Medan | Kinerja pihak Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Sumut layak diapresiasi. Bersama para petani, para personilnya berjibaku menyelamatkan ratusan hektar (ha) pertanaman pangan dan hortikultura yang kebanjiran di berbagai daerah, melalui Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI) dengan tagline 'Selamatkan Tanaman dari Banjir'.
“Kita sudah monitoring di seluruh kabupaten dan melakukan sejumlah upaya untuk menyelamatkan pertanaman petani,” ungkap Kepala UPT PTPH Sumut, Marino, melalui telepon selulernya, Minggu (27/11/2022) sore.
Diakuinya, lahan pertanaman di Langkat yang paling terdampak banjir, khususnya di Kecamatan Binjai. Di kecamatan ini, seluas 192 ha dari total 455 ha tanaman padi berusia 5-15 Hari Setelah Tanam (HST) terendam air. Pada tanggal 16 Nopember 2022, misalnya, personil Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) yang bertugas di Desa Suka Makmur melaporkan, seluas 20 ha dari 45 ha areal pertanaman padi varietas Inpari 31 berusia 5-15 HST telah ‘ditutupi’ air.
Begitu juga di Kelurahan Kuala Begumit, seluas 4 ha dari 10 ha lahan persawahan yang ditumbuhi padi berusia 5-10 HST ikut terdampak banjir. Lebih parah lagi dialami para petani padi di Desa Sambirejo, dari 250 ha pertanaman padi, seluas 160 ha diantaranya terendam air. Beruntung, di Desa Sendang Rejo hanya 8 ha dari 150 ha lawan persawahan yang menjadi korban banjir.
Marino menambahkan, petani di Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat juga harus merelakan lahan persawahannya terendam air.
“Minggu ini, saya bersama sejumlah staf dan dibantu petani dari Poktan (Kelompok Tani, red) Sido Mulyo Desa Paya Rengas Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat sudah melakukan gerakan penanganan dampak perubahan iklim,” paparnya.
Gerakan dimaksud, kata Marino berupa pembersihan parit di sekitar lokasi persawahan agar genangan air segera surut. Dijelaskannya, Desa Paya Rengas memiliki areal pertanaman seluas 200 Ha dengan beberapa poktan. Namun, areal persawahan anggota Poktan Sido Mulyo yang paling terdampak banjir. Tercatat, seluas 30 Ha tanaman padi berusia 7-14 HST terendam air, sehingga bersama anggota Poktan Sido Mulyo, sejumlah personil PTPH Sumut bergotong-royong membersihkan parit di sekitar lokasi.
“Normalisasi melalui pembersihan parit merupakan salah satu upaya dalam Gerakan Penanganan Dampak Perubahan Iklim agar air yang merendam tanaman padi bisa mengalir ke parit di sekitar lokasi,” tuturnya.
Para petani Desa Paya Rengas Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat membersihkan saluran parit agar genangan air di areal persawahan bisa segera mengalir, beberapa waktu lalu. Foto Ist |
Sementara, Kepala Seksi Dampak Perubahan Iklim UPT PTPH Sumut, Amran, menyatakan, banjir juga melanda areal pertanaman pangan di kabupaten lainnya, seperti Nias Barat dan Kota Binjai. Di Nias Barat, petani di empat desa, masing-masing, Iraono Gaila dan Tiga Serangkai Kecamatan Lahomi, Desa Hilidaura Kecamatan Mandrehe Barat serta Desa Ononamolo I Kecamatan Mandrehe Utara harus merelakan 19,5 Ha dari 128 Ha pertanaman padinya kebanjiran. Bahkan, seluas 1,5 Ha diantaranya mengalami puso.
“Berdasarkan laporan petugas POPT kita di wilayah Kepulauan Nias, pertanaman padi yang puso itu di Desa Ononamolo I Kecamatan Mandrehe Utara,” tutur Amran yang turut mendampingi Marino ke Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, melalui WhatsApp.
Untuk Kota Binjai, pihaknya mendapatkan laporan, seluas 4 Ha dari 25 Ha pertanaman padi varietas Inpari 32 milik petani di Kelurahan Cengkeh Turi Kecamatan Binjai Utara juga terendam air, meski akhirnya mampu diselamatkan.
Amran mengklaim, tanaman ubi kayu seluas 5 Ha dari 65 Ha milik petani di Desa Simpang Gambus Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara juga terdampak banjir. Begitu juga tanaman hortikultura, yaitu cabai merah di Desa Lubuk Cuik Kecamatan Lima Puluh Pesisir Kabupaten Batubara, tidak luput dari genangan air.
“Dari 20 hektar luas areal pertanaman cabai yang ada, seluas 2,5 hektar terendam air,” tukasnya.
Menanggapi hal itu, Plt Kepala Dinas TPH Sumut, Hj Lusyantini, mengimbau para petani tetap mewaspadai cuaca ekstrem yang diprediksi bakal berlangsung hingga akhir tahun.
“Para petani harus selalu membersihkan saluran parit di sekitar areal pertanaman agar air bisa segera surut, sehingga tidak mengganggu pertumbuhan tanaman,” ujar Lusyantini.
Kepala UPT PTPH Sumut, Marino, berbincang dengan personil POPT di Kecamatan Hinai di sela kegiatan Gerakan Penanganan DPI di Kabupaten Langkat, beberapa waktu lalu. Foto Ist |