|

Kementan Ikut Gerdal Frugiperda di Langkat

Belasan anggota Kelompok Tani Selekta Desa Parit Rindu Kecamatan Kuala, Langkat melakukan penyemprotan tanaman jagung dalam kegiatan Gerakan pengendalian hama ulat grayak spodoptera frugiperda, Kamis (05/03/2020). Foto Fey 
Langkat- Pihak Kementerian Pertanian (Kementan) mengikuti kegiatan Gerakan Pengendalian (Gerdal) ulat grayak bernama latin Spodoptera Frugiperda di Desa Parit Rindu Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara (Provsu), Kamis (05/03/2020).

"Kita tetap melakukan pendampingan dalam gerakan pengendalian ulat grayak spodoptera frugiperda yang telah meresahkan petani jagung Indonesia," ungkap Kasubdit Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ir Mutiara Sinuraya MSi, mewakili pihak Kementan di sela-sela kegiatan penyemprotan di areal jagung seluas 30 hektar milik Kelompok tani (Poktan) Selekta.

Ia mengemukakan, Gerdal sebagai salah satu wujud kerjasama antara pemerintah dan petani. Dalam hal ini, kata Mutiara, pemerintah menyediakan bahan pengendali berupa pestisida sesuai rekomendasi, dan petani melakukan penyemprotan di areal pertanaman yang terserang frugiperda.

Hal itu dibenarkan Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provsu, Marino San SP MM, yang mendampingi perwakilan dari Kementan saat itu.

"Kita sudah menyalurkan bantuan pestisida sebanyak 1.500 liter untuk pengendalian frugiperda dari pihak Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan,"" tuturnya.

Marino mengakui, seluas 6.002,3 hektar ha dari 320.530 ha areal pertanaman jagung di wilayah Sumut telah terserang frugiperda selama tahun 2019. Meski mayoritas masih dalam kategori serangan ringan, yakni berkisar 5.933,1 ha dan kategori sedang seluas 66,2 ha serta berat seluas 3 ha, namun pihaknya tetap melakukan upaya antisipasi guna mencegah perkembangan frugiperda di wilayah Sumut.

"Sejak awal, langkah antisipasi harus segera dilakukan agar lahan yang terserang tidak meluas karena gerakan pengendalian akan menghilangkan sumber inokulum frugiperda bagi tanaman jagung di sekitarnya," sebutnya.

Kepala UPT PTPH Dinas TPH Provsu, Marino dan Kasubdit Serangan OPT Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan, Ir Mutiara Sinuraya membahas frugiperda yang ditemukan di tanaman jagung. Foto Fey
Berdasarkan pengamatan, para petani juga mendapatkan bimbingan singkat seputar hama frugiperda serta teknik pengendalian yang tepat dari petugas Fungsional PTPH Dinas TPH Provsu, Rukito. Dijelaskannya, frugiperda berasal dari hewan sejenis kupu-kupu, lebih tepatnya ngengat, yang beterbangan di sekitar areal pertanaman jagung.

Setelah menemukan tanaman yang disukainya, hewan tersebut kemudian seperti bermetamorfosis, yaitu suatu proses pertumbuhan pada hewan yang melibatkan perubahan struktur fisik sejak menetas hingga tumbuh dewasa.

"Kupu-kupu akan bertelur di tanaman jagung dan tiga hari kemudian menetas menjadi larva atau ulat instar 1-5. Saat menjadi ulat, sangat berbahaya karena menyerang pucuk-pucuk daun jagung," sebutnya dihadapan puluhan petani.

Ia menambahkan, ulat akan menjatuhkan diri ke tanah dan bersembunyi untuk menjadi kepompong. Beberapa hari berselang, menjadi ngengat dan terbang kemmbali untuk bertelur di daun jagung.

Saat menjadi ulat, kata Rukito, daun jagung bakal dimakan sampai habis bila tidak segera dicegah. Apalagi, ulat grayak jenis furgiperda tergolong rakus, sehingga tanaman yang terserang harus segera dilakukan penyemprotan dengan menggunakan pestisida.

"Kita menggunakan pestisida kontak berbahan aktif seperti Emmamektrin Benzoat lima persen," ujarnya.

Rukito mengingatkan para petani untuk menerapkan enam tepat dalam pengendalian hama tanaman. Enam tepat dimaksud, masing-masing, tepat jenis dalam penggunaan pestisida, tepat dosis, tepat waktu penyemprotan, tepat cara dan penggunaan alatnya, serta tepat mutu produk yang digunakan.

