|

Di Samosir, Petani Kentang Keluhkan Penyakit Layu Bakteri

Staf Fungsional Bidang Penyuluhan Dinas TPH Sumut, Iman Rahmat Catur, menjelaskan seputar budidaya kentang dalam dialog interaktif menjelang pelaksanaan gerakan tanam kentang di areal milik Poktan Satahi Saoloan Desa Hariara Pintu Kecamatan Harian Kabupaten Samosir, beberapa waktu lalu. Foto Fey

Samosir- Ternyata, Layu Bakteri menjadi momok bagi petani kentang di Kecamatan Harian. Tidak sedikit tanaman kentang yang mati akibat serangan penyakit ini.

"Tanaman kentang kami sering kena penyakit 'mati gadis' (sebutan penyakit layu bakteri di daerah itu, red) pak. Mohon dikasi-tahu bagaimana cara mengatasinya pak," ungkap seorang petani, Herianto Sitorus, dalam dialog interaktif menjelang pelaksanaan Gerakan Tanam Kentang di lahan milik anggota Kelompok Tani Satahi Saoloan Desa Hariara Pintu Kecamatan Harian Kabupaten Samosir, beberapa waktu lalu.

Ia mengaku, pertanaman kentang telah mampu mendongkrak perekonomian keluarganya. Apalagi, Kecamatan Harian merupakan salah satu sentra pertanaman kentang di wilayah Kabupaten Samosir. Satu hal yang membuat dirinya serius dalam melakukan budidaya kentang, selain beberapa tanaman hortikultura lainnya.

"Hanya dua rante (800 meter persegi, red) tanaman kentang saya. Tapi setiap panen saya bisa dapat 600 sampai 700 kilogram per rante dengan harga jual kentang terakhir Rp6.000 per kilogram," tutur Herianto.

Menanggapi hal itu, seorang staf Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Hortikultura Kutagadung Berastagi, Tuti, menyarankan para petani untuk menggunakan benih kentang bersertifikat. Hal ini mengingat, benih kentang bersertifikat telah melalui sejumlah proses uji laboratorium. 

"Perlu diperhatikan penggunaan bibit atau pun benih berkualitas sebelum memulai pertanaman," tukasnya.

Tuti menyatakan, penyakit layu bakteri, kerap disebut penyakit lendir disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum (Pseudomonas solanacearum) yang berpotensi mengurangi hasil panen kentang. Gejala serangan bisa terlihat dari daun muda kentang yang layu serta daun tua menguning. 

"Kalau batang tanaman yang layu dipotong maka tampak pembuluhnya berwarna kecoklatan dan bila batang itu ditekan, maka akan keluar lendir berwarna keabuan," urai Tuti.

Dikemukakannya, bakteri penyebab penyakit layu bisa menyerang tanaman inang lain seperti tomat, cabai, terong, kacang tanah, dan gulma terung-terungan. Bakteri, kata Tuti, bisa ditularkan melalui air, tanah yang terinfeksi dan umbi bibit. 

"Kalau kita memotong umbi bibit yang terserang penyakit, pisau itu bisa menularkan penyakit ke umbi yang sehat. Infeksi bakteri pada tanaman dibantu adanya luka pada tanaman," urainya.

Pada kesempatan itu, Tuti memberikan sejumlah cara pengendalian penyakit layu bakteri pada kentang, yakni dengan memanfaatkan agens hayati BIO SPF yang memiliki bahan aktif Pseudomonas fluorescent.

"Sebelum ditanam, rendam selama dua jam bibit kentang dengan satu sendok (berkisar 10 gram, red) BIO SPF yang dilarutkan dalam 10 liter air," sebutnya.

Selain itu, Tuti menyarankan para petani untuk melakukan penyemprotan pada pangkal batang kentang dengan campuran tiga sendok (sekira 33 gram) BIO SPF dan 14 liter air, saat pertanaman berusia dua minggu. Mengenai dosis pemakaiannya, berkisar 1 sachet berisi 100 gram untuk areal pertanaman seluas 1.000 meter persegi. 

"Lakukan penyemprotan pada sore hari agar agens hayati tidak terganggu sinar ultra violet dari sinar matahari," ujarnya.

Plh Kabid Hortikultura Dinas TPH Sumut, Juwaeni (nomor empat dari kanan) memperlihatkan bibit kentang bersertifikat bantuan yang bersumber dari APBD Sumut Tahun Anggaran 2022, sebelum melakukan gerakan tanam kentang di areal milik anggota Poktan Satahi Saoloan Desa Hariara Pintu Kecaatan Harian Kabupaten Samosir, beberapa waktu lalu. Foto Fey 

Berdasarkan pengamatan, dialog interaktif tersebut juga diisi dengan materi budidaya kentang yang disampaikan staf Fungsional Bidang Penyuluhan Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Iman Rahmat Catur. Dihadapan puluhan petani kentang, dijelaskannya tanaman semusim ini mempunyai kemampuan berkembang biak secara vegetatif melalui umbi. 

"Kentang akan tumbuh subur pada daerah beriklim dingin seperti di Kecamatan Harian ini," paparnya.

Secara terpisah, Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Suut, Marino, mengklaim segera menurunkan tim untuk melakukan gerakan pengendalian bila ada laporan dari personil POPT (Pengendalian Organisme Penyakit Tanaman, red) di lapangan.

"Kita segera melakukan gerakan pengendalian bila sudah ada laporan dari petugas POPT di wilayah Kabupaten Samosir," tegasnya melalui telepon seluler, Senin (20/06/2022) siang.

Menurutnya, ada beberapa hama dan penyakit yang kerap dihadapi para petani saat melakukan budidaya kentang. Beberapa diantaranya seperti hama penggerek daun, lalat (Liriomyza huidobrensis), ulat tanah (Agrotis ipsilon), kutu daun (Myzus persicae) dan kutu kebul (Trips). Sementara untuk penyakit, selain layu bakteri dan layu fusarium, tanaman kentang juga rentan dengan busuk umbi akibat jamur Colleotrichum coccodes dan penyakit busuk daun.

"Intinya, begitu ada laporan terjadinya serangan hama atau pun penyakit pada tanaman, personil UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas TPH Sumatera Utara, segera bergerak melakukan gerakan pengendalian," tandasnya. Fey


Komentar

Berita Terkini