|

Sensasi Kurma Barhi di Lereng Sinabung

Plt Kadis TPH Sumut, Bahruddin Siregar (kanan) didampingi Kepala UPT BIH Kutagadung Berastagi, Lambok Turnip, mendengarkan penjelasan pengelola kebun kurma, Iwan Tarigan, saat berkunjung ke Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, Rabu (02/02/2022) petang. Foto Fey 

Karo- Berkesempatan memetik buah kurma di lereng Gunung Sinabung menjadi pengalaman yang tidak layak dilupakan bila berkunjung ke Kabupaten Karo. 

Sensasi memetik buah kurma tersebut dirasakan langsung Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumatera Utara, Bahruddin Siregar, bersama Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura, Marino, dan stafnya, Amran, Rabu (02/02/2022) petang. 

"Rasanya jelas beda, bisa metik kurma di lereng gunung yang memiliki udara dingin seperti di Desa Kutambaru ini," aku Bahruddin Siregar, usai memanen kurma. 

Kunjungan ke kebun kurma itu memang tidak direncanakan sebelumnya. Berawal dari instruksi langsung Gubsu Edy Rahmayadi untuk menghadiri kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Kabupaten Karo pada Kamis (03/02/2022), rombongan kecil itu bergerak dari Kantor Dinas TPH Sumut, kawasan Jalan AH Nasution No 6 Medan, Rabu (02/02/2022) sekira pukul 14.00 WIB. 

Namun, menjelang tiba di Kota Berastagi, diperoleh informasi kunjungan Presiden Jokowi ke Karo ditunda hingga Jumat (04/02/2022) pagi. Tak ayal, kebimbangan sesaat muncul, apakah bergerak pulang ke Medan atau tetap bertahan di kota wisata tersebut sembari menunggu hari Jumat. Padahal, penginapan telah dibooking sebelumnya, dan sejumlah agenda kegiatan internal di Berastagi masih menanti.

Beruntung, Kepala UPT Benih Induk Hortikultura (BIH) Kuta Gadung Berastagi, Lambok Turnip, mengusulkan ide cukup brilian.

"Kalau berkenan, kita sore ini berkunjung saja ke Kebun Kurma di kawasan Tiganderket yang sedang berbuah lebat, Pak Kadis," ujarnya melalui sambungan telepon seluler.

Sontak, tawaran itu segera disambut setuju. Tugu Kol di Kota Berastagi segera menjadi tujuan. Menurut Lambok Turnip, Tiganderket mudah dicapai bila dari Medan, langsung berbelok ke kanan saat sudah tiba di Tugu Kol Berastagi.

"Dari Tugu Kol Berastagi, kita belok kanan dan lurus saja sejauh 30-an kilometer sebelum sampai tujuan," urainya.

Berdasarkan petunjuk dari aplikasi di android, jarak tempuh menuju wilayah Kecamatan Tiganderket dari Medan berkisar 93,2 km. Sementara, dari Tugu Kol Berastagi ke Tiganderket sejauh 23 km. Saat itu, waktu telah menunjukkan pukul 16.30 WIB. Tak ayal, tiga mobil dipacu di jalan beraspal mulus. 

Rombongan dari Dinas TPH Sumut foto bersama dengan pengelola kebun kurma Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo, Iwan Tarigan, Rabu (02/02/2022) petang. Foto Fey

Memasuki wilayah Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket, hujan seakan menyambut kedatangan rombongan. Hingga tiba di lokasi perkebunan kurma seluas 1,5 hektar itu, hujan tidak kunjung berhenti. Kendati demikian, kondisi itu tidak menyurutkan semangat untuk segera memasuki kebun milik Bena Ukur Tarigan, mantan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Karo, yang memilih menggeluti dunia agribisnis setelah pensiun dari tugasnya.

"Kita padukan budidaya kurma dengan tanaman tumpangsari seperti buah naga dan pisang barangan," ungkap Iwan Tarigan, pengelola Kebun Kurma yang juga bertindak sebagai pemandu rombongan, mengawali penjelasannya.

Ia berkisah, pemilihan tanaman kurma bukan tanpa alasan. Orangtuanya, yakni Bena Ukur Tarigan, telah melakukan serangkaian pertimbangan. Apalagi, seorang praktisi kurma di Provinsi Sumatera Utara, yakni Jani Ginting, yang tergolong masih kerabat mereka, turut memberikan motivasi.

"Tahun 2017, kita mendatangkan 200 batang kurma jenis Barhi dari Laboratorium kultur jaringan DPD (Dates Palm Development, red) Inggris setinggi 3 centimeter seharga hampir dua juta rupiah per batangnya," papar Iwan.

