|

Paguyuban Pasundan, 'Perekat' Warga Sunda

Para pengurus Paguyuban Pasundan Sumut foto bersama Irjen Agus Andrianto saat menjabat sebagai Kapoldasu, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Berbasis budaya dan pendidikan, Paguyuban Pasundan terus melakukan berbagai kegiatan  dalam upaya menjalin silaturahim agar komunitas ini menjadi perekat warga Sunda di wilayah Sumatera Utara (Sumut). 

“Makanya budaya selalu kita tampilkan dalam setiap kegiatan, tapi terlepas dari itu semua yang paling penting adalah guyubnya,” papar Ketua 1 Paguyuban Pasundan Sumut, Jejen Kusmawan ST SH MKn, di Medan, beberapa waktu lalu.

Ia mengklaim, terbentuk sejak 105 tahun silam, Paguyuban Pasundan selalu mengedepankan “silih asih, silih asah, dan silih asuh”, artinya harus saling mengasihi, saling mengasah atau mengajari, dan saling mengasuh, sehingga tercipta suasana kehidupan masyarakat yang diwarnai keakraban, kerukunan, kedamaian, ketentraman dan kekeluargaan. Jejen menyatakan, pPandangan hidup tersebut yang mempertahankan kebudayaan Sunda dapat bertahan, meski telah banyak keluar dari Pulau Jawa. 

Lewat pandangan hidup itu pula, Paguyuban Pasundan terus eksis di tengah-tengah masyarakat Sumut, apalagi komunitas ini juga terbuka bagi etnis lainnya. Tak heran, banyak etnis Jawa, China, Arab, Batak, Minang, Melayu dan lainnya yang bergabung di komunitas ini.

“Paguyuban Pasundan ini multietnis,” tukas Jejen yang menjabat selama periode 2018-2021 ini.

Sebagai perekat bagi warga Sunda di daerah ini, lanjutnya, Paguyuban Pasundan terus menggelar kegiatan bersifat sosial, seperti bakti sosial berupa pembagian kebutuhan bahan pokok, juga ada penggalangan BLT, penyaluran sumbangan Corporate Social Responsibility (CSR) dari kementerian maupun Provinsi Jabar, Banten dan Sumut. 

Di Sumut, Pasundan sudah memiliki 13 DPC di beberapa kabupaten/kota, sementara secara nasional ada di setiap provinsi. Bahkan di luar negeri juga ada perwakilan Paguyuban Pasundan, seperti Inggris, Amerika Serikat dan lainnya.

Meski berbasis budaya dan pendidikan, komunitas ini juga melirik kegiatan ekonomi terutama usaha kecil menengah (UKM) serta memiliki koperasi sebagai soko guru perekonomian Indonesia. Di bidang pendidikan, saat ini tengah dijajaki kerjasama membuka program doktoral S3 antara Universitas Pasundan (Unpas) milik paguyuban di Bandung dengan salah satu universitas swasta ternama di Medan.

“Kita pakai tempatnya tetapi benderanya tetap Unpas. Kepinginnya sih mulai dari S1  cuma kondisinya belum memungkinkan,” sebutnya.

Ke depan, Paguyuban Pasundan berencana bakal mendirikan satuan pendidikan mulai dari tingkat SD, SMP dan SMA/SMK. Bahkan panti rehabilitasi korban narkotika.

“Itu cita-cita besarnya karena paguyuban ini salah satu basisnya memang pendidikan,” ujar alumni S2 USU ini.

Sementara di bidang budaya, Paguyuban dalam berbagai kesempatan selalu menampilkan seni dan budaya dalam upaya melestarikan budaya dan adat-istiadat Sunda kepada etnis Sunda yang ada di daerah ini.

“Kita punya gamelan lengkap dan setiap DPC juga kita fasilitasi gamelan dan alat-alat peraga yang ibaratnya menduplikasilah dari daerah asal, kan gitu,” tuturnya.

Ketua 1 Paguyuban Pasundan Sumut, Jejen Kusmawan ST SH MKn, saat memberikan keterangan di Medan, beberapa waktu lalu. Foto Isvan

Meski dalam masa pandemi Covid-19, Paguyuban Pasundan di Sumut terus menggelar berbagai kegiatan berbentuk bantuan kebutuhan pokok sebulan sekali kepada masyarakat yang jumlahnya tergantung kondisi dan situasi.

“Intinya kita berbagi. Di Paguyuban Pasundan kita berusaha agar keberadaan komunitas ini ada manfaatnya. Berbuat dan ada hasilnya, sehingga dapat dikenang kalau sudah tidak ada. Bukan profit yang dikejar,” tandasnya. Isvan

Komentar

Berita Terkini