|

Dinas TPH Provsu Kawal Cabai dan Bawang Merah

Kadis TPH Provsu, Ir Dahler Lubis MMA (Topi putih), bersama Kepala UPTD PTPH, Marino SP MM dan Kabid Sarana dan Prasarana, Ir Jonni Akim Purba (berdiri tegak) sedang mengamati tanaman bawang merah yang masih berusa 14 hari tanam di Desa Lubuk Cuik Kecamatan Limapuluh Pesisir Kabupaten Batubara, Selasa (10/9/2019). Foto Fey
Limapuluh- Tanaman cabai merah dan bawang merah menjadi bagian tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Desa Lubuk Cuik Kecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara (Sumut). Bahkan, dua komoditas itu sukses memikat warga setempat untuk tidak berpindah ke tanaman lain.

Ada pemandangan berbeda saat kendaraan melintasi kawasan Desa Sibulan-bulan Kecamatan Limapuluh Pesisir, Selasa (10/9/2019). Tenda darurat berbahan terpal berukuran rata-rata 2x 3 meter menghiasi hampir seluruh halaman depan rumah warga. Ternyata, itu merupakan tempat penyemaian cabai merah.

"Sebelum ditanam, kita semaikan dulu benih cabai merah di halaman depan rumah," ujar seorang warga, Tomi saat Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumut, Ir Dahler Lubis MMA dan rombongan menyambangi tempat persemaian cabai merah miliknya.

Diakuinya, tanaman cabai merah saat ini masih menjanjikan. Betapa tidak, dari 10 rante (4.000 meter persegi, red) areal pertanaman cabai merah yang dimiliki, Tomi mampu meraup hasil panen hingga mencapai Rp80 juta.

"Alhamdulillah, harga jual cabai merah masih tinggi sampai saat ini," tuturnya.

Kadis TPH Provsu, Ir Dahler Lubis MMA (topi putih) didampingi Kabid Sarana dan Prasarana, Ir Jonni Akim Purba saat melihat lokasi persemaian cabai merah di halaman depan rumah petani cabai merah di kawasan Desa Lubuk Cuik KKecamatan Limapuluh Pesisir, Kabupaten Batubara, Selasa (10/9/2019). Foto Fey  
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumut (Provsu), Ir Dahler Lubis MMA menyambut positif semangat para petani bertanam cabai merah.   

"Sentra pengembangan cabai merah harus terus kita kembangkan sekaligus dikawal dari serangan hama dan penyakit, seperti di Kabupaten Batubara ini," ujarnya yang saat itu didampingi Plt Kadis Pertanian Batubara, Iwa Kuswara.

Ia mengklaim, sejumlah kabupaten/kota di Sumut sedang digalakkan untuk menjadi sentra pertanaman cabai agar mampu memenuhi kebutuhan daerah masing-masing, sekaligus meminimalisir inflasi.

"Kita masih berupaya mengatur pola tanam agar harga jual cabai tetap terjaga serta mengantisipasi serangan hama dan penyakit melalui tanaman sela seperti bawang merah," tuturnya.

Salah satu upaya yang telah dilakukan, kata Dahler, melalui pemberian bantuan sarana produksi seperti benih, pupuk dan alat mesin pertanian (alsintan) serta pengembangan teknologi pra dan pascapanen.

"Di Kabupaten Batubara, tahun ini kita memberikan bantuan untuk pengembangan kawasan cabai merah dan bawang merah seluas 55 hektar dengan dana bersumber dari APBD dan APBN," ungkapnya.
 
Selain bantuan benih, pihaknya melalui APBN juga membangun satu unit bangsal atau gudang pascapanen. Dahler mengaku masih menjajaki kemungkinan pengembangan industri hilir untuk cabai merah dan bawang merah agar bila harga jualnya rendah, bisa diolah menjadi beragam bumbu masak, baik dalam bentuk cabai kering maupun saos dan produk lainnya, sehingga tetap bernilai ekonomis.
 
"Kita berharap, sejumlah upaya ini bisa membantu petani meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarganya," sebutnya.

Mengenai bantuan benih cabai merah dan bawang merah, Plh Kabid Hortikultura Dinas TPH Sumut, Ir Bahruddin Siregar MM, menjelaskan, dari 55 ha pengembangan kawasan bawang merah maupun cabai merah di Kabupaten Batubara, seluas 25 ha diantaranya berasal dari APBD, yakni 10 ha cabai merah dan 15 ha bawang merah. Sementara, 25 ha lainnya berasal dari APBN, terdiri atas 20 ha cabai merah dan 10 ha bawang merah.

Kadis TPH Provsu, Ir Dahler Lubis MMA menyerahkan secara simbolis bantuan pestisida kepada Ketua Kelompok Tani Abadi, Saimun, Selasa (10/9/2019). Foto Fey
"Saat ini, benih cabai merah dari APBD sudah turun, tapi dana untuk pengembangan bawang merah belum. Begitu juga sumber dana dari APBN, untuk cabai merah belum turun, tapi benih bawang merah sudah," urainya lantas berharap bantuan seluruhnya bisa turun pada medio September 2019 agar pertanaman segera dilakukan.

Kendati demikian, Bahruddin mengimbau para petani untuk tetap melakukan penanaman bawang merah di hamparan luas, mengingat, banyak areal pertanian di kawasan itu yang belum diberdayakan untuk kegiatan pertanian.

Hal senada dikemukakan Kabid Sarana dan Prasarana Dinas TPH Provsu, Jonni Akim Purba yang ikut dalam kunjungan tersebut bersama dua stafnya, Heru Suwondo dan Fitrawan Ginting.

"Bantuan benih cabai merah seluas 15 hektar dari APBN sudah disemai para petani penerima di Desa Gambus Laut Kecamatan Limapuluh Pesisir dan segera dipindahkan untuk ditanam ke areal pertanian mereka," paparnya.

Jonni Akim menambahkan, penyemaian juga telah dilakukan para petani penerima bantuan benih bawang merah dari APBN. "Sebanyak 3,5 ton benih bawang merah dalam bentuk umbi telah disemai untuk pertanaman di areal 10 hektar," tuturnya.

Sementara, Ketua Kelompok Tani Abadi, Saimun (54), memuji program pengembangan bawang merah yang dilakukan pihak Dinas TPH Provsu. Hal ini mengingat, sejumlah petani mulai memanfaatkan tanaman bawang merah untuk memutus siklus hama dan penyakit pada cabai merah.

“Sejak tahun 2014, setiap tahun, sejumlah petani menerapkan pola tanam, dua kali cabai merah dan dua kali menanam bawang merah," ujar Saimun yang kelompok taninya menerima bantuan benih umbi bawang merah varietas Bima Brebes seluas 10 ha.

Pada kesempatan itu, ia mengeluhkan penyakit yang menyerang tanaman bawang merah. "Kalau kami petani menyebut penyakit itu moler. Bila tidak segera ditangani, maka bisa mengancam panen," sesalnya.

Kepala UPTD PTPH Dinas TPH Provsu, Marino SP MM, memeriksa tanaman bawang merah berusia 14 hari dari serangan hama dan penyakit, Selasa (10/9/2019). Foto Fey
Kepala UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas TPH Provsu, Marino SP MM menyatakan kesiapannya mengawal pertanaman cabai merah dan bawang merah milik petani.

"Penyakit Moler itu namanya layu fusarium. Setelah kita amati, serangannya belum menyeluruh, masih titik per titik. Tapi, kita akan segera atasi," tegasnya.

Marino mengklaim, pengawasan terhadap kemungkinan serangan hama dan penyakit tanaman bawang merah di kawasan itu akan semakin mudah karena lahan pertanamannya berada di satu hamparan.

"Kita akan semakin mudah mengawasinya," tandasnya. Fey
Komentar

Berita Terkini