|

Puso Mengancam Tanaman Padi di Sumut

Kondisi pertanaman padi milik petani di Desa Kota Rantang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang, beberapa waktu lalu. Foto Ist
    Medan – Tingginya intensitas hujan di wilayah Sumatera Utara sejak sebulan terakhir mulai berdampak pada lahan persawahan di berbagai kabupaten/kota. Data sementara, seluas 8,5 hektar tanaman padi di Kota Medan dan Kabupaten Nias Barat mengalami puso.

    “Rata-rata lahan persawahan masih terendam air, sehingga kita belum bisa melakukan tindakan, selain terus memantau perkembangannya,” papar Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan (PTPH dan PMKP) Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, H Marino, di ruang kerjanya, Rabu (26/06/2024).

    Dikemukakannya, lahan persawahan di empat kabupaten/kota dilaporkan mengalami kebanjiran, masing-masing Kota Medan, Kabupaten Deliserdang, Serdangbedagai (Sergai) dan Nias Barat. 

     “Kita terus berupaya mengawal pertanaman pangan dan hortikultura petani Sumatera Utara agar bisa menuai hasil panen secara maksimal,” tegas Marino.

   Salah satu upaya yang dilakukan pihaknya, dengan melibatkan anggota kelompok tani untuk bergotong-royong membersihkan parit atau pun selokan agar genangan air bisa segera surut. 

    “Kita juga menyiapkan pompa untuk membantu petani mengeringkan lahan persawahannya yang terendam air,” tuturnya.

    Secara terpisah, Kepala Seksi Penerapan Penanganan Organisme Pengganggu Tanaman Pangan, Dampak Perubahan Iklim dan Mutu Keamanan Pangan UPTD PTPH dan PMKP, Amran SP, menjelaskan, total lahan persawahan yang terendam air di empat kabupaten/kota seluas 55 ha.

   “Laporan dari personil kita di lapangan per tanggal 25 Juni 2024, terdapat 55 hektar lahan pertanaman padi di empat kabupaten/kota yang terdampak hujan deras sejak sebulan terakhir,” ujar Amran melalui telepon selulernya.

    Di Kecamatan Medan Deli Kota Medan, misalnya, pertanaman padi varietas Ciherang seluas 1 ha yang berusia 7-10 Hari Setelah Tanam (HST), terkena banjir. Bahkan, seluas 0,5 ha diantaranya, mengalami puso. Begitu juga di Desa Onowaembo Kecamatan Lahomi Kabupaten Nias Barat, 3 ha dari 15 ha tanaman padi yang kebanjiran dinyatakan puso. 

"Di Desa Iraonogeba Kecamatan Mandrehe Barat Kabupaten Nias Barat, seluas 5 ha dari 20 ha tanaman padi puso yang terendam air mengalami puso," tutur Amran.

    Ia mengakui, padi varietas Inpari dan Mekongga yang mengalami puso di Desa Onowaembo berusia 19-65 HST. Sementara, pertanaman padi varietas Ciherang, Inpari 32 dan Mekongga di Desa Iraonogeba yang mengalami puso berusia 1-59 HST. 

   Beruntung, pertanaman padi yang terendam air di dua kabupaten lainnya, yakni Deliserdang dan Sergai, tidak mengalami puso. 

   “Seluas 19 hektar pertanaman padi di Kecamatan Teluk Mengkudu dan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdangbedagai terendam air serta di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deliserdang seluas 155 hektar,” urainya.

  Amran menyarankan para petani yang lahan persawahannya mengalami puso mengajukan permohonan bantuan benih ke Dinas Ketapang TPH Sumut, melalui dinas pertanian kabupaten/kota.

    “Ada CBD (Cadangan Benih Daerah, red) disiapkan untuk mengganti tanaman padi petani yang mengalami puso,” tukasnya.

    Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Ketapang TPH Sumut, HM Juwaini, mempersilakan para petani padi yang mengalami puso memanfaatkan CBD. Syaratnya, pihak UPT PTPH dan PMKP Dinas Ketapang TPH Sumut harus menyatakan lahan persawahan tersebut memang puso akibat banjir.

    “Kita sediakan benih padi di program CBD untuk 1.000 hektar pada tahun 2024,” tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini