|

Poktan Juli Tani Perbanyak Paenibacillus Polymyxa

Gubsu Edy Rahmayadi (tiga dari kiri) didampingi Kepala BI Sumut, Wiwiek (baju merah) dan Wakil Bupati Deliserdang, HM Ali Yusuf Siregar (dua dari kiri) usai meresmikan Laboratorium Mini MA-11 milik Poktan Juli Tani di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, akhir September 2019 silam. Foto Ist
Deliserdang- Segudang prestasi telah ditorehkan Kelompok tani (Poktan) Juli Tani di Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Kali ini, sukses melakukan perbanyakan Paenibacillus polymyxa, pengendali hayati yang kerap digunakan petani meredam beragam Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) padi.

"Terima kasih terkhusus buat Bapak Noyan Harahap, Bapak Raslin yang menjabat sebagai Kepala Laboratorium Tanjungmorawa dan seluruh teman-teman yang tergabung dalam tim R&D Mini Lab MA-11 (Mikrobakteri Alfalfa, red), sehingga Poktan Juli Tani mampu memperbanyak Paenibacillus polymyxa," ungkap Ketua Poktan Juli Tani, Yarelli ST, saat mengomentari seputar keberhasilan pihaknya memperbanyak agens hayati tersebut melalui telepon selulernya, beberapa waktu lalu.

Ia mengemukakan, kegiatan tersebut merupakan bukti nyata kerjasama dan sinergitas yang baik antara Poktan Juli Tani dengan Laboratorium Pengamat Hama Pertanian (PHP) Tanjungmorawa Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumatera Utara. Yarelli menyatakan, keberhasilan itu merupakan buah dari pelatihan kegiatan Sekolah Lapang Pengendali Hama Terpadu (SLPHT) swadaya dan Gerakan Pengendalian yang pernah dilakukan di Poktan Juli Tani, beberapa waktu lalu.

"Berkat SLPHT dan Gerakan Pengendalian itu, anggota Poktan Juli Tani bisa mengolah bahan alami menjadi pupuk organik, sehingga petani menjadi mandiri sekaligus bisa menghasilkan pangan yang sehat untuk menuju Indonesia Hebat," tegasnya.

Yarelli mengklaim, Poktan Juli Tani telah memproduksi Paenibacillus polymyxa sebanyak 1.500 liter, PGPR 3.000 liter dan herbisisda nabati sebanyak 200 liter untuk pertanaman seluas 10 hektar (ha). Menariknya, pihak Poktan Juli Tani memanfaatkan media air kelapa dalam memperbanyak agens hayati tersebut.

"Alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan juga mudah diperoleh serta berharga murah," tukas Yarelli.

Dijelaskannya, alat yang dibutuhkan seperti derigen atau pun tong air, botol mineral, aerator, slang aquarium, panci atau dandang, kapas, penyaring dan kompor gas. Sementara bahan-bahan yang dibutuhkan berupa Paenibacillus polymyxa sebagai starter, air kelapa, gula pasir dan Kalium Permagnat (PK).

Sebagai tahap awal, pihaknya menyaring dan kemudian merebus air kelapa di panci atau dandang sampai mendidih serta menambahkan gula pasir secukupnya.

"Biarkan dulu rebusan itu dingin perlahan-lahan dan tutup panci jangan terlalu rapat untuk mencegah terkontaminasi dengan hal-hal yang tidak kita inginkan," sebutnya.

Setelah rebusan itu dingin, starter berupa Paenibacillus polymyxa dimasukkan. Namun, kata Yarelli, harus dipastikan sirkulasi di dalam panci atau dandang tersebut berlangsung secara sempurna.

"Selesai proses pencampuran starter, kita tinggal menunggu masa panen yang berlangsung selama 14 hari dan siap digunakan untuk mengendalikan beberapa penyakit di tanaman padi," urai Yarelli.   

Secara terpisah, Kepala Laboratorium PHP Tanjungmorawa, Raslin, membenarkan keberhasilan pihak Poktan Juli Tani dalam melakukan perbanyakan agens hayati yang ramah lingkungan itu.

"Kesungguhan para anggota Poktan Juli Tani dalam belajar tidak perlu diragukan lagi. Terbukti, mereka sukses melakukan perbanyakan Paenibacillus Polymyxa," paparnya melalui telepon seluler. 

Bahkan, Raslin menyatakan, para petani di kawasan desa Sidodadi Ramunia tidak lagi asing dengan nama agens hayati tersebut karena menerima informasi dari beragam kegiatan seperti SLPHT, SLPTT dan lainnya.

"Kita memilih Desa Sidodadi Ramunia, khususnya Poktan Juli Tani karena memiliki lahan pertanian tergolong luas yakni berkisar 48 hektar," ujarnya.

Hal itu dibenarkan Kepala UPT PTPH Dinas TPH Provsu, Marino, saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (04/05/2020). Menurutnya, para petani harus diajarkan untuk mandiri dalam melakukan usahatani melalui pemanfaatan bahan alami. Hal ini untuk meminimalisir pengeluaran, sehingga para petani mampu secara maksimal memeroleh hasil dari usahatani demi peningkatan kesejahteraan keluarganya.

"Selama ini, Paenibacillus polymyxa kerap digunakan para petani untuk mengendalikan berbagai macam OPT, khususnya  penyakit  pada tanaman  pangan  dan  hortikultura," ungkapnya.

Pada tanaman padi sawah, misalnya, serangan Hawar Daun Bakteri, kerap dikenal dengan nama Kresek akibat terinfeksi bakteri Xanthomonas campetris  pv dan Prycularia grisea atau penyakit blas, bisa dikendalikan dengan agens hayati tersebut. Dua penyakit itu, awalnya menyerang tanaman padi pada musim hujan. Ironisnya, akhir akhir ini tidak hanya pada musim hujan saja, bahkan berkembang sepanjang tahun dengan intensitas serangan yang bervariasi.

"Penyakit ini jangan dianggap remeh karena dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman padi dan penurunan hasil panen," imbaunya.

Mengenai Paenibacillus Polymyxa, Marino mengaku telah dimanfaatkan petani sejak 18 tahun silam sebagai bakteri antagonis Corynebacterium, utamanya sejak diperkenalkan Balai Besar Peramalam Organisme Pengganggu Tanaman (BBPOPT) Kementerian Pertanian. Ditambahkannya, bakteri ini dieksplorasi dari tanaman sehat di antara tanaman yang terserang hawar daun bakteri.

Sementara, Kepala Dinas TPH Provsu, Dahler Lubis, menyambut positif keberhasilan Poktan Juli Tani melakukan perbanyakan Paenibacillus polymyxa di Laboratorium Mini MA-11 yang diinisiasi pihak Bank Indonesia Sumut.

"Itu sesuai keinginan Gubernur Sumatera Utara, Bapak Edy Rahmayadi, saat meresmikan laboratorium itu pada akhir September tahun 2019 lalu, yakni berharap para petani bisa memproduksi pupuk organik sendiri agar hasil produksi pertanian semakin melimpah," urainya melalui telepon seluler.

Dahler menambahkan, MA-11 merupakan organisme yang dapat mengubah limbah pertanian organik menjadi pupuk kompos hanya dalam kurun waktu 24 jam.

"Semoga kemandirian petani yang telah ditunjukkan para anggota Poktan Juli Tani bisa juga dilakukan para petani di kabupaten/kota yang ada di Sumatera Utara," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini