Betapa tidak, dari ajang bergengsi yang berlangsung selama lima hari, yakni 18-22 Oktober 2022 ini, mencuat beragam varietas durian unggul lokal. Sesuai namanya unggul lokal, seluruhnya memiliki rasa dan keunikan tersendiri. Sebanyak sembilan varietas durian yang diusung lima kabupaten di Sumut, masing-masing Tapanuli Selatan (Silani), Mandailing Natal (Sijantung dan Sijabat), Tapanuli Utara (Sikotok, Siratarata, Sipulut dan Tanjung), Deliserdang (Sibolang) dan Dairi (Parongil), diyakini akan mampu menggoda pihak Kementerian Pertanian untuk melepasnya menjadi Varietas Unggul Nasional.
Tak ayal, posisi durian Sidikalang Kabupaten Dairi yang terlanjur kesohor di negara kawasan Asia bakal goyah dengan keberadaan varietas unggul lokal tersebut. Sesuai data dari Balai Besar Karantina Pertanian Belawan, komoditas ekspor durian Sidikalang per Agustus 2021 mencapai 660.754 kilogram senilai Rp45 miliar tujuan China dan Malaysia. Volume ekspor durian tersebut berada di urutan ketujuh komoditas unggulan ekspor setelah minyak sawit, kernel, kopi biji, pinang biji, RBD Palm Olein, dan karet lempengan.
"Sebenarnya karena Sidikalang yang terkenal. Daerah lain juga ada, cuma jumlahnya itu tidak banyak, sehingga sekadar menjadi penambah pemasok jika daerah utama kurang," ujar Kepala BBKP Belawan, Andi Yusmanto, dalam rilisnya pertengahan tahun silam.
Selama ini, Kabupaten Dairi memang kesohor sebagai salah satu penghasil durian terbaik di Sumut. Kecamatan Tiga Lingga, utamanya, yang berjarak sekira 180 kilometer dari Kota Medan, setara dengan lima jam perjalanan bila menggunakan transportasi darat.
Menurut Staf Fungsional di Dinas TPH Sumut, H Bahruddin Siregar, Kecamatan Tiga Lingga seakan menjadi 'surga' para pecinta buah durian.
"Rasanya pahit bercampur sedikit manis, serta daging buahnya tebal dan bijinya relatif kecil," ungkap penggemar berat buah durian ini, yang ditemui di sela-sela kesibukannya menjadi anggota dewan juri Lomba Durian dalam ajang Festival Benih dan Buah Unggul Lokal tahun 2022.
Namun, rasa pahit bercampur sedikit manis yang merupakan ciri khas durian Sumut, seperti terkandung dalam durian asal Sidikalang, juga dimiliki sembilan varietas unggul lokal di Festival Benih dan Buah Sumut tahun 2022. Itu belum termasuk varietas yang hanya kesohor di kalangan para mania durian.
Di Desa Sipenggeng Kecamatan Batangtoru Kabupaten Tapanuli Selatan, misalnya, nama durian 'Siudon', 'Sisere' dan 'Sijantung', teramat familiar. Soal rasa, tak perlu diragukan lagi. Bagi penyuka rasa pahit bercampur manis plus legit dan pulen, ketiga varietas ini bakal menjadi pilihan.
"Sudah lama orang tua kami menanam pohon durian ini dan rasanya banyak disukai penggemar durian yang datang," ungkap Abdul Rasyid Siregar, pemilik kebun durian yang sempat disambangi di kediamannya, kawasan Desa Sipenggeng Kecamatan Batangtoru, beberapa pekan lalu.
Begitu juga di Kabupaten Mandailing Natal (Madina), sejumlah desa di Kecamatan Tambangan, Hutarimbaru, Kotanopan dan Aek Mata, menjadi favorit para penggemar durian. Umumnya, pohon durian varietas 'Sisere', 'Sigaja' dan Sijantung' yang tumbuh telah berusia puluhan tahun. Hanya saja, pohon tersebut berbuah setahun hingga dua tahun sekali, akibat minimnya perawatan.
Kecamatan Tambangan yang terkenal sebagai salah satu penghasil durian terenak di wilayah Kabupaten Madina, memiliki banyak varietas. Mayoritas berdaging tebal, berwarna kuning dan pulen. Namanya juga tergolong unik, yakni 'Sipetek', 'Si Sere', 'Si Pira', 'Si Manuk', 'Si Dingkil', 'Si Balimbing', 'Si Embal', 'Si Tetek Ambeng', 'Si Rata', 'Si Jobah', 'Si Coreh', 'Si Putih', 'Si Bota', 'Si Jabar', 'Si Jantung', 'Si Rudal', 'Tarutung Paya', 'Si Bodak', 'Si Omas', 'Si Bumbam', 'Si Meong', 'Si Ucang', 'Jagatal', 'Si Buaya Darat', dan 'Si Alhamdulillah'.
Menurut Kepala Bidang Tanaman Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Madina, Khairul Bahri, sederet nama durian itu berdasarkan tampilan luar atau pun luar durian dimaksud. Dicontohkannya daging Si Sere yang berwarna kuning menyerupai emas dengan aroma wangi dan rasanya cenderung manis.
"Dalam bahasa Mandailing, Sere itu artinya emas," sebutnya.
Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas TPH Sumut, Marino, memperlihatkan salah satu durian varietas unggul lokal, beberapa waktu lalu. Foto Fey |
"Kalau suka rasa manis tapi sedikit ada pahit, pilih 'Si Rata' yang kalau diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia berarti 'Si Biru' karena warna daging durian ini putih-kebiruan," urai Khairul lantas menambahkan, daging buah 'Si Rata' tidak terlalu tebal, tapi tidak setipis 'Si Dangkal'.
