Nama Bahagia Tarigan cukup populer di seantero kawasan Kecamatan STM Hulu. Bukan hanya karena menjabat kades, kesuksesannya bertanam bawang merah menginspirasi warganya untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Kepada Tim Verifikasi Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) penerima bantuan bibit bawang bersumber dari P-APBD Sumut Tahun Anggaran 2022 yang dipimpin H Bahruddin Siregar, ia memulai kisah yang mengubah perekonomian keluarganya menjadi lebih baik lagi.
‘Rumah ini saya bangun dari hasil bertanam bawang merah,” ungkap Bahagia Tarigan di ruang tamu rumahnya, Kamis (08/12/2022) siang.
Ia mengaku, pertanaman bawang merah bukan hal asing bagi warga Desa Liang Pematang yang memiliki ketinggian sekira 1.800 Dari Permukaan Laut (DPL). Menurutnya, sejak tahun 1940-an, warga Desa Liang Pematang telah menanam bawang merah. Namun, pengetahuan yang terbatas, membuat para petani bawang merah di desa tersebut tidak mampu menuai hasil memuaskan dan beralih ke tanaman hortikultura lainnya seperti cabai merah dan beragam jenis sayuran. Tidak sedikit warga juga memilih komoditas tanaman pangan, salah satunya jagung, untuk menafkahi keluarganya. Hanya segelintir warga yang tetap mempertahankan tanaman bawang merah, sembari bertanam komoditas pertanian lainnya.
“Saya justru sempat merantau ke berbagai daerah dan saat pandemi Covid-19, pulang kampung setelah 10 tahun bekerja sebagai sopir pribadi di Jakarta,” papar Bahagia Tarigan.
Pengalamannya menjadi sopir pribadi Jani Ginting, pengusaha tanaman hortikultura asal Desa Tiga Juhar Kecamatan STM Hulu, turut andil mengasah kembali jiwa petaninya yang sempat pudar. Bermodalkan lahan seluas 27 rante, setara dengan 10.800 meter persegi, Bahagia mengadu peruntungannya menanam bawang merah.
Berkat ketekunannya, dua bulan berselang, tanaman bawang merah tersebut mampu menghasilkan 18 ton per hektar (Ha).
“Saat itu, harga jual bawang merah di tingkat petani Rp45 ribu per kilogram,” ujarnya.
Hasil tersebut kian memacu semangatnya untuk kembali menanam bawang merah. Kapasitasnya sebagai kepala desa dimanfaatkan untuk menyosialisasikan tanaman bawang kepada warganya. Bahagia Tarigan juga menggandeng pakar pertanian dari Universitas Sumatera Utara, Prof Abdul Rauf, untuk memeriksa tanah warganya sebelum memulai pertanaman. Tujuannya agar para petani bisa menggunakan pupuk sesuai dengan kebutuhan lahan pertanamannya.Tidak sia-sia, budidaya bawang merah yang digelutinya mampu mengubah ‘gubuk’ sebagai tempat bernaung keluarganya, menjadi bangunan permanen dengan disain modern.
“Di awal pandemi Covid-19 tahun 2019, saya mulai menikmati hasil menanam bawang merah,” tuturnya.
Bahagia Tarigan mengklaim, saat itu mampu mereguk manisnya bertanam bawang merah. Selain hasil panen mencapai 18 ton per hektar, harga jual di tingkat petani juga mencapai Rp45 ribu per kilogram (kg).
“Saya bisa dapat Rp810 juta dari panen bawang merah seluas 27 rante, dari modal sebanyak Rp150 juta,” sebutnya.
Sementara, pejabat Fungsional Dinas TPH Sumut, H Bahruddin Siregar, mengingatkan para petani untuk menggunakan pupuk organik, salah satunya kompos, dalam bercocok-tanam agar biaya pengeluaran bisa diminimalisir, sehingga hasil yang diperoleh lebih banyak.
“Selain meminimalisir pengeluaran petani, lahan pertanaman juga lebih sehat, sehingga tanaman yang dihasilkan juga akan sehat,” paparnya.
Berdasarkan kesaksian sejumlah petani Desa Liang Pematang, kata Bahruddin, bawang merah mampu menyejahterakan keluarga. Antusiasme itu terlihat dari tanaman bawang merah yang tersebar di Desa Liang Pematang.Betapa tidak, lanjutnya, bermodalkan 20 Kg bibit bawang merah untuk luas pertanaman 1 rante, para petani setempat mampu menghasilkan 600 kg bawang merah.
“Panen bulan Agustus lalu, dari modal untuk satu rante tanaman bawang hingga panen sebanyak Rp6 juta, setiap petani akan memperoleh hasil sebanyak Rp20 juta,” urai Bahruddin Siregar.
Secara terpisah, Plt Kepala Dinas TPH Sumut, Hj Lusyantini, yang dihubungi melalui telepon selulernya, menyambut positif keberhasilan petani bawang di Desa Liang Pematang.
“Melalui bantuan bibit bawang merah berikut pupuk organik yang bersumber dari APBD maupun P-APBD Sumatera Utara, pemerintah memang berharap kesejahteraan keluarga petani bisa meningkat,” tandasnya. Fey