|

Perbukitan Kawasan Danau Toba Terancam Gundul

Dua legislator Sumut, Victor Silaen (Fraksi Partai Golkar) dan Gusmiyadi (Fraksi Gerindra) berkeliling menggunakan speed boat di perairan Danau Toba untuk memantau kawasan perbukitan Danau Toba yang terancam gundul, beberapa waktu lalu. Effendy Bakkara

Parapat- Kondisi perbukitan kawasan Danau Toba yang terancam gundul. Diduga, aktivitas Galian C di sejumlah titik, yakni Desa Siregar Aek Nalas Kecamatan Uluan dan Desa Horsik Kecamatan Ajibata Kabupaten Toba, menjadi penyebabnya.

"Aparat penegak hukum harus segera menutup seluruh aktivitas Galian C yang ada agar perbukitan di kawasan Danau Toba bisa kembali menghijau," tegas Anggota DPRD Sumut dari Fraksi Partai Golkar, Viktor Silaen, beberapa waktu lalu.

Ia mengaku, sengaja berkeliling Danau Toba bersama rekan sejawatnya dari Fraksi Gerindra, Gusmiyadi, dengan menggunakan speedboat dari Parapat, untuk memantau obyek wisata andalan nusantara itu. Ironisnya, kedua legislator itu justru menemukan pemandangan miris tersebut. Disebutkan, pengerukan tanah di sekitar perbukitan Danau Toba, tepatnya di kawasan Desa Horsik, Kecamata  Ajibata, Kabupaten Toba yang dilakukan para penambang.liar secara tradisional itu sudah merusak ekosistem alam dan keindahan alam kawasan Danau Toba. 

"Ini tidak boleh dibiarkan, instansi terkait harus segera menutup seluruh Galian C yang ada di perbukitan Danau Toba,” imbau Viktor Silaen.

Pihaknya berharap peran-serta masyarakat dalam menjaga lingkungan dan keindahan alam kawasan Danau Toba sebagai salah satu tujuan wisata internasional yang telah masuk dalam Kaldera Geopark oleh pihak UNESCO.

Hal senada dikemukakan Gusmiyadi. Menurutnya, aktivitas Galian C melalui pengambilan bebatuan cadas di kawasan perbukitan Danau Toba telah merusak keindahan alam sekaligus ekosistem yang ada.

“Jika penambangan liar terus berlanjut, resapan air sekitar akan berkurang. Ini sangat berbahaya," sebutnya. 

Gusmiyadi mengingatkan, hutan yang gundul berpotensi terjadinya erosi dan bencana alam lainnya. Dijelaskannya, terganggunya hutan sebagai penyangga sangat membahayakan jiwa manusia dan satwa liar yang ada di kawasan itu. 

"Kondisi ini harus segera disikapi dengan cara menutup seluruh aktivitas Galian C di perbukitan Danau Toba,” harapnya.

Salah seorang warga sekitar, M Sinaga, mengaku aktivitas Galian C yang diduga ilegal tersebut telah berlangsung lama. Hanya saja, hingga saat ini belum ada tindakan tegas dari aparat penegak hukum. Padahal, tidak sedikit para pekerja tambang yang menjadi korban akibat tertimpa bebatuan. 

Berdasarkan pengamatan, hasil Galian C tersebut diangkut kapal ke berbagai tujuan, diantaranya Parapat, Ajibata, Porsea, Balige dan Pulau Samosir di Kabupaten Samosir. Effendy Bakkara    


Komentar

Berita Terkini