|

Berharap dari Bendungan Lau Simeme

Irigasi Bandar Sidoras Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang yang mengairi 3.500 areal persawahan. Foto Ist 

Medan - Pernyataan Pj Gubsu Hassanudin seputar rencana pengoperasian bendungan Lau Simeme di Kecamatan Sibiru-biru Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara pada Juni 2024, menimbulkan harapan baru bagi masyarakat kawasan Kota Medan, Binjai, Kabupaten Deliserdang dan Karo (Mebidangro). Bukan sekadar mampu meminimalisir banjir dan menjadi penyuplai air bersih, namun bendungan berkapasitas tampung 21,07 juta meter kubik senilai Rp1,65 triliun yang dibangun sejak tahun 2017 ini bakal mampu mengairi areal pertanian di sekitarnya. 

"Bendungan Lau Simeme akan diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo," ungkap Hassanudin kepada wartawan, di Aula Tengku Rizal Nurdin, di Jalan Jendral Sudirman, Kota Medan, Selasa (23/04/2024). 

Saat berkunjung ke Medan pada medio Maret 2024, juru bicara Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Endra S Atmawidjaja, menjelaskan, Proyek Strategis Nasional (PSN) ini dibangun untuk lima manfaat. Masing-masing, sebagai sarana kendali banjir di Kota Medan dan Kabupaten Deliserdang untuk skala fungsi 25-40 tahun, suplemen air baku PDA Tirtanadi sebanya 3.000 liter per detik, sumber sekaligus pemasok pengairan untuk daerah irigasi Bandar Sidoras seluas 3.082 hektar (ha) dan daerah irigasi Lantasan seluas 185 ha, pemasok energi tambahan listrik dalam bentuk PLTA mini dan sarana pariwisata air.

Multimanfaat ini yang mendorong berbagai pihak menantikan kehadiran Bendungan Lau Simeme. Hal ini mengingat, saluran irigasi memang masih menjadi dambaan para petani padi di wilayah Sumatera Utara. Betapa tidak, sebagai salah satu lumbung padi nasional, kondisi saluran irigasi yang ada d provinsi ini tergolong memprihatinkan. Beruntung, target padi Sumut tetap tercapai.

Simak saja di tahun 2022 silam, dari 267.327 hektar (ha) total lahan sawah beririgasi yang dimiliki Sumut, hanya sebesar 15% diantaranya, setara 40.099 ha, yang berada dalam kondisi baik. Selebihnya, sebesar 19% rusak ringan (50.792 ha), 34% rusak sedang (90.891 ha), dan 32% rusak berat (85.545 ha). Kendati demikian, provinsi ini masih mampu meraup 3.992.474 ton Gabah Kering Giling (GKG), setara 2.356.758 ton beras.

Hal itu dibenarkan Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TP) Sumut, H Rajali, melalui Sekretaris Dinas, Hj Lusyantini, di ruang kerjanya, Rabu (08/05/2024).

"Kita tetap berupaya untuk melakukan perbaikan jaringan irigasi, khususnya saluran tersier yang menjadi tanggungjawab Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, dengan menyesuaikan anggaran yang ada," ungkapnya.

Lusyantini mengklaim sejumlah upaya yang telah dilakukan diantaranya melalui kegiatan Irigasi Sumur Dalam dan Irigasi Perpipaan. Selain itu, pihaknya juga menerapkan teknologi pertanian dalam melakukan budidaya serta menyosialisasikan penggunaan benih atau pun bibit berkualitas kepada petani. Tujuannya, agar target produksi padi Sumut tidak terganggu oleh keterbatasan saluran irigasi tersebut.

"Kita optimistis, target produksi Sumatera Utara tahun 2024 sebanyak 4.158.022 ton Gabah Kering Giling, setara dengan 2.648.660 ton beras bisa tercapai," paparnya.

Keyakinan tersebut, menurut Lusyantini, semakin bertambah dengan adanya kegiatan Optimalisasi Lahan (Opla) rawa dan Pompanisasi yang digagas pihak Kementerian Pertanian pada tahun 2024. Hal ini mengingat, lahan rawa yang selama ini ditelantarkan diubah menjadi lahan produktif yang diharapkan ikut berkontribusi dalam peningkatan produksi padi. Tidak kalah pentingnya, kegiatan pompanisasi yang bakal meningkatkan Indeks Pertanaman, dari satu kali menjadi dua kali pertanaman padi dalam kurun waktu satu tahun. 

