|

Dinas TPH Provsu Kendalikan Kresek dan Blas

Sejumlah petani melakukan Gerakan Pengendalian bertajuk SPOT STOP untuk menggusur penyakit Kresek dan blas pada pertanaman padi, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Medan- Meski dalam kondisi pandemi Corona virus disease (Covid) 19, pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara (Provsu) tetap berupaya mengawal pertanaman padi petani. Kali ini, penyakit Blight Leaf Bacterial (BLB) kerap disebut Kresek dan blas (rice blast) digusur melalui Gerakan Pengendalian, beberapa waktu lalu.

Menurut Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Dinas TPH Provsu, Marino San SP MM, Gerakan Pengendalian dilakukan di dua wilayah kabupaten, yakni Kelompok Tani Jadi dan Sahata Desa Nauli Kecamatan Sigumpar Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) serta kelompok tani Saur Dot Desa Nalela Kecamatan Porsea, Kabupaten Toba.

"Kresek dan Blas merupakan beberapa penyakit utama padi sawah dan menjadi momok bagi petani dunia, sehingga harus segera kita kendalikan," ungkapnya di ruang kerja kawasan Jalan AH Nasution Medan, Selasa (21/04/2020).

Ia mengemukakan, Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) seperti Kresek disebabkan patogen bakteri Xanthomonas Oryzae pv. Oryzae (Xoo) bisa menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka atau pun lubang alami seperti stomata, sehingga merusak klorofil (zat hijau) daun. Dampaknya, kemampuan tanaman melakukan fotosintesis akan berkurang.

"Kalau hal itu terjadi pada tanaman muda, maka akan mati. Sementara bila dialami tanaman di fase generatif, pengisian gabah menjadi tidak sempurna sehingga dikhawatirkan gabah menjadi hampa," paparnya.

Marino mengklaim, tanaman padi yang telah terserang Kresek bisa diamati dari tepi daun yang berubah warna menjadi keabu-abuan dan akhirnya mengering. Bila dibiarkan, lanjutnya, para petani bakal kehilangan potensi produksi berkisar 50-70%.

Menurutnya, kerugian juga akan dialami petani bila tanaman padi terserang penyakit Blas yang disebabkan jamur Pyricularia grisea. Di fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, jamur tersebut menginfeksi bagian daun, sehingga muncul bercak coklat berbentuk belah ketupat sebagai gejala tanaman terserang Blas. Begitu juga pada fase pertumbuhan generatif, jamur Pyricularia grisea akan menyerang tangkai/leher malai tanaman, sehingga akan menurunkan hasil produksi padi.

"Kalau leher malai tanaman sudah terserang dan akan patah atau pun membusuk, maka proses pengisian malai akan terganggu, sehingga banyak bulir padi menjadi hampa," sebut Marino lantas menyatakan, para petani di sejumlah daerah di Indonesia kerap menyebut penyakit yang menyerang tangkai/leher malai dengan istilah 'Cekik leher'.

Ironisnya, gangguan penyakit blas leher di daerah endemis sering menyebabkan tanaman padi menjadi puso. Marino mengakui, infeksi penyakit blas leher dan Kresek dapat mencapai bagian gabah dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).

"Sangat disarankan perendaman benih (seed treatment, red) dengan bakterisida/fungisida sebelum disemaikan," ujarnya.

Ditambahkannya, Gerakan Pengendalian penyakit Kresek dan Blas di wilayah Kabupaten Tobasa itu melibatkan anggota kelompok tani Jadi dan Sahata bertajuk 'Gerakan SPOT STOP. Maksudnya, kata Marino, SPOT merupakan sumber serangan dan STOP berarti dikendalikan. Dengan kata lain, Gerakan SPOT STOP merupakan tindakan yang dilakukan secara dini untuk mengendalikan sumber serangan OPT agar tidak menyebar dan menimbulkan kerusakan.

"Gerakan SPOT STOP dilakukan petugas POPT-PHP (Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan-Pengamat Hama Pertanian, Red) bersama anggota kelompok tani Jadi dan Sahata  dalam upaya mengamankan produksi padi," sebutnya.

Secara terpisah, Koordinator POPT-PHP Tobasa, Jasminto Siahaan, menjelaskan, 'Gerakan SPOT STOP' dilakukan pada tanaman padi fase vegetatif di areal seluas 35 hektar (ha) sebagai respon cepat sebelum menyebarnya serangan Kresek dan Blas ke fase generatif. Hal itu berdasarkan hasil pengamatan petugas POPT-PHP pada pertanaman padi sawah varietas lokal usia 40-60 hari setelah tanam di areal yang terserang seluas 30 hektar (ha) dan luas waspada berkisar 85 ha.

"Kita gunakan bahan pengendalian bantuan dari Dinas Pertanian Toba Samosir berupa Topsin 500 SC sebanyak 30 liter dan 20 liter Kuproxat 345 SC bantuan dari UPT PTPH Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara," urainya melalui sambungan telepon seluler.

Jasminto berjanji untuk melakukan pengamatan lanjutan bersama petugas lapang setelah pengaplikasian pengendalian. Apalagi, para petani berencana melakukan gerakan pengendalian secara swadaya pada waktu dekat sebagai tindak lanjutnya.

Kepala Dinas TPH Provsu, Ir H Dahler Lubis MMA menyambut positif rencana para petani untuk melakukan gerakan pengendalian secara swadaya. Pasalnya, upaya yang dilakukan selama ini sebatas mengajarkan kepada para petani bagaimana cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman secara massal dan serentak agar bisa dilakukan saat para petani menghadapi masalah serupa, tanpa bergantung kepada pihak lain.

"Rencana para petani melakukan gerakan pengendalian secara swadaya patut kita acungkan jempol. Ini salah satu indikasi keberhasilan dalam memberikan stimulan gerakan pengendalian kepada para petani," tegasnya.

Pada kesempatan itu, Dahler mengingatkan para petani untuk selalu mengamati pertumbuhan tanaman padinya, karena penyakit Kresek dan Blas berpotensi menyerang semua fase pertumbuhan, baik sejak persemaian hingga menjelang panen.

"Perkembangan penyakit Kresek dan Blas sangat dipengaruhi faktor lingkungan, terutama pada kelembaban tinggi, sehingga biasanya muncul saat musim hujan," tukasnya.

Dahler juga menyarankan para petani untuk tidak berlebihan menggunakan pupuk Nitrogen pada tanaman padi, selain tetap memanfaatkan pupuk Kalium. Penggunaan pupuk Nitrogen secara berlebihan tanpa diimbangi pupuk Kalium justru mengakibatkan tanaman padi menjadi lebih rentan terhadap serangan Kresek dan Blas.

"Para petani harus lebih cermat menggunakan pupuk untuk kebutuhan tanamannya agar terhindar dari serangan hama dan penyakit," sebut Dahler.
 
Pihaknya juga mengapresiasi para petugas POPT-PHP yang telah bertugas secara maksimal dalam upaya mengawal pertanaman padi di wilayah Sumut.

"Terima kasih kepada para petugas POPT-PHP yang tetap melakukan pengawalan terhadap pertanaman padi di Sumatera Utara, meski daerah ini berada dalam kondisi pandemi Covid-19," tandasnya. Fey


Komentar

Berita Terkini