|

PTPH Sumut Siaga Dampak Perubahan Iklim

Kepala Seksi Dampak Perubahan Iklim UPT PTPH Dinas TPH Sumut, Amran SP, menunjukkan areal persawahan di Desa Patane Kecamatan Porsea Kabupaten Toba yang sempat terendam air, beberapa waktu lalu. Foto Fey

Medan- Dampak perubahan iklim yang terjadi di wilayah Sumatera Utara (Sumut) mengakibatkan para punggawa di Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut harus berjibaku mengamankan pertanaman petani.

"Kita berupaya semaksimal mungkin untuk mengamankan pertanaman petani agar produktivitas tidak terganggu," tegas Kepala UPT PTPH Dinas TPH Sumut, Marino, di ruang kerjanya, Senin pagi (21/03/2022).

Ia mencontohkan, banjir yang merendam areal persawahan di Lingkungan II Baung Kelurahan Rianiate Kecamatan Angkola Sangkunur Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) pada 17 Maret 2022 lalu. Di lokasi itu, kata Marino, terdapat 2 hektar (Ha) dari 10 Ha pertanaman padi berusia 80 hingga 100 Hari Setelah Tanam (HST) yang terendam, bisa diselamatkan setelah para petani membersihkan parit yang tersumbat di sekitar persawahan. 

Begitu juga areal persawahan di Dusun II Sibara-bara Desa Simataniari Kecamatan Angkola Sangkunur Kabupaten Tapanui Selatan. Dari areal seluas 7 Ha pertanaman padi berusia tujuh hingga 80 HST, sebanyak 5 Ha diantaranya terendam air. Namun, berkat upaya pembersihan parit di sekitar areal persawahan, padi masih bisa diselamatkan.

"Memang air belum surut di petakan sawah, tapi menurut personil kita di lokasi kejadian, pertanaman padi bisa diselamatkan," papar Marino.   

Berdasarkan catatan pihaknya, dari 3.488 Ha lahan pertanian padi sawah di tiga kabupaten wilayah Sumut, seluas 678,8 Ha diantaranya mengalami kerusakan akibat curah hujan yang cukup tinggi pada akhir tahun 2021. Tiga kabupaten dimaksud, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang (570 Ha), Kecamatan Batang Lubuk Sutam Kabupaten Padang Lawas (105,8 Ha), serta Kecamatan Meranti Kabupaten Asahan (3 Ha).

"Ada seluas 107 hektar pertanaman padi varietas Ciherang, Inpari dan Mekongga yang mengalami puso atau gagal panen dengan usia padi hingga 44 Hari Setelah Tanam," tukasnya.

Sementara, Kepala Seksi Dampak Perubahan Iklim (DPI) UPT PTPH Sumut, Amran SP, mengakui, lahan pertanian di sejumlah kabupaten terendam air akibat curah hujan yang tinggi. Hingga tanggal 14 Maret 2022, untuk pertanaman padi, seluas 205,5 Ha dari 1.622 Ha areal persawahan di lima kabupaten/kota di Sumut yang terdampak banjir. 

"Dari 205,5 hektar areal persawahan yang terendam air itu, seluas 59 hektar diantaranya mengalami puso," tuturnya.

Di Desa Sabungan Kecamatan Sei Kanan Kabupaten Labuhanbatu selatan (Labusel), misalnya, seluas 60 Ha pertanaman padi varietas Inpari 32 dan Bima Sakti berusia 54-61 HST terendam air. 

"Kejadiannya tanggal 28 Februari 2022 dan dilaporkan ke kita tanggal 7 Maret 2022 dengan hasil seluas 56 hektar pertanaman padi mengalami puso," ujar Amran melalui telepon selulernya.

Dampak perubahan iklim banjir juga dialami petani Desa Pekubuan Kecamatan Tanjungpura Kabupaten Langkat. Amran menyebutkan, padi varietas Inpari 32 berusia 7-32 HST di areal 40,5 Ha dari total pertanaman seluas 60 Ha mengalami kerusakan. Kendati demikian, kejadian banjir yang dilaporkan pada tanggal 1 Maret 2022 tersebut tidak mengakibatkan pertanaman padi menjadi puso. 

Tidak jauh berbeda di Desa Percut dan Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deliserdang. Di Desa Percut, dari areal pertanaman padi varietas Ciherang dan Inpari seluas 584 Ha dengan usia tanam berkisar 40 HST, hanya 5 Ha yang terendam air. Begitu juga petani di Desa Tanjung Rejo yang memiliki areal pertanaman seluas 645 Ha, hanya 5 Ha mengalami kerusakan.

"Di tiga desa wilayah Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deliserdang juga terdampak banjir. Dari 88 hektar pertanaman padi yang ada di tiga desa, seluas 54 hektar diantaranya terendam air," urainya.

Amran mengklaim, banjir juga merusak 21 Ha dari 185 Ha pertanaman padi milik petani di Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan, Kota Medan. Beruntung, padi varietas Inpari 32 dan Ciherang berusia 30-85 HST bisa diselamatkan.

"Di Desa Patane IV Kecamatan Porsea Kabupaten Toba, banjir melanda 20 hektar dari 50 hektar pertanaman padi petani. Seluas 3 hektar diantaranya mengalami puso," sebutnya.

Pertanaman padi milik petani di Kelurahan Rianiate Kecamatan Angkola Sangkunur Kabupaten Tapanuli Selatan yang terendam air, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Secara terpisah, Plt Kadis TPH Sumut, Bahruddin Siregar, menyatakan, dampak perubahan iklim banjir tersebut bakal mengganggu target produksi padi sebanyak 3.985.007 ton Gabah Kering Giling (GKG), setara 2.550.404 ton beras pada tahun 2022.

"Kita akan mengerahkan segenap kemampuan untuk tetap mencapai target padi di tahun 2022," ucap Bahruddin melalui telepon selulernya.

Selain mengintensifkan pengawalan terhadap pertanaman, baik dari serangan hama dan penyakit maupun bencana alam, pihaknya juga berupaya meningkatkan produktivitas panen petani, yakni sebanyak 5,24 ton per Ha dari tahun lalu berkisar 5,17 ton per Ha. 

"Target padi tahun 2022 memang lebih tinggi dibanding tahun lalu yang berkisar 3.906.872 ton Gabah Kering Giling," urainya.

Diharapkan, melalui beragam upaya yang dilakukan, Sumut masih tetap surplus beras. Hal ini mengingat, kebutuhan konsumsi beras masyarakat berkisar 1.957.590 ton.

"Kalau target tahun 2022 terpenuhi, yakni 2,550.404 ton beras, Sumatera Utara masih memiliki sisa sebanyak 592.814 ton beras, sehingga harga beras di pasaran bisa tetap stabil," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini