|

Di Sumut, 150 Ha Sawah Terendam Air, 31 Ha Puso

Kasi Dampak Perubahan Iklim UPT PTPH Sumut, Amran (paling kiri) bersama petani dan petugas POPT meninjau areal persawahan yang masih terendam air di wilayah Kabupaten Batubara, Selasa 28/11/2022). Foto Ist
Medan | Aksi cepat tanggap kembali diperlihatkan para personil Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Sumut dalam menyelamatkan pertanaman yang dilanda banjir di tiga kabupaten, beberapa waktu lalu. Hasilnya, dari 150 Hektar (Ha) yang terendam air, tersisa 31 Ha yang mengalami puso.

“Pertanaman padi di areal seluas 31 hektar itu, 30 hektar di Desa Pematang Jering Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara dan 1 hektar lagi di Desa  Sei Tuan Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deliserdang, memang tidak bisa lagi diselamatkan,” ungkap Kepala UPT PTPH Sumut, Marino, di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, Rabu (09/11/2022) siang.

Ia mengemukakan, usia padi varietas Inpari 32 yang baru ditanam di dua kabupaten tersebut, yakni semuanya berkisar 1 hingga 15 Hari Setelah Tanam (HST), turut andil menjadi penyebab tanaman padi mengalami puso setelah sempat tertutup air. Di Desa Pematang Jering misalnya, seluas 39 Ha tanaman padi usia 1-15 HST sempat tertutup air sebelum dilakukan tindakan penyelamatan dengan membuang genangan air tersebut dari areal persawahan dengan menggunakan pompa.  

“Bila ditotal, ada 150 hektar tanaman padi dari 1.652 hektar di 11 desa yang masuk dalam wilayah tiga kabupaten di Sumatera Utara, terkena banjir,” tutur Marino.

Pihaknya mengklaim telah memiliki Standar Operasi Prosedur (SOP) dalam menangani setiap permasalahan yang terjadi terhadap tanaman pangan dan hortikultura di lapangan. 

“Saat petugas POPT (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan, red) yang di lapangan menginformasikan adanya persawahan yang terkena banjir, kita segera mempersiapkan tim untuk segera turun melakukan penyelamatan tanaman,” paparnya. 

Langkah pertama, kata Marino, mendirikan posko di sekitar lokasi kejadian dengan melibatkan perangkat desa dan institusi terkait lainnya. Di posko tersebut akan dilakukan inventarisir kerusakan yang terjadi, termasuk penanggulangannya.

“Intinya, SOP itu mempersingkat birokrasi dengan mengutamakan tindakan penyelamatan ke lapangan,” tegas Marino.

Setelah diinventarisir, pihaknya bersama masyarakat bergotong-royong untuk mengeluarkan air yang merendam areal persawahan agar pertumbuhan tanaman tidak terganggu. 

“Kita punya pompa air beragam ukuran, mulai kecil hingga besar yang disimpan di sejumlah kantor Laboratorium PHP Sumut di daerah untuk memudahkan mobilisasi saat hendak melakukan tindakan penyelamatan,” ujarnya.

Para petani bergotong-royong membersihkan parit di sekitar areal persawahan yang terendam air di Kabupaten Batubara, agar tanaman padi bisa diselamatkan, Selasa (08/11/2022). Foto Ist
Sementara, Kepala Seksi Dampak Perubahan Iklim UPT PTPH Sumut, Amran, yang turun langsung ke Desa Pematang Jering Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara, mengaku kondisi air yang merendam areal persawahan sudah mulai surut. 

“Setelah kita bergotong-royong membersihkan parit di sekitar lokasi kejadian dan memompa air yang merendam areal persawahan, tanaman padi sudah mulai nampak lagi karena air sudah surut,” paparnya melalui sambungan telepon seluler.

Amran menyatakan, sebanyak 11 desa yang areal persawahannya dilanda banjir tersebut, yakni Desa Pematang Jering Kecamatan Air Putih Kabupaten Batubara (39 Ha), Desa Ramunia 1 (2 Ha), Ramunia 2 (4 Ha) dan Sei Tuan (3 Ha) ketiganya di Kecamatan Pantai Labu, serta Desa Sidoarjo II R (25 Ha), Beringin (15 Ha), Karang Anyer (10 Ha), Sidodadi (15 Ha), Pasar V Kebun Kelapa (7 Ha) dan Tumpatan (5 Ha) di Kecamatan Beringin Kabuoaten Deliserdang, serta di Desa Batu Maelenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat (25 Ha). 

“Khusus di Desa Batu Maelenggang Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, usia padi sudah berkisar 40 sampai 60 hari setelah tanam, sehingga terhindar dari puso,” sebutnya. Fey

 


Komentar

Berita Terkini