|

Purnabakti itu Bernama Lusyantini

Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali, memberikan cenderamata kepada Hj Lusyantini, di hari terakhirnya bekerja, Rabu (31/07/2024) petang. Foto Ist

Dedikasinya sebagai abdi negara di Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumut telah berakhir. Namun, beragam kebaikannya akan tetap tersimpan di benak orang yang mengenalnya. 

Suasana haru menyelimuti kantor Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Ketapang TPH) Sumatera Utara, Rabu (31/07/2024) sore. Puluhan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang bertugas di institusi tersebut tampak berbaris rapi di lobi depan. Menariknya, nyaris tanpa suara. Padahal, biasanya, beragam suara celotehan para penghuni kantor kerap menggema saat jam kerja berakhir.

Tanpa dikomando, mayoritas tatapan mata mengarah ke lorong yang menjadi ruang kerja Sekretaris Dinas dan Kepala Dinas. Seakan ada yang dinanti. 

Tidak berselang lama, muncul Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut, H Rajali, jalan berdampingan dengan Sekretaris Dinas, Hj Lusyantini, diikuti sejumlah para pejabat eselon III dan IV.

Keheningan sontak berubah menjadi haru saat langkah kaki rombongan tersebut tiba di lobi. Isak tangis menggema seiring peluk-cium terjadi antara Sekretaris Dinas dan para ASN perempuan. Bulir air mata dari kelopak mata para ASN perempuan itu terlihat menetes di pipi hingga Hj Lusyantini meninggalkan lobi tersebut.

Ternyata, sore itu merupakan hari terakhir Hj Lusyantini, beserta dua staf Fungsional lainnya, yakni Ratna Gultom dan Sri Ulina Sitepu, bekerja. Terhitung mulai tanggal 1 Agustus 2024, ketiganya resmi menyandang status Purnabakti.

“Beliau tidak sekadar rekan kerja, tapi juga figur yang bisa membimbing serta meneduhkan melalui sikap dan perbuatannya selama ini,” ungkap Kepala Bidang Hortikultura, Lambok Turnip, mengomentari antusiasme para ASN Dinas Ketapang TPH Sumut melepaskan Hj Lusyantini di hari terakhirnya bekerja.

Hal senada dikemukakan Kepala UPTD Perlindungan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Pengawasan Mutu Keamanan Pangan (UPTD PTPH dan PMKP), H Marino.

“Ibu Lusyantini merupakan gambaran ideal seorang birokrat yang cerdas sekaligus memiliki empati terhadap orang lain dan lingkungannya,” sebutnya.

Tidak jauh berbeda dengan yang dirasakan Kepala Bidang Sarana Prasarana, Heru Suwondo.

“Ibu Lusyantini enak dijadikan kawan berdiskusi dan meminta saran karena bahasa yang disampaikannya terkesan tidak menggurui,” sebut Heru.

Kesan mendalam terhadap sosok wanita kelahiran 5 Juli 1966 itu memang bukan tanpa alasan. Terlahir dari keluarga berdarah militer, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara telah mengantarkannya berkecimpung di dunia pertanian. Sekira tahun 1990, ia menjadi tenaga honorer di Sub Dinas ( sekarang disebut Bidang, red) Produksi. Status ASN disandangnya pada tahun 1993. Sejak itu, sejumlah jabatan strategis mulai diamanahkan padanya. 

Berdasarkan catatan, jabatan sebagai Kasubbag Program Dinas Ketapang TPH Sumut diembannya hingga belasan tahun. Ia juga sempat menjadi salah satu Kepala Seksi di Bidang Sarana Prasarana, sebelum dipromosikan sebagai Kepala Bidang Ketersediaan Pangan Dinas Ketapang dan Peternakan Sumut sekira delapan bulan.  

Lusyantini kemudian kembali ke Dinas Ketapang TPH Sumut sebagai Sekretaris Dinas. Bahkan, ibu dari seorang putra hasil pernikahannya dengan H Karyono ini sempat diberi amanah selama beberapa bulan menjadi Pelaksana Tetap (Plt) Kepala Dinas Ketapang TPH Sumut. 

Kendati demikian, pribadinya tidak pernah berubah. Jiwa sosialnya justru semakin terasah seiring peningkatan karirnya. Kepeduliannya terhadap orang lain menginspirasi banyak pihak untuk mengikuti jejaknya berbuat baik.

Simak kesaksian dari Kasubbag Umum, Syarifuddin Siregar, yang notabene merupakan salah satu stafnya di Bidang Sekretariatan, saat acara perpisahan di kawasan Avros Medan, beberapa waktu lalu.

“Saya sering bilang sama kawan-kawan, Ibu Lusyantini ini mungkin gemetar badannya kalau dalam seminggu tidak membantu orang lain,” sebutnya.

Mengenai hal itu, dalam suatu kesempatan, Lusyantini pernah mengungkapkan sebaris kata menarik saat ditanya tipsnya dalam bekerja.

“Selalu bekerja dengan sepenuh hati dan saat menjadi pemimpin, jangan memukul tapi upayakan merangkul,” ujarnya.

Namun, beragam pujian tersebut tidak membuatnya terbuai dan ‘besar kepala'. Lusyantini justru menolak untuk mengurus perubahan statusnya, dari struktural ke fungsional, yang disarankan sejumlah koleganya beberapa tahun silam, agar masa kerjanya bertambah dua tahun, dari jabatan strukturalnya yang harus berakhir di usia 58 tahun.

“Sudah cukup masa kerja saya selama 34 tahun saat pensiun di usia 58 tahun nanti dan menikmati hari tua dengan bermain bersama cucu sekaligus melanjutkan hobi mengurus tanaman hias,” tukasnya kala itu.

Tak bisa dipungkiri, tanggal 1 Agustus 2024, memang tidak ada lagi sosok Hj Lusyantini terlihat di kantor Dinas Ketapang TPH Sumut. Tapi, kebaikannya akan tetap tersimpan di benak mayoritas para ASN, tenaga honorer dan pihak-pihak yang mengenalnya. Fey

Komentar

Berita Terkini