"Kita sangat berterimakasih kepada Kementerian Pertanian yang telah mempercayai Sumatera Utara menjadi salah satu lokasi pelaksanaan kegiatan Opla Rawa dan pompanisasi, dalam upaya menjaga ketahanan pangan masyarakat," tuturnya lantas menambahkan, kebutuhan beras masyarakat Sumut pada 2024 diprediksi sebanyak 2.127.141 ton beras, sehingga akan ada surplus 521.519 ton beras.

Kabid Sarpras Dinas Ketapang TPH Sumut, Heru Suwondo (kacamata) bersama Sub-Koordinator Lahan dan Irigasi, Fitriawan Purwanto Ginting, saat meninjau jalan usahatani, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Dikemukakan, luas tanam padi Sumut pada tahun 2024 berkisar 807.086 ha sawah dengan luas panen 790.839 ha. Target tersebut lebih tinggi daripada realisasi produksi beras Sumut pada tahun 2023 yakni 2.539.378 ton, dengan surplus 451.556 ton. Adapun pada 2023, Sumut dapat menghasilkan 3.986.465 ton GKG.

Sementara, Kepala Bidang Sarana dan Prasarana (Sarpras) Dinas Ketapang TPH Sumut, Heru Suwondo, mengakui, kerusakan saluran irigasi berada di hampir seluruh sentra pertanaman padi. Pihaknya juga tetap menjalin komunikasi dengan institusi terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata Ruang agar jaringan irigasi yang rusak bisa segera diperbaiki.  

"Kita hanya bisa berharap, institusi terkait segera memperbaiki jaringan irigasi primer dan sekunder agar produktivitas padi petani meningkat," ujar Heru melalui telepon selulernya.

Secara terpisah, Sub-Koordinator Lahan dan Irigasi Bidang Sarpras Dinas Ketapang TPH Sumut, Fitrawan Purwanto Ginting, menyatakan, saat ini Sumut memiliki 214.213,27 ha lahan persawahan beririgasi dan 116.774,92 ha lahan tadah hujan. Namun, tidak semua saluran irigasi tersebut berfungsi baik, sehingga cukup menyulitkan petani dalam melakukan usahatani padi. Kabupaten Langkat, misalnya, sebagai salah satu sentra pertanaman padi di Sumut hanya memiliki 8,597 ha lahan persawahan beririgasi. Begitu juga Deliserdang, yang hanya memiliki lahan persawahan beririgasi seluas 15.406 ha, Serdangbedagai seluas 24.855 ha, Batubara seluas 10.996 ha, dan Simalungun 27.408 ha. 

"Kita masih terus berupaya agar saluran irigasi di Sumatera Utara dalam kondisi baik agar bisa meningkatkan produksi padi," tukasnya.

Menanggapi hal itu, Ketua Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi/Beras Indonesia (Perpadi) cabang Sumut, H Ardhi Kusno, menyebutkan, jaringan irigasi sangat dibutuhkan para petani, khususnya padi, untuk melakukan pertanaman.

“Tidak sedikit para petani di berbagai daerah yang kami kunjungi mengeluhkan jaringan irigasi yang tidak berfungsi, sehingga menyulitkan mereka untuk bertanam padi,” sesalnya.

Pada kesempatan itu, Ardhi Kusno berharap peranserta dari institusi terkait untuk segera memperbaiki jaringan irigasi yang rusak tersebut, agar target produksi padi Sumut bisa tercapai. Apalagi, selama ini masyarakat Sumut sudah dikenal sebagai pemakan nasi terbanyak, yakni mencapai 116 kg per kapita per tahun. Jumlah ini jauh di atas konsumsi beras untuk dimasak menjadi nasi oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkisar 8,45 kg per bulan atau sebanyak 101,4 kg per kapita per tahun. 

"Kita berharap, beroperasinya Bendungan Lau Simeme cukup membantu petani dalam mendapatkan pengairan saat melakukan usahatani padi," ujarnya, di Sekretariat Perpadi Sumut, kawasan Jalan AH Nasution Medan.

Lebih lanjut dikatakan, irigasi Bandar Sidoras di Kecamatan Perut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang selama ini mengairi sekira 3.500 ha areal persawahan. Begitu juga irigasi Lantasan di Kecamatan Patumbak, Kabupaten Deliserdang. 

"Semoga Bendungan Lau Simeme bisa beroperasi sesuai yang ditargetkan agar petani padi di wilayah Kabupaten Deliserdang tidak kesulitan mendapatkan air untuk persawahannya," tandasnya. Fey 


Komentar

Berita Terkini