknik ini, akan mampu memperpendek waktu tanam karena proses semai benih berkisar 15-20 hari.

   "Jadi, dengan menggunakan teknik semai culik itu, petani yang baru panen padi, bisa langsung menanam padi lagi, tentunya setelah melakukan pengolahan lahan terlebih dahulu," urai Juwaini.   

    Lebih lanjut dikatakannya, program Optimalisasi lahan (Opla) Rawa yang digagas pihak Kementan juga diyakini efektif untuk menambah produksi beras nasional. Sumut yang mendapatkan alokasi seluas 50 ribu ha untuk mengubah lahan rawa menjadi areal persawahan, telah melakukan berbagai persiapan. 

   Hal itu dibenarkan Kepala Bidang Sarana dan Prasarana Dinas Ketapang TPH Sumut, Heru Suwondo, saat ditemui di ruang kerjanya.

   "Kita akan maksimalkan 30 ribu hektar dulu, baru dikemmbangkan menjadi 50 ribu hektar sesuai alokasi untuk Sumatera Utara," tegasnya yang saat itu didampi Sub-Koordinator Lahan dan Irigasi Bidang Sarpras Dinas Ketapang TPH Sumut, Fitrawan Purwanto Ginting.

    Ia mengaku, saat ini telah dilakukan Survei Investigasi dan Disain (SID) di sejumlah kabupaten, sebelum dilakukan pencetakan sawah baru di lahan rawa dimaksud untuk ditanami padi. Tahap pertama, seluas 1.650 ha lahan rawa di 11 kabupaten sedang 'diubah' menjadi areal persawahan baru. Sebanyak 11 kabupaten itu, masing-masing, Langkat (200 ha), Serdangbedagai (100 ha), Batubara (100 ha), Asahan (200 ha), Labuhanbatu Utara (100 ha), Labuhanbatu (300 ha), Tapanuli Selatan (100 ha), Mandailing Natal (100 ha), Tapanuli Tengah (100 ha), Nias Selatan (200 ha) dan Nias Utara (150 ha).

    "Pengerjaannya sudah mulai pada bulan Maret lalu dan segera ditanami padi," katanya. 

    Beragam pencapaian tersebut tidak terlepas dari kesigapan perangkat pendukung yang dimiliki Dinas Ketapang TPS Sumut. Para penyuluh pertanian yang berada di bawah Bidang Penyuluhan, misalnya, setia mendampingi petani di lapangan. Bukan sekadar transfer pengetahuan dan teknologi pertanian, tapi juga berupaya mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi para petani saat melakukan usahatani.

    "Setiap PPL (Penyuluh Pertanian Lapang, red) harus selalu dekat dengan para petani yang berada di wilayah tugasnya masing-masing agar usahatani yang dilakukan bisa berhasil dan memperoleh hasil maksimal," papar Kabid Penyuluhan Dinas Ketapang TPH Sumut, H Sutarman, di ruang kerjanya.

    Tidak jauh berbeda yang dilakukan para personil Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) di bawah naungan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Penanganan Mutu Keamanan Pangan (PTPH dan PMKP) Sumut. 

    "Kita terus berupaya untuk melakukan pengawalan terhadap pertanaman petani dari serangan hama dan penyakit agar terhindar dari gagal panen," tandas Kepala UPTD PTPH dan PMKP Dinas Ketapang TPH Sumut, H Marino, melalui aplikasi WhatsApp. Fey


     

Komentar

Berita Terkini