|

Ada Dua Pria Temui "Bomber" Medan

Waka Poldasu, Brigjen Pol Mardiaz Khusin Dwihanto bersama sejumlah staf dan pengurus Bhayangkari membezuk seorang korban ledakan bom bunuh diri di Mapolrestabes Medan, beberapa waktu lalu. Foto Yohana  
Medan- Sejumlah informasi seputar sosok bomber Mapolresta Medan, Rabial Muslim Nasutin alias Dedek (24) mulai bermunculan. Salah satunya, ada dua pria berboncengan dengan sepeda motor berkunjung ke kediaman yang baru sebulan dikontrak Dedek dan istrinya, Dewi (22) di kawasan Jalan Nangka Medan, pada dua pekan silam.  

"Memang ada dua pria yang berboncengan sepeda motor datang ke rumah Dedek, sekitar dua minggu sebelum kejadian ini," ujar seorang tetangganya, Syahrul (23) saat ditemui di sela penggeledahan rumah bomber tersebut, Rabu (13/11/2019) petang.

Bahkan, beberapa malam sebelum kejadian di Mapolresta Medan, Syahrul sempat mendengar suara seperti orang yang sedang memaku dinding dari kediaman Dedek. Kendati demikian, tidak ada kecurigaan terhadap prilaku pasangan suami istri (pasutri) itu.

"Meski orangnya tertutup dan jarang di rumah karena pergi pagi pulang malam, tapi kalau ketemu tetap mau bertegur sapa," tuturnya.

Biasanya, kata Syahrul, Dedek yang bekerja sebagai driver ojek online meninggalkan rumah sekira pukul 08.00-09.00 WIB dan pulang saat malam. Hal serupa dilakukan istrinya.

Berbeda dengan tetangga lainnya, Fahrizal (28) yang sempat bertegur sapa beberapa saat sebelum kejadian di Mapolresta Medan.

"Mari, pergi dulu, mau berangkat kerja," sebut Fahrizal menirukan ucapan bomber yang saat itu mengendarai sepeda motor dan mengenakan jaket ojek online.

Fahrizal mengaku melihat Dedek memanggul ransel hitam dibahunya.

"Saya lihat memang ada yang menonjol, seakan hendak keluar dari ranselnya. Tapi tidak tahu itu apa," tukasnya. 

Seorang tetangga lainnya, Ayu Ningsih (40) mengaku mendengar alasan kepindahan pasutr itu ke Jalan Nangka Medan.

"Mereka bilang terpaksa pindah kontrakan karena rumah yang lama sudah dijual pemiliknya," sebutnya.

Kesaksian juga diberikan sepupu Dedek, Maya yang bermukim di Jalan Jangka Gang Tentram Medan. Menurutnya, Dedek tergolong taat beribadah dan sempat aktif dalam organisasi remaja Masjid di kawasan Jalan Jangka Medan, sebelum menikah.

"Orang tua Dedek sudah lama meninggal dunia. Setelah menikah sekitar tiga tahun lalu, Dedek tidak lagi tinggal di Jalan Jangka Gang Tentram. Saya pikir, Dedek tinggal bersama dengan mertuanya di kawasan Marelan, Medan. Ternyata, dia ngontrak rumah dan berpindah-pindah," paparnya. 

Ternyata, mertua Dedek, Andi Syahputra, juga baru berpindah rumah ke Lingkungan 17 Pasar II Barat Kecamatan Marelan, hanya berjarak beberapa kilometer dari rumah mereka yang lama. Hal itu disampaikan tetangganya, Nining (33).

"Di kampung ini, mertuanya menjual sarapan pagi dan dikenal baik serta mau bersosialisasi dengan masyarakat," katanya.

Namun, sejumlah perubahan justru dialami anaknya, Dewi. Setelah menikah, kata Nining, Dewi mengenakan cadar.

"Dewi jarang berkunjung ke rumah orangtuanya. Kalau pun datang, tidak pernah menginap," tegasnya.

Sementara, Waka POlda Sumut, Brigjen Pol Mardiaz Khusin Dwihanto menyatakan, Dedek baru enam bulan terpapar gerakan radikal setelah mengikuti kelompok pengajian di sejumlah tempat.

"Itu dari keterangan istrinya, Dewi saat diperiksa," ujar Brigjen Mardiaz Khusin.

Pihaknya masih melakukan penyelidikan dan pengembangan untuk mengungkap kasus ini dengan memburu kelompok ppengajian dimaksud.

"Saat ini, sejumlah barang bukti dari penggeledahan di beberapa tempat sudah diamankan, yakni materia bom, panah, pipa besi, kertas fotokopi berisi seruan kilafah dan lainnya serta dua butir peluru kaliber 22," tandasnya. Yohana
Komentar

Berita Terkini