|

Tim PTPH Sumut Selamatkan Tanaman Padi di Nias

Penyemprotan larutan pestisida dalam upaya menyelamatkan tanaman padi dari serangan penyakit Blas dan Kresek dilakukan pihak UPT PTPH bekerja sama dengan sejumlah anggota Poktan Murah Senyum Desa Lasaro Sawo Kecamatan Sawo Kabupaten Nias Utara, Rabu (15/06/2022). Foto Ist

Medan- Sejumlah personil Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Sumatera Utara (Sumut) kembali menyelamatkan pertanaman padi milik sejumlah petani yang terserang penyakit Blas dan Kresek. Melalui aksi Gerakan Pengendalian (Gerdal), kali ini puluhan  hektar tanaman padi di Kabupaten Nias Utara dan Nias Barat terhindar dari gagal panen.

“Minggu lalu kita ke Nias selama empat hari untuk melakukan gerakan pengendalian bersama para petani yang tanaman padinya terserang,” ujar Kepala UPT PTPH Sumut, Marino, di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, Selasa (21/06/2022) pagi.

Menurutnya, aksi Gerdal dilakukan setelah mendapat laporan dari personil Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama dan Penyakit (POPT-PHP) di wilayah itu seputar tingginya populasi berikut intensitas serangan terhadap tanaman padi. Dalam Laporan Dini Peringatan yang disampaikan Koordinator POPT-PHP itu disebutkan, serangan terjadi di areal pertanaman padi milik anggota Kelompok Tani (Poktan) Murah Senyum Desa Lasaro Sawo Kecamatan Sawo Kabupaten Nias Utara dan Poktan Wanita Matahari Desa Lasara Baene Kecamatan Medrehe Kabupaten Nias Barat.

“Berdasarkan laporan yang kami terima, intensitas serangan yang dialami padi varietas Inpari 32 berusia 42 sampai 50 hari setelah tanam, sudah mencapai 3,7 persen, sehingga perlu segera dilakukan gerakan pengendalian untuk menyelamatkan pertanaman,” tegas Marino yang saat itu didampingi Kepala Seksi (Kasi) Pengamatan Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Rukito, dan Kasi Dampak Perubahan Iklim (DPI), Amran. 

Setelah dilakukan serangkaian persiapan, lanjutnya, disepakati untuk melakukan Gerdal di areal seluas 25 Hektar (Ha). Berbekal alat dan sarana untuk aksi pengendalian, seperti Alat Pelindung Diri, topi, masker, sarung tangan, berikut pestisida Kuproxat sebanyak 20 liter, Topsin 10 liter dan bahan pengendalian ramah lingkungan berupa Agens Hayati Trichoderma sebanyak 15 kilogram, tim dari PTPH Sumut dibantu personil POPT-PHP, Penyuluh Pertanian Lapangan dan para petani setempat, melakukan gerdal tersebut.

“Di Nias Utara kita lakukan Gerdal pada hari Rabu tanggal 15 Juni 2022 dan di Nias Barat pada hari Kamis tanggal 16 Juni 2022,” sebutnya.

Pada kesempatan itu, Kasi POPT UPT PTPH Sumut, Rukito, menambahkan, sebelum dilakukan gerdal, pihaknya terlebih dahulu mencampurkan bahan pengendalian berupa pestisida dengan air. Dosisnya, 2 mililiter (ml) pestisida per liter air. Setelah diaduk, campuran tersebut dimasukkan dalam wadah hand sprayer sebelum disemprotkan secara serentak ke tanaman padi yang terserang. 

Kepala UPT PTPH Sumut, Marino (topi putih di depan) bersama anggota tim dan para petani Poktan Murah Senyum Desa Desa Lasaro Sawo Kecamatan Sawo Kabupaten Nias Utara usai melaksanakan Gerdal, Rabu (15/06/2022). Foto Ist

“Pola penyemprotan juga kita atur, yakni bergerak maju secara serentak sampai seluruh areal yang terserang. Setelah itu, para penyemprot kembali ke tempat semula,” papar Rukito.

Tidak sekadar melakukan gerdal, pihaknya juga membagikan pengetahuan kepada para petani seputar seleksi benih berikut perlakuan benih sebelum ditanam. Tujuannya untuk mencegah sekaligus meminimalisir cendawan atau pun bakteri yang terbawa oleh benih.

“Biasanya, para petani tidak melakukan seleksi benih saat mendapatkan benih, baik itu bantuan maupun swadaya. Padahal, itu sangat rentan untuk pertumbuhan tanaman,” tuturnya.

Rukito juga menjelaskan penyakit Blas dan Kresek yang kerap menyerang pertanaman padi milik petani. Dikemukakannya, penyakit Blas atau kerap disebut busuk leher, disebabkan jamur pylicularia grisea yang dapat menginfeksi pada semua fase pertumbuhan tanaman padi, baik mulai pembibitan hingga fase generatif. 

“Ciri tanaman padi yang terserang Blas adalah, daun padi akan memiliki bercak coklat berbentuk belah ketupat,” tukasnya.

Berbeda dengan penyakit Kresek atau Hawar Daun Bakteri, Rukito menyatakan, pemicunya oleh bakteri Xanthonomas oryzae. Padi baru tumbuh yang terserang akan layu dan akhirnya mati.

“Gejala ini yang disebut Kresek. Bila tanaman padi dewasa yang terserang, menimbulkan gejala Hawar atau blight,” urainya.

Secara terpisah, Plt Kadis TPH Sumut, Hj Lusyantini, mengklaim, seluruh personil UPT PTPH Sumut berupaya untuk tanggap dalam mengamankan produksi pangan dan hortikultura daerah ini.

“Bila sudah ada laporan seputar serangan hama dan penyakit, pihak UPT PTPH segera melakukan kajian singkat sebelum memutuskan apakah perlu Gerdal atau tidak, karena mereka memiliki standarisasi dalam penanganan masalah di lapangan,” tandasnya melalui sambungan telepon seluler. Fey

Kasi POPT UPT PTPH Sumut, Rukito, mengajarkan anggota Poktan Wanita Matahari Desa Lasara Baene Kecamatan Medrehe Kabupaten Nias Barat, cara melakukan seleksi benih usai melaksanakan Gerdal, Kamis (16/06/2022). Foto Ist 


Komentar

Berita Terkini