|

Kol Sumut masih Jadi Primadona

Tumpukan kol siap ekspor, beberapa waktu lalu. Foto Ist

Belawan- Komoditas kol yang dihasilkan para petani di wilayah Sumatera Utara masih menjadi primadona, baik di pasar antar provinsi maupun ekspor. 

Berdasarkan data pada sistem perkarantinaan, IQFAST, pengiriman kol melalui Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Belawan Kementerian Pertanian mengalami peningkatan sejak tahun 2019. Menurut Kepala BBKP Belawan, Andi Yusmanto, pada tahun 2019, ekspor kol berkisar 790 kali, setara dengan 19,7 ribu ton dan tahun 2020 mencapai 842 kali sebanyak 20,5 ribu ton.

"Peningkatan arus lalu lintas ini patut kita apresiasi, karena selain produktivitasnya meningkat kualitas serta keamanannya juga terjaga," sebutnya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/06/2021).

Selain melakukan pengawasan, pihaknya juga memberikan bimbingan teknis, khususnya saat komoditas asal sub sektor hortikultura itu akan diekspor. Dikemukakannya, komoditas kol banyak dihasilkan petani di Kabupaten Karo, Dairi, Simalungun, Toba Samosir, Tapanuli Utara dan Humbang Hasundutan. Mmeiliki karakteristik tahan suhu sehingga lebih awet, kol asal Sumut rutin diekspor ke Malaysia, Singapura dan Taiwan. Khusus pasar dalam negeri, kata Andi, kol asal Sumut dikirim Jakarta, Surabaya, Pontianak, Ambon hingga Papua. 

"Kami pastikan seluruh persyaratan teknis negara tujuan dapat terpenuhi sehingga komoditas ini dapat diterima di negara tujuan," ujar Yusmanto lantas menambahkan, total layanan sertifikasi karantina untuk komoditas kol selama Juni 2021 sebanyak 59 kali, dengan total volume 1.625 ton senilai Rp4,15 miliar. 

Secara terpisah, Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan), Bambang, mengapresiasi kinerja tersebut. Ia mengaku, tugas Barantan tidak hanya melakukan pengawasan keamanan pangan dan pengendalian mutu pangan dan pakan pertanian, tapi juga mengawal kinerja ekspor. Selain melakukan percepatan layanan, pihakny juga memberikan pendampingan. 

"Ini sejalan dengan kebijakan strategis Menteri Pertanian, Bapak Syahrul Yasin Limpo melalui program Gerakan tiga kali ekspors," paparnya. 

Sesuai rilis data Badan Pusat Statistik (BPS), kata Bambang, nilai ekspor hasil pertanian selama Januari-Mei 2021 mengalami kenaikan tinggi, yakni sebesar 13,39%. Kenaikan terjadi karena subsektor tanaman obat, sarang burung walet dan produk olahan lainya seperti rempah dan kopi yang mengalami kenaikan permintaan. 

Mencermati hal tersebut, pihaknya menilai performa ekspor pertanian di semua subsektor sangat mengembirakan. Diharapkan, performa ini dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan di masa mendatang.

"Pelaku usaha pertanian tidak perlu ragu, kami siapkan layanan 'jemput bola' untuk ekspor agar produk pertanian kita dapat lebih bersaing di pasar ekspor," tuturnya. Fey

Komentar

Berita Terkini