Diakuinya, para penggemar durian asal Kabupaten Madina cenderung memilih 'Si Meong' karena rasanya enak dan berdaging tebal serta berukuran relatif besar.
"Disebut 'Si Meong', kata orang-orang, kalau kita pas makan durian ini, tiba-tiba ada mengajak bicara, malas meladeninya karena mulut sudah disumpal dagin durian yang besar dan legit,” ujar Khairul.
Lebih menarik lagi seputar penamaan durian 'Si Alhamdulillah'. Konon katanya, karena buah durian ini sulit jatuh meski telah matang di pohon. Saat buah jatuh, orang yang menunggu durian itu langsung mengucapkan rasa syukur dengan menyebutkan Alhamdulillah.
Satu daerah lagi penghasil durian terbaik di Sumut yang tidak layak dilupakan adalah Kabupaten Tapanuli Utara yang beribukota Tarutung. Dalam bahasa Batak Toba, Tarutung diartikan sebagai durian. Nama itu bukan diberikan secara sembarangan, tapi mengandung makna seputar asal mula kota tersebut.
Sejumlah referensi menyebutkan, hingga awal abad XIX, kota Tarutung sudah ramai dikunjungi untuk transaksi dagang dari berbagai kawasan seperti Silindung, Humbang Hasundutan, Samosir, Toba, Dairi, Pahae, Sipirok, Sibolga, dan Barus. Transaksi perdagangan tradisional itu berlangsung di lokasi perkampungan yang berpusat di bawah pohon beringin rindang.
"Nama kawasan itu Onan Sitaru yang artinya pasar barter di perkampungan Saitnihuta," papar Kepala Seksi Aneka Kacang dan Umbi Bidang Tanaman Pangan Dinas TPH Sumut, Unedo Koko Nababan.
Pria yang karib disapa Koko dan sempat lama bertugas di Dinas Pertanian Kabupaten Taput itu menyatakan, kegiatan perdagangan sempat terhenti saat terjadi 'Perang Paderi' sekira tahun 1816 hingga 1833. Pasukan Imam Bonjol mampu meluluhlantakkan kehidupan masyarakat setempat dan menguasai kawasan Silindung hingga Toba.
Usai Perang Paderi, kampung tersebut kembali dibangun. Peran Evangelisasi Kristen, sangat penting dalam membangun kampung tersebut, hingga akhirnya aktivitas perdagangan kembali normal di Onan Sitaru Saitnihuta. Di bawah pemerintah kolonial Belanda, di sekitar lokasi itu berdiri perkampungan bernama Hutatoruan dan resmi menjadi tempat berdagang.
"Dulu menurut sejarahnya, pihak Belanda menanam pohon durian sebagai pertanda pada tahun 1877, dan orang Batak setempat menyebutkannya Tarutung, yang artinya durian," tutur Koko.
Di bawah pohon Tarutung itu, kegiatan pasar tradisional semakin menggeliat dan berkembang pesat, sehingga akhirnya lokasi itu dijadikan ibukota Kabupaten Taput.
"Sampai sekarang, pohon durian itu masih hidup dan menjadi ikon Kota Tarutung," tegasnya.
Target Sumut untuk menggoda selera warga dunia melalui durian juga didukung oleh pihak swasta yang telah memiliki dua pabrik pengemasan daging durian beku berkualitas ekspor di Kabupaten Deliserdang. Mengusung bendera Universal Durian PT Agro Semesta Utama, sang CEO, Muhammad Syarif, mengaku permintaan ekspor daging durian beku kian meningkat di pasar internasional seperti Malaysia, Singapura dan China,"Setelah pabrik di Kecamatan Galang, hari ini dibuka pabrik kedua di KIM (Kawasan Industri Medan, red0 Star Tanjungmorawa dalam upaya memenuhi kebutuhan daging beku dari mancanegara yang jumlahnya mencapai ratusan ton setiap bulan," papar M Syarif, saat pembukaan pabrik, pertengahan Januari 2022 silam.
Ia mengklaim, pabrik di KIM Star Tanjungmorawa mampu memproduksi 10 ton daging durian beku per hari. Diharapkan, keberadaan dua pabrik tersebut bisa memenuhi permintaan pasar Hongkong, Taiwan bahkan sejumlah negara Eropa. Mengandalkan hasil panen durian dari Sidikalang, Langkat, Sibolga, Nias dan Tapanuli Selatan, pihaknya mengaku tetap kewalahan mendapatkan bahan baku, sehingga terpaksa mendatangkannya dari sejumlah provinsi di Pulau Sumatera.
Menanggapi hal itu, Plt Kadis TPH Sumut, Hj Lusyantini, berharap, para petani mampu memanfaatkannya sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
"Ini peluang yang harus kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya demi peningkatan kesejahteraan keluarga petani durian," ujar Lusyantini di ruang kerjanya, Jumat (21/10/2022) pagi.
Pihaknya sangat mengharapkan adanya kerja sama dengan institusi terkait, tidak hanya Dinas TPH Sumut, dalam memberdayakan sumber daya petani durian, agar mampu menembus pasar ekspor.
"Beragam aturan ketat terkait keamanan pangan negara tujuan ekspor harus dipenuhi agar durian bisa menembus manca negara, sehingga butuh kerja sama sinergis dengan institusi terkait untuk membina para petani durian," imbaunya.
Tak bisa dipungkiri, sinergitas di antara lintas sektoral di negeri ini teramat dibutuhkan demi peningkatan kesejahteraan keluarga petani. Salah satu caranya, dengan 'menggoda' selera warga dunia melalui durian unggul lokal asal Sumut Fey