Ditambahkannya, para petani harus melakukan pengamatan terhadap tanaman yang terserang untuk memastikan pestisida jenis apa yang akan digunakan.

"Kalau untuk hama ulat, gunakan jenis insektisida, jangan yang lain agar tepat jenis hama yang hendak dibasmi," imbaunya.

Para anggota Poktan Selekta mendengarkan arahan sebelum melakukan penyemprotan. Foto Fey
Para petani juga disarankan agar tidak menggunakan pestisida secara berlebihan. Bila dilakukan, hama yang luput dari pestisida, bakal semakin kebal. Begitu juga dalam hal tepat waktu penyemprotan.

"Ulat grayak frugiperda bakal muncul ke permukaan tanaman jagung saat matahari tenggelam karena hewan itu tidak tahan terhadap sengatan matahari. Jadi, waktu penyemprotan paling baik dilakukan sekitar pukul 18.00 WIB sampai pukul 19.00 WIB," urai Rukito.

Teknik penyemprotan juga diajarkan kepada para petani jagung. Menurut Rukito, saat dilakukan penyemprotan pada sore hingga malam, nozel (ujung alat penyemprot yang berlubang, red) langsung diarahkan ke titik tumbuh jagung atau pun gulungan daun muda.

"Dalam gulungan daun muda itu frugiperda bersembunyi," tukasnya.

Sementara, Demand Creation Manager Northern Sumatra PT Syngenta Indonesia, Gamal Silalahi, yang turut hadir pada kesempatan itu, mengimbau para petani untuk tidak sembarangan memilih pestisida.

"Sesuaikan penggunaan pestisida dengan hama atau pun penyakit yang menyerang tanaman, melalui pengamatan sebelum dilakukan pengendalian. Contohnya, ulat grayak frugiperda efektif dibasmi dengan menggunakan insektisida, bukan yang lain seperti herbisida misalnya," urainya lantas menyatakan, herbisida merupakan pestisida yang efektif membasmi gulma (tumbuhan penganggu, red) seperti alang-alang dan lainnya.

Gamal mengklaim, produk Syngenta bernama Proclaim 5 SG masih menjadi buruan para petani jagung karena merupakan satu-satunya yang teregister di negeri ini dan terbukti efektif mengendalikan hama frugiperda.

"Ini satu-satunya produk yang efektif mengendalikan spodoptera frugiperda dan telah teregister," katanya dengan nada berpromosi.

Demand Creation Manager Northern Sumatra PT Syngenta Indonesia, Gamal Silalahi menjelaskan serangan hama frugiperda pada tanaman jagung. Foto Fey
Ketua Poktan Selekta, Ramli Sembiring, mengaku sangat terbantu dengan kegiatan Gerdal hama frugiperda. Pasalnya, para petani nyaris kehilangan harapan saat melihat daun di tanaman jagung telah rusak. 

"Dari penjelasan bapak-bapak tadi, setelah disemprot, ulat akan mati dan tanaman jagung kami akan sehat lagi. Artinya, kami tetap bisa panen jagung lagi," paparnya sembari tersenyum.

Lebih lanjut dikatakannya, tanaman jagung dan padi menjadi penopang hidup keluarganya sejak puluhan tahun silam. Mengandalkan sewa lahan yang relatif kecil, maksimal 1 ha, para petani harus berjibaku membagi lahan tersebut untuk pertanaman dua komoditas tersebut.

Satu hal yang mendorong para anggota Koptan Selekta menjadi resah saat frugiperda menyerang pertanaman jagung, karena bakal berimbas pada penurunan pendapatan keluarga. Betapa tidak, Ramli menyatakan, harga terakhir jagung pipil di tingkat pengumpul mencapai Rp3.200 per kilogram dengan hasil panen per hektarnya sekira tujuh ton. Diperkirakan, setiap petani yang memiliki lahan seluas 1 ha bakal memperoleh hasil sekira Rp22.400.000. Sementara, modal usahatani yang dikeluarkan setiap petani jagung, mulai mengolah tani, benih, perawatan hingga panen, hanya menghabiskan dana senilai Rp5.000.000

"Makanya kami gembira dan bersemangat lagi waktu bapak-bapak tadi bilang, tanaman jagung itu bisa diselamatkan dan akan panen sesuai waktunya," tandasnya. Fey 






Komentar

Berita Terkini