|

Ketika Faperta UISU Terpikat Lipan Sale

Kepala Barantan Kementerian Pertanian, Ir Ali Jamil Harahap, melihat kemasan lipan sale dalam acara pemberangkatan ekspor di Instalasi Karantina Hewan Komplek Medan Mega Trade Centre (MMTC), beberapa waktu lalu. Foto Ist
Medan- Ricky Santri Kurniawan, namanya. Meski baru berusia 22 tahun, namun pria asal Kota Perbaungan Kabupaten Serdangbedagai (Sergai), Provinsi Sumatera Utara (Sumut) itu mampu membuat banyak pihak berdecak kagum dengan intuisi bisnisnya yang tajam. Betapa tidak, lipan sale miliknya mampu menembus pasar Vietnam.

"Ini sangat inspiratif bagi generasi muda untuk menciptakan peluang bisnis baru," ungkap Pembantu Dekan III Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (Faperta UISU), Ir Eddy Sumantri MP, dalam acara pemberangkatan ekspor di Instalasi Karantina Hewan Komplek Medan Mega Trade Centre (MMTC) Medan, Sumut, beberapa waktu lalu.

Ia mengaku terpikat dengan inovasi yang dilakukan Ricky dan berupaya mencari tahu detail proses pembuatan lipan sale tersebut. Ternyata, tergolong mudah.

"Buatnya seperti ikan sale. Bedanya, ini dari bahan baku lipan dan dikonsumsi hewan piaraan seperti burung dan ikan, bukan manusia," ujar Ricky.

Dijelaskannya, proses pengolahan lipan kering ini sangat sederhana, yakni melalui sistem pengasapan seperti membuat ikan sale. Proses pertama, kata Ricky, membunuh lipan-lipan tersebut dengan mengaduknya di dalam air. Setelah mati, lipan dimasukkan ke plastik dan dibekukan ke dalam freezer.

"Setelah itu, lipan ditusuk seperti sate dengan stik bambu sesuai ukuran lebar dan panjang lipan agar lipan lurus dan tidak bengkok. Kemudian dikeringkan dengan sistem pengasapan," paparnya.


Hewan melata bernama latin Scolopendra itu memang sudah teramat familiar baginya. Pasalnya, bisnis jual-beli lipan telah digeluti orang-tuanya sejak tahun 1986 silam. Saat itu, orang tua Ricky berbisnis lipan segar atau masih dalam kondisi hidup dan rutin mengirimkannya ke Jakarta.

Satu hal yang mendorongnya untuk ikut berbisnis hewan nokturnal tersebut. Tapi, ia menyulapnya menjadi lipan kering untuk dikirim ke wilayah Surabaya, Provinsi Jawa Timur.

Ternyata, animo masyarakat dalam negeri cukup tinggi untuk memberikan pakan hewan kesayangannya dengan lipan kering. Ricky kemudian mencoba memperluas jangkauan pasarnya. Memanfaatkan fasilitas internet, ia mencoba menawarkan dagangannya melalui dunia maya. Tak sia-sia, pembeli dari Vietnam merespon produknya dan memesan 500 ribu ekor lipan kering per bulan seharga Rp2.500 per ekor dengan ukuran berkisar 11-17 cm.

"Ini ekspor perdana yang kami lakukan ke Vietnam,” sebutnya.

Mengenai bahan baku, Ricky mendapatkannya dari para pencari lipan dengan harga Rp1.000-Rp1.500 per ekor. Dalam sehari, ia mampu mengumpulkan lipan hingga 10 ribu ekor.

Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian, Ir Ali Jamil Harahap, yang hadir pada acara pemberangkatan ekspor itu menyambut positif ekspor lipan sale milik Ricky. 

"Ini peluang, anak muda bisa manfaatkan ini jadi sumber penghasilan keluarga, kalau bisa ini nanti sistem ternak saja supaya hasilnya lebih optimal," tuturnya. Fey
Komentar

Berita Terkini