|

BUMD Pangan Mampu Minimalisir Inflasi Sumut

Gubsu Edy Rahmayadi didampingi istri, Hj Nawal Lubis bersama Kadis Tanaman Pangan dan Hortikultura Provsu, Ir Dahler Lubis MMA (pakai caping) dan Ketua Kelomtan Juli Tani, Yareli (batik kacamata) usai memanen cabai merah di Dusun Jogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang, Senin (30/9/2019) pagi. Foto Fey 
Deliserdang- Guna meminimalisir tingginya inflasi di Sumatera Utara, kehadiran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Pangan sangat dibutuhkan. Penegasan itu dikemukakan Gubsu Edy Rahmayadi saat menghadiri kegiatan Panen Cabai Merah dan Padi Sawah serta Pencanangan Gerakan Percepatan Olah Tanah di Dusun Jogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin, Kabupaten Deliserdang, Senin (30/9/2019) pagi.

Ia menyatakan, Provinsi Sumut tercatat sebagai daerah yang mengalami inflasi tertinggi secara nasional. Berdasarkan kurun waktu Januari-Agustus 2019, secara kumulatif angka inflasi Sumut sebesar 5,40%, disusul Sumatera Barat (3,23%) serta Riau dan Lampung yang sama-sama berada pada kisaran 3,16%. Diharapkan, melalui pendirian BUMD Pangan, tingginya angka inflasi bisa diredam.

"Selain bisa menekan angka inflasi, BUMD Pangan juga akan berperan sebagai stabilisator harga bahan pokok, terutama produk pangan dan hortikultura," ujarnya dihadapan Sekretaris Dirjen Tanaman Pangan Kementrian Pertanian (Kementan), Ir Bambang Pamuji MSi, perwakilan Dirjen Sarana Prasarana Kementan, Wakil Bupati Deliserdang, HM Yusuf Siregar, sejumlah pejabat struktural di Organisasi Pimpinan Daerah (OPD) jajaran Provsu dan Deliserdang, serta anggota Kelompok Tani (Kelomtan) Juli Tani.

Ia menilai, pihak birokrat masih terjebak dalam "dagelan" karena tetap berkutat pada kegiatan seremonial. Padahal, kata Gubsu Edy, rakyat, dalam hal ini petani pangan dan hortikultura sangat membutuhkan solusi terhadap permasalahan yang ada.

"Para petani tidak akan menjual hasil panennya ke luar daerah kalau harga yang ditawarkan bisa meningkatkan kesejahteraan mereka," tuturnya.

Melalui BUMD Pangan, pihaknya mencoba untuk memberikan solusi terhadap permasalahan minimnya harga jual petani tersebut. Selain itu, kehadiran BUMD Pangan diharapkan mampu memutus mata rantai perdagangan yang mengakibatkan harga jual produk pertanian melambung tinggi di tingkat konsumen.

"Jangan pernah berhubungan dengan tengkulak karena akan menyengsarakan ibu dan bapak petani," imbau Gubsu Edy.

Pihaknya berharap, kehadiran BUMD Pangan mampu mengatasi fluktuasi harga di tingkat petani, sehingga mempengaruhi tingginya inflasi Sumut, selain, memutus mata rantai tengkulak yang merugikan para petani. Kendati demikian, kata Gubsu Edy, dibutuhkan poses panjang untuk pendirian BUMD Pangan.

"Dananya dari APBD, termasuk untuk pembangunan gudang dan cold storage. Nantinya, BUMD Pangan tidak sekadar membeli hasil panen petani, tapi juga memiliki izin untuk mengekspornya," sebut Gubsu. 

Dua anggota Kelomtan Juli Tani sedang memilah cabai merah yang baru dipanen di Sub Terminal Agribisnis bantuan Bank Indonesia, beberapa waktu lalu. Foto Fey   
Gubsu Edy mengakui, saat ini harga pangan di Sumut yang masih bertahan mahal adalah cabai merah. Kondisi itu mendorong pihaknya mengapresiasi para petani cabai merah di sejumlah sentra produksi, salah satunya yang digeluti anggota Kelomtan Juli Tani di Dusun Jogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang.

"Anggota Kelompok Tani Juli Tani bisa dijadikan contoh karena telah berbuat tanpa banyak bicara. Tolong ajari saya mengelola sektor pertanian di Sumatera Utara," pinta Gubsu Edy     

Sebelumnya, Ketua Kelomtan Juli Tani, Yareli mengklaim, cabai merah menjadi tanaman unggulan sejak tahun 1998 yang berada di dua dusun, yakni Dusun Jogya dan Juli. Memanfaatkan lahan seluas 38 hektar untuk bertanam cabai merah lokal, para anggota Kelomtan Juli Tani sempat menggunakan benih hibrida selama beberapa tahun, sebelum kembali ke benih lokal pada tahun 2012 hingga sekarang.

"Sejak beberapa tahun terakhir, kami memanfaatkan lahan seluas dua hektar untuk pertanian organik," tukas Ketua kelomtan yang berdiri sejak tahun 1982 itu.

Kepala Bank Indonesia Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, membenarkan kiprah Kelomtan Juli Tani di bidang pertanaman cabai merah. Bahkan, pihaknya telah menjadikan Desa Sidodadi Ramunia sebagai cluster pertanaman cabai merah. 

"Ini komitmen Bank Indonesia untuk membantu petani tanaman cabai merah yang menjadi pemicu inflasi di Sumatera Utara," paparnya.

Tidak hanya itu, pihak BI juga sebelumnya telah membantu Kelomtan Juli Tani mendirikan Sub Terminal Agribisnis (STA) agar petani cabai merah bisa mendapatkan harga jual produk pertanian yang memadai.

Empat petani cabai merah di Dusun Jogya Desa Sidodadi Ramunia Kecamatan Beringin Kabupaten Deliserdang sedang memetik cabai merah yang bakal dijual seharga Rp30 ribu per kilogram, Senin (30/9/2019). Foto Fey
"Hari ini, kita akan sama-sama menyaksikan peresmian Mini Laboratorium 11 yang nantinya bisa dimanfaatkan anggota Kelomtan Juli Tani," kata Wiwiek. 

Dijelaskannya, Mini Laboratorium 11 akan memproduksi pupuk MA 11 mengandung Mikroba Alfaafa, tidak hanya untuk penyediaan alternatif pakan ternak yang murah ataupun organik, tetapi juga merombak hara tanah, sehingga menghasilkan pangan berkualitas tinggi.

"Mini Lab ini memproduksi pupuk berkualitas yang berbiaya murah untuk petani. Dengan memproduksi turunan F2 dari MA 11 menjadi pupuk kompos, pupuk N, pupuk P, pupuk kalium dan pestisida," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini