|

Demplot CSA SIMURP Dongkrak Produksi Padi Petani Deliserdang dan Sergai

Plang nama program CSA SIMURP di salah satu areal pertanaman padi, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Medan | Program Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) yang digagas pihak Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (PPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) semakin moncer. Di Sumut, sebanyak 192 kelompok tani (poktan) di Kabupaten Deliserdang dan Serdangbedagai, masing-masing 96 poktan, telah merasakan manfaatnya.

Menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, H Rajali, peningkatan produksi padi tersebut diperoleh melalui penerapan teknologi Pertanian Cerdas Iklim (Climate Smart Agriculture, CSA) sebagai bagian dari kegiatan SIMURP yang berlangsung selama kurun waktu tahun 2020-2024. Sebagai perbandingan, lanjutnya, rata-rata produktivitas padi pada demplot CSA sebanyak 96 poktan di Kabupaten Deliserdang mencapai 7,46 ton per hektar (ha) dan di Kabupaten Sergai berkisar 7,15 ton per ha. Sementara, pada tahun lalu hanya sekira 7,05 ton per ha di Deliserdang dan 6,99 ton per ha di Sergai. 

Hal serupa juga terjadi pada pertanaman non demplot, mengalami peningkatan sebanyak 0,52 ton per ha dari tahun sebelumnya. Demikian juga dengan Indeks Pertanaman (IP) yang meningkat menjadi 250 pada tahun 2022 dari sebelumnya berkisar 243 (Deliserdang) dan 258 dari 243 (Sergai).  

"Kita sudah laporkan hasil kegiatan demplot CSA SIMURP tahun 2022 ini kepada Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian Badan PPSDMP Kementerian Pertanian, dalam hal ini Direktur SIMURP, melalui surat tanggal 16 Februari 2023 lalu," papar Rajali di ruang kerjanya, kawasan Jalan AH Nasution Medan, Selasa (21/02/2023) sore.

Ia meyakini, melalui CSA SIMURP, visi-misi Gubsu Edy Rahmayadi dan Wagubsu Musa Rajekshah 'Membangun Desa, Menata Kota Menuju Sumut Agraris yang Bermartabat' bisa segera terwujud. Hal ini mengingat, SIMURP merupakan kegiatan yang berbasis di daerah irigasi dan daerah rawa dengan tujuan untuk meningkatkan IP, produktivitas pertanian, sekaligus pendapatan dan kesejahteraan petani, serta mengurangi emisi gas rumah kaca. 

"Program SIMURP berupaya memberdayakan SDM petani agar maju, mandiri dan modern, dengan meningkatkan produktivitas usahatani melalui pertanian cerdas iklim di tengah perubahan iklim global," sebutnya.

Secara terpisah, Kepala Bidang Penyuluhan Dinas Ketapang TPH Sumut, H Sutarman, menjelaskan, Sumut menjadi salah satu dari 10 provinsi yang dipercaya melaksanakan program SIMURP di Indonesia. Pada tahun pertama pelaksanaannya, dilakukan sejumlah kegiatan tahap persiapan, diantaranya pelatihan Training of Master yang dilanjutkan dengan Training of Trainer dan Training of Farmer. Selain itu, dilakukan demplot di delapan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP), yakni Jaharun, Beringin, Pantai Labu, Tanjung Garbus (Deliserdang) serta Sari Rejo, Pematang Sijonam, Tanjung Beringin dan Serba Jadi (Sergai), berikut penguatan di sisi kelembagaannya.

"Kegiatan dalam program SIMURP memang dilakukan secara bertahap," tukas Sutarman yang ditemui di ruang kerjanya, Lantai 2 Kantor Dinas Ketapang TPH Sumut. 

Lebih lanjut dikemukakan, di tahun kedua program SIMURP, yakni tahun 2021, digelar Sekolah Lapang (SL) dan demplot CSA SIMURP di 192 poktan. Tidak hanya itu, penguatan kelembagaan BPP juga dilakukan dalam upaya mendukung program KOSTRATANI, penguatan Kelompok Wanita Tani dan KEP (Kelembagaan Ekonomi Petani, red) SIMURP dengan melibatkan petani milenial serta uji gas rumah kaca. 

"Sebanyak delapan Kelompok Wanita Tani (KWT) telah menjadi mandiri dengan KEP SIMURP yang dimotori petani milenial, serta terjadi penurunan emisi gas rumah kaca di lima BPP yang telah melakukan uji gerak dengan rata-rata penurunan Global Warming Potensial (GWP) 0,47," tuturnya yang saat itu didampingi Kepala Seksi Kelembagaan Penyuluhan, M Syafnurdin Asroi. 

Praktik pembuatan pupuk organik di salah satu penerima bantuan, beberapa waktu lalu. Foto Ist 
Pihaknya mengklaim, program SIMURP dengan tiga komponennya, masing-masing A (Rehabilitasi), B (Modernisasi) dan C Manajemen SIMURP), akan menjadikan petani menguasai bisnis on farm dan aspek bisnis off farm.

“Program SIMURP yang mengedepankan pertanian organik ini telah membuat petani mendapatkan peningkatan nilai tambah dalam agribisnisnya secara rasional dalam skala usahatani terpadu,” papar Sutarman.

Dicontohkannya, demplot CSA SIMURP tahun 2021 memperlihatkan peningkatan hasil panen padi yang sangat signifikan. Setahun sebelumnya, yakni pada 2020, produktivitas padi non CSA di Kabupaten Deliserdang berkisar 6,76 ton per hektar (ha) dan di Sergai sebanyak 6,61 ton per ha. Jumlah tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2021, sebanyak 6,79 ton per ha di Deliserdang dan 6,63 ton per ha di Sergai. 

"Saat dilakukan demplot CSA SIMURP di tahun 2021, poktan di Deliserdang mampu meningkatkan produktivitas padi petani hingga mencapai 7,27 ton per hektar di Deliserdang dan 6,99 ton per hektar di Serdangbedagai," urainya.

Ia menyatakan, pihak Badan Litbang Pertanian melalui Balai Penelitian Lingkungan Pertanian, juga merekomendasikan penerapan CSA pada tanaman padi dan komoditas lainnya yang bernilai ekonomi tinggi dilakukan melalui paket teknologi. Rekomendasi itu berupa penentuan waktu tanam dengan penggunaan kalender tanam, Selanjutnya, penggunaan bahan organik untuk membuat pupuk organik, penggunaan perangkat uji tanah sawah untuk menentukan dosis pupuk dasar Nitrogen, Phospor, dan Kalium (NPK), termasuk penggunaan bibit unggul, pola tanam jajar legowo dengan 2-3 bibit/lubang pada kondisi macak-macak,

"Tidak kalah pentingnya, penerapan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) terpadu untuk tindakan preventif," tandasnya.. Fey 

Komentar

Berita Terkini