|

Pemkab Tanah Karo segera Bangun Agro Wisata

Wagubsu, Musa Rajekshah bersama sejumlah OPD di jajaran Setda Provsu dan perwakilan sejumlah kabupaten di  Sumut meninjau  Agro Wisata Taman Suruh di Desa Wonosari Kabupaten Banyuwangi, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Banyuwangi- Wakil Bupati Tanah Karo, Cory Sriwaty Sebayang bertekat segera membangun Agro Wisata yang dikelola pihak pemerintah daerah. Hal itu menyahuti keinginan Wakil Gubsu Musa Rajekshah yang terpesona dengan keindahan Agro Wisata Taman Suruh di Desa Wonosari, Glagah, Banyuwangi, beberapa waktu lalu.

"Di Tanah Karo, agro wisata seperti ini sudah biasa. Tapi memang belum ada yang dikelola pihak Pemkab Tanah Karo," ujarnya yang turut dalam rombongan Wagubsu.

Diakuinya, peran Pemkab Banyuwangi dalam membangun agrowisata sangat layak diapresiasi.

"Ini bisa dijadikan contoh karena potensi Kabupaten Tanah Karo sangat luar biasa, bahkan melebihi Banyuwangi karena Tanah Karo berada di dataran tinggi," paparnya.

Ia mengklaim, minimal enam bulan mendatang, pembangunan agrowisata di Tanah Karo telah dimulai.

Sebelumnya, Wagubsu Musa Rajekshah mengagumi keindahan Agrowisata Taman Suruh, Banyuwangi. Jajaran bunga berwarna-warni seakan menyambut kehadiran para pengunjung. 

"Ini sangat cocok dibuat di Tanah Karo karena iklimnya mendukung," tegasnya sembari melirik Wakil Bupati Tanah Karo, Cory Sebayang yang berada disisinya.

Menurut Sekretaris Dinas Pertanian Banyuwangi, Dewa Made Wicaksana, Agro Wisata Taman Suruh ini merupakan kelanjutan dari Agro Expo 2019 Banyuwangi.

"Agro Expo 2019 yang dilaksanakan pada bulan Mei 2019 ini menjadi cikal bakal adanya Agro Wisata Taman Suruh. Kegiatan ini dimulai pada Mei 2019 lalu, pada waktu itu namanya adalah Agro Expo 2019, hanya dilaksanakan selama dua minggu," tuturnya.

Setelah acara berakhir, pihak Dinas Pertanian Pemkab Banyuwangi tetap mengelola lokasi ini dan berganti nama menjadi Argo Wisata Taman Suruh. Mengenai masalah tiket masuk, kata Dewa Made, pihaknya bekerja sama dengan Badan Pengelolaan Pajak dan Retribusi Daerah (BP2RD).

"Sekarang setiap warga yang memasuki Agro Wisata Taman Suruh dikenakan biaya tiket sebesar Rp10.000, sehingga menghasilkan PAD (Pendapatan Asli Daerah, red),” sebutnya.

Kendati demikian, Dewa Made mengakui, tidak mudah untuk mewujudkan Agro Wisata Taman Suruh. Setidaknya, dibutuhkan waktu hingga empat bulan untuk mempersiapkan proses budidaya tanaman yang melibatkan berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait. Khusus Dinas Pertanian, ditugaskan membuat rancangan pola seluruh tanaman mulai tanaman bunga, tanaman pangan, tanaman perkebunan dan lainnya. Hal itu dilakukan sebelum kawasan itu dibuka pada Mei 2019 sebagai Agro Expo 2019. Hasilnya, Wisata Taman Suruh ini berisi berbagai tanaman mulai dari tanaman pangan, hortikultura hingga peternakan.

“Di sini ada tanaman seperti padi, jagung dan kedelai. Untuk tanaman perkebunan ada kopi kakao dan komoditas lainnya dan hortikultura ada jeruk, mangga, bunga- bungaan, juga dari peternakan ada kambing dan sapi,” urainya. Hendra

Komentar

Berita Terkini