|

Sumut Sukses Minimalisir Stunting 2024

Wapres Ma'ruf Amin menyerahkan piagam penghargaan kepada Pj Gubsu Agus Fatoni dalam Rakornas Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Sahid Jaya Jakarta, Rabu (04/09/2024). Foto Ist
Jakarta – Dinilai sukses meminimalisir angka prevalensi stunting di tahun 2024, Provinsi Sumatera Utara diganjar penghargaan dari pemerintah. Wakil Presiden Ma'ruf Amin menyerahkan langsung penghargaan Kinerja Tahun Berjalan Kategori Penurunan Stunting tingkat Provinsi Tahun 2024 kepada Pj Gubsu Agus Fatoni dalam Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Percepatan Penurunan Stunting di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, Rabu (04/09/2024).

Tidak hanya itu, penghargaan Insentif Fiskal senilai Rp775 miliar juga diterima Sumut untuk Kategori Kesejahteraan Masyarakat menurut Provinsi/Kabupaten/Kota. Menurut Pj Gubsu, penghargaan Insentif Fiskal diberikan pihak Kementerian Keuangan karena Sumut dinilai mampu mengendalikan inflasi.

“Penghargaan ini merupakan bentuk komitmen bersama dan hasil kerja keras seluruh stakeholder untuk menekan angka prevalensi stunting,” ujarnya usai menerima penghargaan. 

Ia mengklaim, Sumut terus melakukan intervensi untuk meminimalisir prevalensi stunting, baik secara spesifik maupun sensitif agar turun hingga berkisar 14%. Pada tahun 2022, kata Fatoni, angka prevalensi stunting Sumut sebesar 21,1% dan berhasil turun menjadi 18,9% di tahun 2023.

Saat ini, lanjutnya, progres intervensi spesifik yang dilakukan Provinsi Sumut berdasarkan dari indikator pada Triwulan II telah terlihat, yaitu skrining anemia pada remaja putri kelas 7 dan 10 terealisasi mencapai 37,8 dari target 90. Kemudian, indikator konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri target 58 pada Triwulan II mencapai 27,9.

Begitu juga indikator pemeriksaan kehamilan (ANC) sebanyak 6 kali dari target 100, terealisasi 72,3 dan indikator pemberian makanan tambahan bagi Ibu Hamil Kurang Energi Kronis ditargetkan 90, terealisasi 69,6. Hal serupa juga terjadi pada indikator pemantauan pertumbuhan balita yang ditargetkan 90, terealisasi 74,8, indikator ASI eksklusif dari target 80 terealisasi 56,3 serta indikator MPASI kaya protein hewani bagi bayi dua tahun (baduta) dari target 80, terealisasi 92,4.

Selain itu,, indikator balita gizi kurang mendapatkan tambahan asupan gizi dari target 90 terealisasi 74,7, indikator balita gizi buruk yang mendapat pelayanan tata laksana gizi buruk target 90 terealisasi 82,1 dan indikator balita memperoleh imunisasi dasar lengkap dari target 90 terealisasi 70,40. Terakhir, indikator Desa Bebasa dari Buang Air Besar Sembarangan (BABS) ditargetkan dari 90 telah terealisasi 45.

Fatoni menambahkan, data Stunting Provinsi Sumut Juni-Agustus 2024 dengan sumber data dari e-ppgbm (elektronik pencatatan pelaporan gizi berbasis masyarakat) mencatat berdasarkan penimbangan pengukuran bulan Juni jumlah Balita sebanyak 982.317, stunting 23.788 atau 2,42%. Kemudian, pada bulan Juli jumlah Balita 792.664, stunting 21.685 atau 2,73 persen dan pada penimbangan pengukuran bulan Agustus jumlah balita 681.377, stunting 20.924 atau 3,07%.

“Pihak Dinas Kesehatan Sumatera Utara telah melakukan sejumlah upaya percepatan penurunan stunting, diantaranya pengadaan Tablet Tambah Darah (TTD) untuk remaja putri dan ibu hamil, pengadaan vitamin A, pengadaan Mineral Mix, surveilans dan tata laksana percepatan perbaikan gizi,” sebutnya.

Lebih lanjut dikatakan, Dinas Kesehatan Sumut juga melakukan pendampingan kesehatan usia produktif dan calon pengantin, pengadaan makanan pendamping ASI, pengadaan Susu Tinggi Protein untuk ibu hamil, replikasi Momentum Private Healthcare Delivery (MPHD) di Rumah Sakit untuk penanganan kegawatdaruratan ibu hamil/bersalin dan upaya lainnya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyatakan prevalensi stunting atau gangguan pertumbuhan pada anak turun selama lima tahun terakhir, yaitu pada tahun 2018 tercatat sebesar 30,18% menjadi 21,5% pada tahun 2023. Prevalensi stunting sendiri kerap digunakan untuk menggambarkan jumlah kasus stunting yang ada di suatu daerah berdasarkan data yang telah dihimpun.

“Selama pelaksanaan program percepatan penurunan stunting lima tahun terakhir, begitu banyak kemajuan yang sudah tercatatkan. Artinya dalam 5 tahun kita bisa menurunkan prevalensi stunting sebesar 9,3% atau rata-rata, 1,85% per tahunnya,” kata Wakil Presiden.

Wakil Presiden pun mengklaim penurunan ini 1,5 kali lebih cepat jika dibandingkan dengan periode 2013-2018. Oleh sebab itu, dirinya mengapresiasi seluruh pihak yang ikut berpartisipasi dalam program percepatan penurunan stunting secara nasional tersebut.

“Kita patut berbangga bahwa semua pencapaian ini adalah buah dari kerja keras kerja cerdas dan kerja kolaboratif kita semua,” tandasnya. Van

 


Komentar

Berita Terkini