|

UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa Wujudkan Sumut Mandiri Benih

Plh Kepala UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa, Rony Permadi SP MSi (kacamata) didampingi Kepala Seksi Produksi, Agus Saputra Siregar SP MP, di areal pertanaman padi yang dikelola salah satu UPT lingkup Dinas Ketapang TPH Sumut itu, di kawasan Jalan Medan-Lubukpakam Kecamatan Tanjungmorawa, Kabupaten Deliserdang, Rabu (18/02/2023). Foto Ist 
Tanjungmorawa | Kinerja para personil Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Padi Tanjungmorawa Kabupaten Deliserdang, Provinsi Sumatera Utara, kian memikat. Setelah sukses memproduksi benih padi berlabel Ungu (benih pokok, red) sebanyak 123.750 kilogram (kg) pada 2022, upaya mewujudkan Sumut bisa mandiri benih padi, mulai diincar.

“Target produksi benih padi kita pada tahun 2023 ini sama dengan pencapaian tahun lalu, yakni sebanyak 123.750 kilogram,” ungkap Rony Permadi SP MSi, pria enerjik yang dipercaya sebagai Plh Kepala UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa, di ruang kerjanya kawasan Jalan Medan-Lubukpakam Kecamatan Tanjungmorawa, Rabu (18/01/2023) siang.

Dikemukakannya, produksi benih tersebut berasal dari lahan pertanaman seluas 19 hektar (ha) yang dimiliki salah satu UPT di jajaran Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut, ini. Memanfaatkan musim tanam sebanyak dua kali, yakni April-September (Apsep) dan Oktober-Maret (Okmar), beragam varietas padi, masing-masing Inpari 32 HDB, Ciherang, Mekonga dan Situbagendit, dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan benih para petani Sumut.

“Saat ini, usia pertanaman lebih kurang 50 hari setelah tanam dan direncanakan dipanen sekitar bulan Februari atau Maret 2023,” papar Rony.

Kendati demikian, pihaknya baru akan memasarkan benih padi tersebut pada medio April 2023. Hal ini mengingat, padi hasil panen tersebut harus mendapatkan perlakuan khusus agar bisa menjadi benih, sehingga prosesnya lebih lama ketimbang untuk kebutuhan konsumsi masyarakat.

“Setelah dipanen, padi untuk benih mendapatkan perlakuan khusus lagi sebelum siap diedarkan dipasaran,” sebutnya.

Mengenai pemasaran, pihaknya melayani permintaan dari beragam kabupaten di Sumut, diantaranya, Langkat, Karo, Deliserdang, Serdangbedagai, Tebingtinggi, Batu Bara, Asahan hingga Kepulauan Nias.

“Para penangkar dari hampir seluruh kabupaten/kota di Sumatera Utara menjadi pelanggan tetap benih yang dihasilkan UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa,” tegasnya.

Berdasarkan pengamatan, hamparan tanaman padi yang dikelola pihak UPT Tanjungmorawa masih terlihat menghijau. Menurut Kepala Seksi Produksi di UPT tersebut, Agus Saputra, pihaknya mengembangkan benih varietas padi yang akan menguntungkan petani, baik dari sisi perawatan maupun hasil panennya.

Dicontohkannya Inpari 32 HDB yang merupakan jenis padi Inbrida di sawah irigasi. Salah satu varietas turunan Ciherang ini, kata Rony, akan bisa dipanen kurang lebih 120 hari setelah disemai. Memiliki tinggi berkisar 97 senti meter, dengan postur tanaman tegak, serta daun bendera juga tegak menjulang,  Inpari 32 HDB mampu menerima dan memanfaatkan sinar matahari secara optimum untuk pertumbuhannya. 

Selain itu, tanaman Inpari 32 HDB juga memiliki beberapa keunggulan,  baik dari ketahanannya terhadap penyakit maupun gabah yang dihasilkan.

“Varietas ini relatif tahan terhadap penyakit kresek, tungro serta blas yang kerap menyerang tanaman padi,” klaimnya.

Hamparan pertanaman padi seluas 19 hektar yang dikelola pihak UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa mampu menghasilkan sebanyak 123.750 kilogram benih padi label Ungu pada tahun 2022 , dan diyakini mampu mewujudkan Sumut mandiri benih padi. Foto Ist 
Secara terpisah, Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali, menyatakan, benih padi yang dihasilkan UPT tersebut akan mendukung terwujudnya kemandirian benih, khususnya padi, di Sumut.

“Kita sudah mencoba membatasi akses penjualan ke luar Sumatera Utara dengan tujuan agar kebutuhan benih padi para petani lokal bisa tercukupi,” ujar Rajali melalui telepon selulernya.

Diakuinya, peran para penangkar benih padi teramat dibutuhkan agar bisa sampai ke para petani Sumut.

“Para penangkar akan  mengembangkan benih Label Ungu yang dihasilkan UPT Benih Induk Padi Tanjungmorawa, menjadi benih sebar untuk dijual ke para petani,” urainya.

Ia menambahkan, bila hampir 124 ton benih label Ungu itu dikembangkan para penangkar menjadi benih sebar, diyakini Sumut bakal mampu memenuhi kebutuhan benih padi petaninya. Apalagi,  realisasi luas tanam padi di Sumut periode Oktober 2021-September 2022 berkisar 734.344 ha.

“Sebanyak 123.750 kilogram benih padi label Ungu itu akan menghasilkan benih sebar untuk ditanam di areal persawahan seluas 990 ribu hektar,” tuturnya.

Diasumsikan, sebanyak 123.750 kg benih label Ungu tersebut cukup untuk ditanam para penangkar padi di lahan seluas 4.950 hektar, dengan perhitungan 25 kg benih per ha.

“Kita anggap produksi setiap hektar 5 ton, setara dengan 5.000 kilogram, maka bila dikalikan dengan 4.950 hektar, maka akan diperoleh benih sebar sebanyak 24.750.000 kilogram yang bisa ditanam di areal persawahan seluas 990 ribu hektar,” tuturnya.

Rajali berharap dukungan dan peranserta pihak terkait agar kemandirian benih, tidak hanya padi, bisa segera terwujud di Sumut.

“Ini yang terus kita dorong, termasuk para penangkar benih, agar Sumatera Utara bisa mandiri benih,” tandasnya. Fey


Komentar

Berita Terkini