Memanfaatkan pupuk kandang yang telah difermentasi sebelumnya, perawatan tanaman dilakukan secara intensif. Pihaknya juga melakukan model pembuahan secara manual, melalui penyerbukan yang diatur sedemikian rupa menjelang tumbuh bunga sebelum menjadi buah. Hasilnya tidak sia-sia, sekira tiga tahun berselang, sebanyak 13 pohon kurma mulai berbunga. 

"Tepatnya sekira bulan Juni sampai Nopember 2020, pohon kurma mulai berbunga dan panen pada bulan Desember sampai bulan Mei 2021," urainya.

Dari kiri ke kanan, Kepala UPT PTPH, Marino, Pengelola kebun kurma, Iwan Tarigan, Plt Kadis TPH Sumut, Bahruddin Siregar, dan Kepala UPT BIH Kutagadung Berastagi, Lambok Turnip. Foto Fey 

Pada Juni 2021, kata Iwan, pohon kurma lainnya mulai berbunga hingga Nopember 2021, sebelum memasuki masa panen pada Desember 2021 hingga saat ini.

"Buah yang ada sekarang, merupakan panen kedua kami," ujarnya.

Iwan mengklaim, hasil panen kurma di kebun tersebut mencapai 2 ton yang dipasarkan ke berbagai provinsi. Menariknya, tidak hanya kurma kering yang kerap dikonsumsi umat muslim saat bulan puasa, kurma masak dan kurma muda juga sangat diminati. Bahkan, harganya justru lebih mahal dibanding kurma kering.

"Kurma muda memiliki banyak khasiat, terutama untuk kesehatan, sehingga banyak diminati," ujarnya.

Pada kesempatan itu, Iwan menjelaskan, kurma muda ditandai dengan warna buah yang masih hijau, namun rapuh dan berasa sedikit manis. Begitu juga dengan kurma masak yang berwarna menguning, serta kurma kering berwarna coklat kehitaman. 

"Kita menjual kurma muda seharga Rp250 ribu per kilogram, kurma masak seharga Rp200 ribu per kilogram dan kurma kering seharga Rp150 ribu per kilogram," sebut Iwan.

Selain menjual buah kurma dan bentuk segar, saat ini pihaknya juga menjual bibit kurma dan pupuk kandang, sebagai salah satu upaya mengembangkan pertanaman kurma.

"Kita punya pohon induk yang siap menghasilkan bibit kurma berkualitas," tegasnya.  

Mendengar penjelasan tersebut, Bahruddin Siregar mengapresiasi keberhasilan Kebun Kurma di Desa Kutambaru Kecamatan Tiganderket Kabupaten Karo ini. Apalagi, hampir seluruh perawatan tanaman menggunakan bahan alami.

"Penggunaan bahan organik kaya sumber hayati, atau kerap kita sebut bokashi, sangat dianjurkan kepada para petani agar produk yang dihasilkan lebih sehat bila dibandingkan dengan tanaman yang menggunakan pupuk atau pestisida kimia," tuturnya.

Lebih lanjut dikemukakan, bokashi merupakan pupuk kompos yang dihasilkan dari proses fermentasi atau peragian bahan organik dengan teknologi EM4 (Effective Microorganisms 4, red). Keunggulan penggunaan teknologi EM4 adalah pupuk organik (kompos) dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat dibandingkan cara konvensional. 

"EM4 sendiri mengandung Azotobacter sp., Lactobacillus sp., ragi, bakteri fotosintetik dan jamur pengurai selulosa," tukasnya. 

Ia menambahkan, bahan untuk pembuatan bokashi dapat diperoleh dengan mudah di sekitar lahan pertanian, seperti jerami, rumput, tanaman kacangan, sekam, pupuk kandang atau serbuk gergajian. Namun, bahan paling baik digunakan untuk pembuatan bokashi adalah dedak karena mengandung zat gizi yang sangat baik untuk mikroorganisme.

Pohon induk kurma yang mampu menghasilkan bibit berkualitas. Foto Fey

Bahruddin juga memuji pemilihan benih kurma jenis Barhi karena merupakan salah satu yang terbaik. Dalam satu batang pohon, akan menghasilkan lima sampai 20 tandan kurma, dengan berat per tandannya berkisar 8-15 kg kurma. 

"Kurma jenis Barhi ini memiliki produktivitas panen yang tinggi, batang pohonnya besar dan tidak terlalu tinggi, batang buahnya lebar, panjang dan berat," tandasnya. 

Jadi, siapkan uang Rp30 ribu per orang untuk tiket masuknya, dan rasakan sensasi memetik kurma di lereng Gunung Sinabung ini. Fey

Komentar

Berita Terkini