|

Padi Hibrida masih 'Dianaktirikan'

Plt Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementan, Dr Ir Mohammad Takdir Mulyadi MM, bebrincang dengan Kepala UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas TPH Sumut, Marino, saat berkunjung ke slaah satu penangkar benih padi di wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Deliserdang, akhir pekan lalu. Foto Fey

Medan- Meski dipercaya mampu meningkatkan produktivitas padi di Indonesia, namun padi hibrida terkesan masih dipandang sebelah mata. Beragam alasan menjadikan padi hibrida 'dianaktirikan' di negeri agraris ini.

"Meski memiliki keunggulan dalam hal produktivitas yakni bisa mencapai di atas sembilan ton per hektar, namun pertanaman padi hibrida membutuhkan perlakuan khusus," ungkap Plt Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan), Dr Ir M Takdir Mulyadi MM, di sela kunjungan kerjanya ke penangkar benih padi di Kabupaten Serdangbedagai dan Kabupaten Deliserdang, akhir pekan lalu.

Ia mengakui, masih sedikit petani di Indonesia yang memanfaatkan padi hibrida untuk bercocok-tanam. Harga jual benih yang relatif mahal dibanding padi inbrida menjadi salah satu penyebabnya. Meskipun, kata Takdir Mulyadi, penggunaan benih padi hibrida lebih sedikit dibanding jenis Inhibrida, yakni hanya 15 kg per hektar (ha). Sementara, padi Inbrida mencapai 25 kg per ha.

"Harga free market (pasar bebas, red) berkisar di atas Rp80 ribu per kilogram," jelasnya.

Mengenai kemungkinan dialokasikan untuk bantuan ke petani di Indonesia, Takdir menyatakan, pemerintah hanya mampu mematok harga benih padi hibrida berkisar Rp54 ribu per kg. Selain itu, lanjutnya, kondisi keuangan negara di masa pandemi Covid-19 belum memungkinkan alokasi benih padi hibrida untuk dibagikan ke petani.

"Mudah-mudahan, bila pandemi Covid-19 sudah berlalu dan tidak ada lagi refocusing anggaran, kemungkinan kita upayakan mengalokasikan benih padi hibrida untuk bantuan ke petani," paparnya.

Secara terpisah, Manager PT Sang Hyang Seri (SHS) persero Cabang Asahan, Provinsi Sumatera Utara (Sumut), Eko Priyo Santoso SP, mengapresiasi kemungkinan dialokasikannya benih padi hibrida untuk bantuan ke petani. 

"Kalau itu benar-benar dilakukan pemerintah, bakal membawa angin segar di sektor tanaman pangan, tidak hanya bagi produsen dan petani selaku pengguna, tapi juga bermunculan para penangkar benih padi hibrida," sebutnya saat ditemui di Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut, kawasan Jalan AH Nasution No 6 Medan, beberapa waktu lalu.    

Ia menilai, teknologi padi hibrida masih dianggap 'asing' di negeri ini. Indikasi itu terlihat dari minimnya penyerapan benih padi hibrida. Padahal, benih padi hibrida bisa menjadi andalan untuk meningkatkan produktivitas padi, sekaligus pendapatan petani. 

"Meningkatnya hasil panen padi akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan keluarga petani," tuturnya.

Plt Direktur Perbenihan Tanaman Pangan Kementan, Dr Ir Mohammad Takdir Mulyadi MM, memberikan arahan kepada seorang penangkar benih di wilayah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdangbedagai, akhir pekan lalu. Foto Fey 

Eko mengklaim, peningkatan produktivitas karena penggunaan padi hibrida akan meredam gejolak perubahan harga yang disebabkan minimnya pasokan beras, sehingga mampu meningkatkan ketahanan pangan Indonesia.

"Kami BUMN klaster pangan PT Sang Hyang Seri sangat konsen dengan penyediaan sumber benih padi hibrida, melalui produk unggulan kami, SL8SHS," tegas Eko.

Lebih lanjut dikatakan, SL8SHS merupakan benih padi hibrida yang memiliki tekstur nasi pulen dan enak. Memiliki produktivitas berkisar 11 ton per ha, menjadikan produk ini disukai para petani. 

"Bentuk tanamannya tegak dan kokoh, sehingga tidak mudah rebah," tukasnya.

Pihaknya mengklaim siap membantu petani di Sumut yang berencana mengembangkan padi hibrida SL8SHS. Tentunya, kabupaten/kota dimaksud harus memiliki potensi lahan yang cocok untuk ditanami padi hibrida. Bahkan, kata Eko, dimungkinkan untuk mengadakan pilot project di sejumlah kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

"Teknologi padi hibrida saat ini telah mengikuti tren pasar. Begitu juga bentuk gabah, umur tanaman dan rasa nasinya, sudah mengikuti selera konsumen," urainya.

Menanggapi hal itu, Plt Kepala Dinas TPH Sumut, Bahruddin Siregar, menyatakan, keberagaman karakteristik lahan dan iklim di Sumut harus menjadi perhatian dari pihak produsen benih padi hibrida. 

"Benih padi hibrida membutuhkan perlakuan khusus karena relatif rentan terhadap serangan hama dan penyakit," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini