Medan- Seluas 882 hektar (Ha) tanaman padi milik petani di sejumlah kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) terendam air hujan setinggi 50-150 cm, Senin (16/08/2021). Beruntung, hanya sekira 0,1 ha tanaman padi yang mengalami puso (gagal panen, red) akibat hujan yang terjadi secara terus-menerus selama dua hari tersebut.
"Dari laporan petugas di lapangan, rata-rata tanaman padi yang kebanjiran itu berumur 7 sampai 25 hari setelah tanam," ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Marino SP MM, melalui telepon selulernya, Rabu (18/08/2021).
Di Kabupaten Batubara, pihaknya menerima laporan terdapat 611 ha areal persawahan terendam air akibat guyuran hujan, masing-masing kawasan Sei Balai seluas 375 ha, Datuk TD seluas 231 Ha dan Datuk 50 seluas 5 Ha. Begitu juga di Kabupaten Asahan, Marino menyatakan, terdapat areal pertanaman padi seluas 269 Ha yang kebanjiran. Sementara di Kabupaten Nias Selatan, dari 1,5 Ha areal pertanaman padi yang kebanjiran, seluas 0,1 Ha diantaranya mengalami puso.
Diakuinya, banjir tersebut tidak hanya merendam areal persawahan, tapi juga pertanaman pertanian lainnya. Hal itu diperparah dengan tersumbatnya saluran irigasi di sejumlah kabupaten di Sumut, sehingga air tidak mengalir secara baik.
“Tanaman bawang merah juga ada yang terkena banjir, yakni seluas 0,7 hektar di Kecamatan Air Putih, Kabupaten Batubara," sebut Marino.
Pihaknya telah mengintruksikan kepada petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) agar meningkatkan pengamatan melihat secara langsung perkembangan dampak banjir. Selain itu, dilakukan pembersihan drainase agar aliran air tidak tersumbat, serta memanfaatkan mesin pompa untuk membuang air dari dalam sawah ke saluran drainase.
“Kita juga mengaktifkan posko-posko, baik di tingkat desa, kecamatan maupun kabupaten,” tandasnya. Fey