|

Uji Publik Grand Design Keolahragaan di Medan

 Menpora Zainudin Amali berfoto bersama Gubernur Edy Rahmayadi, Wagub Musa Rajekshah, Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan, Djohar Arifin dan juga Ketua Komisi X DPR RI Meutya Hafid usai membuka Uji Publik Grand Design tentang Keolahragaan di JW Marriot Medan, Kamis (12/11/2020). Foto Ist

Medan- Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Zainudin Amali membuka kegiatan Uji Publik Penyusunan Grand Design Keolahragaan di JW Marriot Medan, Kamis (12/11/2020).

“Jangan pernah ngomong tentang prestasi. Jangan berharap terlalu besar tentang prestasi, kalau kita tidak punya disain,” papar Zainudin mengawali sambutannya dihadapan Gubsu Edy Rahmayadi, Wagubsu Musa Rajeckshah, Anggota Komisi X DPR RI Sofyan Tan dan Djohar Arifin, para akademisi serta stakeholder pegiat olahraga di Sumut.

Meski telah 75 tahun merdeka, pihaknya mengaku Indonesia belum memiliki disain besar dan peta jalan (road map) tentang pembinaan olahraga. Padahal, seluruh masyarakat menginginkan atlet Indonesia berprestasi di kancah internasional. 

"Tanpa grand design dan road map pembinaan olahraga, tidak mungkin bisa terwujud," tegas Zainuddin dalam kegiatan yang berlangsung hingga Jumat (13/11/2020) ini. 

Kondisi itu mendorong pihaknya untuk menggagas penyusunan grand design tentang Keolahragaan. Gayung bersambut, niat tersebut mendapat dukungan dari anggota Komisi X DPR RI. Bahkan, saat rapat kerja dengan anggota Komisi X DPR RI, gagasan tersebut disetujui.

"Kita langsung susun rencana kegiatan ini dengan melibatkan stakeholder, cabang olahraga dan pemerintah di tingkat pusat lintas kementerian/lembaga," tuturnya.

  Selama ini, kata Zainuddin, ada atlet bagus, hebat dan berprestasi, tetapi tidak memiliki atlet pelapis di bawahnya. Hal itu menunjukkan kalau prestasi tercipta by accident.

“Seperti sekarang, Kita punya atlet atletik juara dunia, Lalu Muhammad Zohri. Tetapi, apakah kita mempersiapkan lapisan-lapisan di bawahnya?” sebut politisi Partai Golkar ini.

Di masa dulu, lanjutnya, Indonesia menjadi yang terbaik di Asia Tenggara. Namun, saat ini justru tertinggal.

“Biasanya kita juara umum Sea Games, tetapi pada Sea Games Manila akhir 2019 lalu, kita melorot di peringkat empat, itu pun susahnya setengah mati,” ujarnya.

Anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan memuji kebijakan pihak Kemenpora menetapkan awal pembinaan atlet dimulai dari Pendidikan Dasar dan Menengah. Menurutnya, pembinaan memang harus dimulai sejak dini. Selain itu, asal daerah juga perlu menjadi pertimbangan dalam pembinaan atlet.

“Kalau kita ingin kaki yang kuat, kita harus ambil yang dari Papua. Kalau kita ingin untuk menembak bagus, kita harus ambil dari TNI atau polisi, yang memang ada skillnya. Kalau yang pintar berenang, tentu kita harus melihat di daerah-daerah bahari,” papar Sofyan.

Politisi PDI Perjuangan ini menyarankan pihak Kemenpora tidak hanya bekerja sama dengan sembilan kementerian dan badan dalam menyusun grand design pembinaan olahraga.

“Harus gandeng Kementerian Riset dan Teknologi, karena kan kita ingin membentuk sport science. Kementerian Kesehatan jangan pula dilupakan karena punya peranan penting dalam menentukan bagus tidak bagusnya kesehatan atlet," sebutnya.

Ia menambahkan, hal penting dalam pembinaan olahraga adalah sosok yang menjadi penanggungjawab di cabang olahraga. Sudah saatnya cabang olahraga diurus oleh sosok yang memang menikmati dan menyukai olahraga itu.

“Kalau sekarang ini, kita ambil contoh Percasi. Yang mimpin Percasi itu GM Utut Adianto. Beliau tanpa menggunakan dana APBN, pada kejuaraan Asia-Pasifik yang baru lalu, putra mampu juara 5 dan putri juara 6 untuk kategori beregu,” tandasnya. Fey


Komentar

Berita Terkini