|

Teknologi CSA Tingkatkan Produktivitas Padi Sumut

Koordinator BPP Jaharun, Rusianna Purba, mengajarkan petani cara membuat pupuk organik dalam kegiatan CSA SIMURP di Kabupaten Deliserdang, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Medan- Teknologi pertanian cerdas iklim (Climate Smart Agriculture, CSA) terbukti mampu meningkatkan produktivitas tanaman padi di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

Menurut Plt Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, Bahruddin Siregar, CSA merupakan teknologi dalam kegiatan Strategic Irrigation Modernization and Urgent Rehabilitation Project (SIMURP) sejak tahun 2020 yang digagas pihak Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BBPSDMP) Kementerian Pertanian untuk pemberdayaan sumber daya petani agarmaju, mandiri dan modern. Di Sumut, lanjutnya, dua kabupaten, yakni Deliserdang dan Serdangbedagai (Sergai) didapuk sebagai daerah percontohan program kegiatan modernisasi dan rehabilitasi jaringan yang mendesak dan penting tersebut.  

"Demplot (demo plot, red) CSA SIMURP tahun 2021 di 192 kelompok tani, yaitu sebanyak 96 kelompok tani di kabupaten Deliserdang dan 96 kelompok tani Kabupaten Serdangbedagai memperlihatkan peningkatan hasil panen padi yang sangat signifikan," papar Bahruddin saat ditemui di ruang kerjanya, kawasan Jalan AH Nasution Medan, Kamis (28/04/2022) siang.

Pada tahun 2020, misalnya, produktivitas padi non CSA di Kabupaten Deliserdang berkisar 6,76 ton per hektar (ha) dan di Sergai sebanyak 6,61 ton per ha. Di tahun 2021, produktivitas padi non CSA pada tahun 2021 mengalami sedikit peningkatan, yakni di Deliserdang berkisar 6,79 ton per ha dan di Sergai sebanyak 6,63 ton per ha. Namun, kata Bahruddin, saat dilakukan demplot CSA SIMURP, produktivitas padi di dua kabupaten mengalami peningkatan hasil panen yang sangat signifikan.

"Di Kabupaten Deliserdang, demplot CSA SIMURP yang dilaksanakan pada tahun 2021 mampu meningkatkan produktivitas padi petani hingga mencapai 7,27 ton per hektar dari 6,79 ton per hektar non CSA," sebutnya.

Bahruddin mengklaim, hal serupa juga dialami petani di Kabupaten Sergai yang menerapkan CSA SIMURP dengan membukukan hasil panen mencapai 6,99 ton per ha dari 6,63 ton per ha pertanaman padi non CSA.

"Kita optimistis, CSA SIMURP sangat efektif untuk meningkatkan produktivitas padi petani," tegasnya.    

Secara terpisah, Pelaksana Kepala Bidang Penyuluhan Dinas TPH Sumut, Hj Lusyantini mengakui adanya kenaikan produktivitas padi petani melalui penerapan teknologi CSA. 

"Tahun 2020, produktivitas panen padi petani di Kabupaten Deliserdang yang menerapkan CSA SIMURP meningkat sebanyak 0,51 ton per hektar dan di Kabupaten Sergai, peningkatannya berkisar 0,38 ton per hektar," tuturnya.

Saat teknologi CSA SIMURP kembali diterapkan pada tahun 2021 di dua kabupaten itu, peningkatan produktivitas padi petani juga terjadi. Lusyantini yang juga menjabat sebagai Sekretaris Dinas TPH Sumut ini mengklaim, petani di Kabupaten Deliserdang, membukukan peningkatan sebanyak 0,48 ton per ha dan di Sergai berkisar 0,35 ton per ha. Pencapaian hasil tersebut berdampak positif terhadap Indeks Pertanaman.

"Tahun 2020, Indeks Pertanaman di Kabupaten Deliserdang mencapai 233 dan di Serdangbedagai 237. Di tahun 2021, Indeks Pertanaman di Deliserdang dan Serdangbedagai, masing-masing sebanyak 243," urainya.

Sejumlah petugas di kabupaten mengukur tingkat keasaman (pH) tanah dihadapan sejumlah anggota kelompok tani peserta CSA SIMURP, sebelum memulai pertanaman, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Menariknya, dari hasil pengukuran Emisi Gas Rumah Kaca di lima lokasi demplot Balai Penyuluhan Pertanian lokasi SIMURP, terjadi penurunan rata-rata 52,20% dibandingkan pertanaman cara konvensional (non CSA). 

Dihubungi melalui telepon selulernya, Kepala Seksi Kelembagaan Bidang Penyuluhan Dinas TPH Sumut, M Syafnurdin Asroy, menjelaskan, sejumlah materi disajikan kepada peserta dalam CSA. Beberapa diantaranya seperti, teknologi hemat air melalui intermitten dan Alternate Wett And Drying (AWD), penggunaan bibit unggul, rendah emisi dan bermutu melalui uji benih, penggunaan pupuk seimbang dengan menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) untuk rekomendasi pemupukan berimbang, serta pemanfaatan bahan organik melalui pembuatan pupuk organik.

Ditambahkannya, para peserta juga diajarkan cara untuk menentukan waktu tanam berdasarkan kelender tanam, sisten tanam Jajar Legowo dengan dua sampai tiga bibit usia muda per lubang pada kondisi macak-macak, percepatan pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman, red) terpadu, serta  pengukuran emisi gas rumah kaca.      

"Ada tiga hal utama yang menjadi sasaran pencapaian dalam pelaksanaan CSA, yakni peningkatan produksi dan produktivitas, Indeks Pertanaman dan pendapatan petani, mengadaptasi dan membangun ketangguhan terhadap perubahan iklim, serta mengurangi bahkan meniadakan emisi gas rumah kaca di sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura," sebut Asroy.

Pihaknya telah mengusulkan sebanyak 448 demplot CSA padi di Deliserdang dan Sergai dengan melibatkan 8.320 rumah tangga petani pada tahun 2022. Diupayakan, kegiatan demplot bisa terlaksana pada musim tanam I periode April-September 2022. Saat ini, sejumlah kelompok tani sudah melakukan persiapan, seperti pemanfaatan PUTS, seleksi benih, pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan dan lainnya.

"Saya berharap, Koordinator di delapan Balai Penyuluh Pertanian dan para Penyuluh Pertanian Lapangan yang terlibat dalam CSA SIMURP tahun 2022 serta pihak terkait dalam kegiatan demplot mampu berperan-aktif untuk menyukseskan kegiatan ini," imbaunya. Fey

Sejumlah anggota kelompok tani Gelora membuat pupuk organik cair sebagai bagian dari materi dalam kegiatan CSA SIMURP di wilayah Kabupaten Deiserdang dan Sergai, beberapa waktu lalu. Foto Ist




 

Komentar

Berita Terkini