|

Kawasan Hortikultura Terkoneksi ke Kargo

Teks Foto: Dirjen Hortikultura Kementan, Suwandi saat membuka Pertemuan Nasional Perencanaan Hortikultura di Yogyakarta, Rabu (10/7/2019). Foto Ist
Medan- Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan terobosan untuk memacu produksi, mutu hasil panen dan ekspor produk hortikultura dengan mengonsolidasikan kelembagaan usaha petani di kawasan produksi hortikultura yang terhubung langsung dengan jejaring ekspedisi kargo, gudang serta sistem pemasaran berbasis daring (online).

“Dalam upaya meningkatkan skala ekonomi usahatani, kita himpun dan korporasikan kelompok tani kecil-kecil di kawasan hortikultura untuk membentuk badan usaha sejenis koperasi. Dengan begitu bisa diseragamkan dan diatur input produksi, cara berbudidaya hingga pengelolaan pascapanen dan pemasarannya,’’ ujar Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Kementan, Suwandi dalam keterangannya, Kamis (11/7/2019).

Sebelumnya, saat membuka Pertemuan Nasional Perencanaan Hortikultura di Yogyakarta, Rabu (10/7/2019), Suwandi menjelaskan, mengkorporasikan kelompok tani kecil ini pada prinsipnya agar biaya produksi petani bisa efisien dengan kualitas dan produktivitas yang optimal. Selain itu, untuk menghubungkan sistem logistik dan pemasarannya.

Terkait kawasan produksi hortikultura khususnya aneka cabai dan bawang merah, Suwandi mengklaim akan diprioritaskan untuk pengembangan di luar Pulau Jawa, untuk wilayah Jawa fokus ke hilirisasinya. “Kami terus mendorong dan menumbuhkan Pasar Lelang di setiap kawasan produksi. Sudah berjalan pasar lelang di 13 kabupaten sentra cabai,” sebutnya.

Pasar lelang itu dimaksudkan untuk memotong rantai pasok, menciptakan satu harga di satu kawasan serta petani bisa menerima uang langsung karena sifatnya cash and carry. Saat ini, lanjutnya, untuk komoditas cabai sudah berkembang dan akan disusul komoditas lain yang rentan fluktuatif harganya seperti bawang merah.

Pihak Kementan juga gencar menghubungkan para petani hortikultura dengan pelaku usaha untuk pemasaran hasil produksi baik secara langsung maupun lewat daring.

“Kita sudah punya aplikasi pemasaran daring yang mengintegrasikan petani hortikultura by name by address dengan pelaku usaha, eksportir dan 30 puluhan start up produk pertanian. Nama aplikasinya Sartika atau Sistem Informasi Agribisnis Hortikultura,” urainya.

Suwandi menyatakan, aplikasi itu sangat memudahkan pelaku usaha mendapatkan informasi ketersediaan produk. Petani juga terbantu memasarkan produksinya. "Terhubungnya kawasan produksi hortikultura dengan sistem ekspedisi dan logistik ini diyakini akan memacu pertumbuhan ekspor dan produksi nasional," sebutnya.

Ia menambahkan, pasar induk atau wholeseller didesain lebih modern, bersih dan ekonomis supaya kualitas produk terjaga, aktivitas transaksi lebih lancar.

“Kita optimalkan pemanfaatan gudang penyimpanan (warehouse, red) berkapasitas besar dilengkapi sistem rantai pendingin seperti yang sudah dibangun di Surabaya, Makasar, Medan dan kota-kota pelabuhan lainnya serta terkoneksi wholeseller yang menyajikan produk Indonesia di Singapura, Malaysia, Hongkong, dan pusat pasar luar negeri lainnya,” ujarnya.

Melalui konektivitas sistem agribisnis dari hulu hingga hilir di dalam kawasan dengan pasar ini, Suwandi menjamin pertanian Indonesia lebih maju dan unggul dalam pentas pertanian dunia. Ril


Komentar

Berita Terkini