![]() |
Kadis Ketapang TPH Sumut, Rajali, usai memimpin apel perdana di halaman Kantor Dinas tersebut, kawasan Jalan AH Nasution Medan, beberapa waktu lalu. Foto Ist |
“Kita optimistis tetap menjadi salah satu lumbung padi nasional, bahkan menduduki peringkat lebih baik dari tahun lalu, dengan melakukan berbagai upaya,” papar Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali, di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, Senin (16/01/2023) pagi.
Ia mengakui, jaringan irigasi yang berada dalam kondisi baik hanya berkisar 15% dari 267.327 hektar (ha) total lahan sawah beririgasi di Sumut, atau seluas 40.099 ha. Sementara, jaringan irigasi dalam kondisi rusak ringan sebesar 19%, atau seluas 50.792 ha, rusak sedang 90.891 ha (34%) dan mengalami kerusakan berat mencapai 85.545 ha (32%).
Kendati demikian, kata Rajali, hal itu tidak menyurutkan pihak Dinas Ketapang TPH Sumut. Melakukan perbaikan jaringan irigasi, khususnya saluran tersier yang menjadi tanggungjawab institusi ini, terus dilakukan setiap tahun dengan menyesuaikan anggaran yang ada.
“Bersumber dari APBD Sumatera Utara Tahun Anggaran 2022 lalu, kita sudah melakukan pengembangan jaringan irigasi di lima kabupaten sentra pertanaman padi dan satu kabupaten, yakni Dairi menerima kegiatan Irigasi Sumur Dalam dan Irigasi Perpipaan sebagai bentuk dukungan untuk Kawasan Pertanian Terpadu di daerah itu,” paparnya lantas menyebutkan lima kabupaten dimaksud, masing-masing Deliserdang, Serdangbedagai, Simalungun, Mandailing Natal dan Padanglawas Utara.
Selain upaya tersebut, kata Rajali, dilakukan sejumlah kegiatan yang bertujuan untuk mendongkrak produktivitas tanaman pangan, seperti menerapkan teknologi pertanian dalam melakukan budidaya serta menyosialisasikan penggunaan benih atau pun bibit berkualitas kepada para petani.
“Pencapaian produksi padi petani di Sumatera Utara pada tahun 2022 sebanyak 3.992.474 ton Gabah Kering Giling (GKG), atau setara dengan 2.356.758 ton beras, menjadi bukti, provinsi ini mampu menjaga ketahanan pangan masyarakatnya,” tegas Rajali.
![]() |
Areal pertanaman padi milik petani di salah satu kabupaten di Sumatera Utara, beberapa waktu lalu. Foto Ist |
“Keterbatasan anggaran membuat kita (Dinas Ketapang TPH Sumatera Utara, red) hanya merehabilitasi saluran tersier dalam jumlah terbatas setiap tahunnya,” tutur Heru saat dikonfirmasi melalui telepon selulernya.
Diakui,
pihaknya juga tetap menjalin komunikasi dengan institusi terkait lainnya,
seperti Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Sumber Daya Air, Cipta Karya dan Tata
Ruang, untuk memperbaiki jaringan irigasi tersebut.
“Kita berharap institusi terkait segera memperbaiki jaringan irigasi primer dan sekunder sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan produktivitas padi sebanyak 8 ton per hektar pada tahun 2023 ini,” ujarnya.
Heru mengklaim, kerusakan jaringan irigasi berada di seluruh sentra padi Sumut. Jaringan irigasi dalam kondisi rusak berat, misalnya, terjadi di Daerah Irigasi (DI) Secanggang Kabupaten Langkat yang mengairi persawahan seluas 1.400 ha, Lae Ordi Kabupaten Humbanghasundutan seluas 607 ha, Rismaduma seluas 1.522 ha dan Buluduri seluas 1.008 ha (Dairi), Langau Kabupaten Deliserdang 1.900 ha, Paya Lombang Kabupaten Serdangbedagai 1.400 ha, Mombang Boru Kabupaten Tapanuli Tengah/Tapanuli Selatan 886 ha, Sialli Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah 1.057 ha, dan Pakantan Kabupaten Mandailing Natal 1.100 ha.
Buruknya kondisi jaringan irigasi di Sumut pernah dikeluhkan pihak pengurus Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi/Beras Indonesia (Perpadi) cabang Sumut. Menurut Ketua Perpadi Sumut, H Ardhi Kusno, jaringan irigasi sangat dibutuhkan para petani, khususnya padi, untuk melakukan pertanaman.
“Tidak sedikit para petani di berbagai daerah yang kami kunjungi mengeluhkan jaringan irigasi yang tidak berfungsi, sehingga menyulitkan mereka untuk bertanam padi,” sesalnya.
Pada kesempatan itu, Ardhi Kusno berharap peranserta dari institusi terkait untuk segera memperbaiki jaringan irigasi yang rusak tersebut, agar target produksi padi Sumut bisa tercapai. Apalagi, selama ini masyarakat Sumut sudah dikenal sebagai pemakan nasi terbanyak, yakni mencapai 116 kg per kapita per tahun. Jumlah ini jauh di atas konsumsi beras untuk dimasak menjadi nasi oleh masyarakat Nusa Tenggara Timur yang berkisar 8,45 kg per bulan atau sebanyak 101,4 kg per kapita per tahun. Fey
Luas Panen ‘Lumbung Padi Nasional’ Tahun 2022
No Provinsi Luas
Panen (Ha)
1 Jawa Timur 1.704.759
2 Jawa Tengah 1.699.436
3 Jawa Barat 1.685.295
4 Sulawesi Selatan 1.042.107
5 Lampung 516.910
6 Sumatera Selatan 516.260
7 Sumatera Utara 423.522
8 Banten 338.454
9 Sumatera Barat 288.511
10 Aceh 276.622
Sumber: BPS