|

Dinas TPH Provsu Gropyokan Tikus di Batubara

Dua petani Desa Sidomulyo Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara, memperlihatkan sebagian hasil tangkapan tikus dalam aksi Gropyokan, beberapa waktu lalu. Foto Ist 
Medan- Gerakan pengendalian hama tikus melalui aksi gropyokan yang dilakukan pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) di areal seluas 50 hektar (ha) Desa Sidomulyo Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara, beberapa waktu lalu, menuai hasil memikat. Sebanyak 534 ekor tikus yang tertangkap, kemudian dibunuh dan dikubur secara massal.  

"Hasil tangkapan itu tergolong luar biasa dalam mengendalikan populasi tikus di areal pertanaman padi Desa Sidomulyo," ungkap Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Dinas TPH Provsu, Marino San SP MM, di ruang kerjanya kawasan Jalan AH Nasution Medan, Jumat (24/04/2020).

Disebut luar biasa, lanjutnya, karena perkembangan populasi tikus sangat pesat. Hal ini mengingat, sepasang tikus berpotensi menghasilkan 8-12 ekor anak tikus per bulan. Selain itu, usia reproduksi tikus sangat singkat, yakni siap kawin di usia 35 hari dengan masa bunting selama 21 hari. Hebatnya, setelah dua hari melahirkan, tikus betina akan siap untuk kawin lagi.

"Sepasang tikus bisa menghasilkan keturunan hingga 2.046 ekor per tahun. Bila dikaitkan hasil gropyokan tikus sebanyak 534 ekor, itu setara dengan 267 pasang tikus. Artinya, sebanyak 546.282 ekor tikus bisa dikendalikan untuk setahun ke depan di Desa Sidomulyo Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara," urainya.

Sejumlah petani membongkar lubang yang dicurigai sebagai sarang tikus dalam Gerakan Pengendalian di Desa Sidomulyo Kecamatan Sei Balai Kabupaten Batubara, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Ia mengemukakan, gropyokan merupakan salah satu teknik pengendalian hama tikus di areal persawahan dengan memburunya secara langsung, melalui pembongkaran lubang-lubang aktif yang dicurigai sebagai sarang tikus. Biasanya, kata Marino, ada dua sampai tiga lubang aktif sebagai akses keluar/masuk tikus yang berdiameter 6-8 cm. Namun, lubang tanah tersebut berupa lorong panjang dan bercabang, bahkan memiliki ruang besar untuk tempat melahirkan sekaligus membesarkan anak-anak tikus.

"Dalam gerakan pengendalian hama tikus itu, para petugas kita melakukannya bersama anggota kelompok tani di wilayah Desa Sidomulyo dengan memanfaatkan bahan pengendalian bantuan dari UPT PTPH Sumatera Utara berupa Tiran dan Petrokum," papar Marino.

Ditambahkannya, pelaksanaan gerakan pengendalian hama dan penyakit pada tanaman pangan dan hortikultura dilakukan sebagai tindak lanjut dari hasil pengamatan petugas Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Penyakit (POPT-PHP) di areal pertanaman petani.

"Pengamatan OPT merupakan salah satu prinsip dasar dari Sistem Pengendalian Hama Terpadu dalam upaya mengamankan produksi tanaman pangan dan UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara siap mengawal sekaligus mengamankannya," tegasnya.

Hal itu dibenarkan Kepala Dinas TPH Provsu, Ir H Dahler Lubis MMA, melalui telepon selulernya.
 
"Gerakan pengendalian hama dan penyakit hanya sebagai stimulan agar para petani bisa menangani masalah pertaniannya secara mandiri di masa mendatang," tukasnya.

Sejumlah petani dibantu petugas pertanian dan Babinsa setempat memperlihatkan hasil Gerakan Pengendalian hama tikus, beberapa waktu lalu. Foto Ist 
Dahler mengakui, populasi tikus harus dikendalikan agar pertanaman padi bisa menghasilkan secara maksimal. Apalagi, hingga kini belum ditemukan teknologi yang mampu mengendalikan tikus secara individu karena sumber makanannya tidak selalu berada di hamparan sekitar sarang.

"Saat mencari makan, tikus bergerak secara menyilang atau berkeliling dalam luasan 150 meter, sehingga pengendalian tikus harus dilakukan secara bersama-sama dengan jarak pengendalian minimal 150 meter," papar alumnus Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ini.

Diingatkannya, kunci keberhasilan pengendalian tikus ini adalah bagaimana mampu menggerakkan kekompakan para petani.

“Penting untuk melakukan gerakan pengendalian secara bersama-sama,” tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini