|

Dumai Belajar Pengolahan Pangan Lokal ke Sumut

Kepala Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian Kota Dumai, Hardiyanto menyerahkan plakat kepada Kepala UPT Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian Dinas TPH Provsu di kawasan Jalan AH Nasution Medan, Rabu (11/03/2020). Foto Fey 
Medan- Kepala Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Pertanian Kota Dumai, Hardiyanto, memboyong puluhan anggota kelompok tani untuk belajar pengolahan pangan lokal ke Provinsi Sumatera Utara.

“Kami ingin belajar ke Sumatera Utara agar bisa melakukan pengolahan pangan lokal untuk meningkatkan pendapatan petani Kota Dumai,” ungkap Hardiyanto saat berkunjung ke Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) di kawasan Jalan AH Nasution Medan, Rabu (11/03/2020).

Menurutnya, sektor pertanian sangat prospektif di masa mendatang. Namun, Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki masih terbatas. Satu hal yang mendorong pihaknya rutin menggelar pelatihan sekaligus bimbingan teknis untuk para petani sebagai upaya meningkatkan kualitas SDM. Salah satunya melakukan study banding sekaligus belajar ke Sumut.

“Kita memilih Sumatera Utara karena dinilai sukses melakukan usaha pengolahan hasil pangan lokal, khususnya berbahan ubi kayu dan buah halua untuk manisan,” paparnya.

Ia mengemukakan, Dumai termasuk kota terluas di Indonesia dengan ukuran wilayah 205.000 hektar. Uniknya, dari luas areal tersebut, sebesar 65% diantaranya masih kawasan hutan, dengan empat kecamatan dan 33 kelurahan.

Anggota kelompok tani dari Kota Dumai mendengarkan pemateri yang disampaikan pihak Dinas TPH Provsu. Foto Fey
Saat ini, lanjutnya terdapat 24 pabrik pengolahan minyak sawit mentah (crudepalmoil, CPO) beroperasi di Kota Dumai yang bahan bakunya dipasok dari wilayah Sumut. Selain industri, pihaknya juga menggalakkan sektor pertanian, khusunya tanaman pangan dan hortikultura, meski kota tersebut berada di lahan gambut.

“Bila selama ini, hanya kelapa sawit dan nenas yang tumbuh di Dumai karena tingkat keasaman lahan gambut tinggi, sekarang lahan di Dumai bisa ditanami komoditas pangan dan hortikultura,” ujarnya lantas menambahkan, Kota Dumai memiliki lahan gambut sebesar 80%.

Sebagai bukti, Hardiyanto mengklaim, sejak beberapa tahun terakhir,Kota Dumai tidak lagi berharap pasokan sayur-mayur, termasuk cabai merah dari Sumatera Utara dan Sumatera Barat karena sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakatnya.

“Saat ini, kita berupaya untuk meningkatkan pendapatan petani melalui pengolahan hasil pertaniannya dengan belajar ke Sumatera Utara,” sebutnya.

Ia berharap, para peserta memanfaatkan pelatihan selama tiga hari berada di Sumut, sehingga nantinya bisa diterapkan di Dumai.

Kerja sama Dinas Kehutanan, Pertanian dan Perkebunan Kota Dumai dengan Dinas TPH Provsu dalam hal pelatihan/bimbingan teknis pengolahan pangan lokal diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah petani. Foto Fey   
Kepala Dinas TPH Provsu, Ir H Dahler Lubis MMA, diwakili Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian Ir H Lukmanul Hakim Dalimunthe MM, menyambut positif kerja sama tersebut.

“Pada prinsipnya, kita menyambut positif setiap tawaran kerja sama demi kejayaan sektor pertanian Indonesia,” ujarnya.

Pada kesempatan itu, Lukmanul Hakim memberikan rujukan pelaku usaha pengolahan hasil pangan lokal berbahan ubi kayu dan halua, di kawasan Kota Binjai, sekira 45 kilometer dari pusat Kota Medan, sebagai ibukota Provinsi Sumut.

“Setelah mendapatkan bimbingan teknis dari beberapa pemateri di UPT Pelatihan dan Penyuluhan Pertanian ini, para anggota kelompok tani bisa secara langsung melihat proses pengolahan hasil pangan lokal disana,” sebutnya. Fey

Para anggota kelompok tani Kota Dumai didampingi pihak Dinas TPH Provsu meninjau lokasi pembuatan keripik singkong di kawasan Kota Binjai. Foto Fey

Komentar

Berita Terkini