|

Melirik Koleksi Biofarmaka di UPT Asam Kumbang Medan

UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut di kawasan Jalan Batalyon Kavaleri IV, Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang. Foto Fey 

Medan- Popularitas tanaman Biofarmaka atau tanaman obat turut mendongkrak keberadaan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka di kawasan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang, Kota Medan. 

“UPT Asam Kumbang sedang melengkapi koleksi pertanamannya untuk bisa dijadikan lokasi agrowisata sekaligus edukasi serta referensi tanaman obat di Kota Medan,” papar Plh Kepala Seksi Biofarmaka, Hendrik Miraza, saat disambangi di ruang kerjanya, Jalan Batalyon Kavaleri VI No 2 Medan, Selasa (20/09/2022) siang.

Dikemukakannya, sebanyak 10 varian biofarmaka ikut andil dalam 'mewarnai' areal seluas 9,8 hektar yang dikelola salah satu UPT di jajaran Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Sumut ini. Pada triwulan I Tahun Anggaran 2022, pihaknya menanam Temulawak di areal seluas 2.800 meter persegi, disusul Jahe dan Kunyit, masing-masing di lahan 2.000 meter persegi, Kencur, Serai Hijau dan Temu Kunci, masing-masing seluas 400 meter persegi, serta Laos ataupun Lengkuas di areal 200 meter persegi.

"Untuk Rimpang, Sambiloto dan Lidah Buaya, sebagai bagian dari 10 varietas Biofarmaka di UPT Tanaman Hias dan Biofarmaka Asam Kumbang, kita belum menanamnya di Triwulan I tahun 2022," paparnya.

Pada Triwulan II Tahun Anggara 2022, kata Hendrik, luas tanam Jahe ditambah 300 meter persegi menjadi 2.300 meter persegi. Penambahan areal pertanaman juga terjadi pada Kunyit dengan luas 1.600 meter persegi menjadi 3.600 meter persegi, Temu Lawak 2.000 meter persegi menjadi 4.800 meter persegi, Serai Hijau 500 meter persegi menjadi 900 meter persegi, serta Laos atau Lengkuas 400 meter persegi menjadi 600 meter persegi.

"Di Triwulan II, kita menanam Lidah Buaya di areal seluas 200 meter persegi," tukasnya. 

Kepala UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka Dinas TPH Sumut, Ahmad Fauzan, memperhatikan Plh Kepala Seksi Biofarmaka, Hendrik Miraza, melakukan perawatan tanaman Lidah Buaya di bagian samping bangunan kantor, Selasa (20/09/2022). Foto Fey 

Berdasarkan pengamatan, areal UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka ini sangat layak dijadikan kawasan agrowisata. Lihat saja, pihak pengelola tergolong apik menata areal tersebut. Saat memasuki kawasan itu, tatapan mata langsung disambut dengan bangunan kantor nan megah di tengah lahan seluas 9,8 ha tersebut. Di sisi kiri halaman depan, terhampar beragam tanaman biofarmaka dilengkapi papan nama jenis tanaman, berikut deretan screen house, berisi tanaman anggrek, tanaman aglonema dan screen house untuk pembibitan tanaman biofarmaka dan tanaman hias.

Begitu juga di bagian belakang bangunan kantor, terdapat hamparan tanaman jahe dan kunyit putih. Sementara di sisi kanan, tampak tanaman Lidah Buaya dan tanaman hias yang ditata sedemikian apik. Sesuai nama institusinya, beragam tanaman biofarmaka dan tanaman hias juga membaluri hampir seluruh areal. Tanaman labu madu dengan bentuk buah tergolong eksotis di bagian belakang bangunan kantor kian mempercantik tampilan areal UPT ini.

“Ini salah satu upaya kita untuk menjadikan UPT Tanaman Hias dan Biofarmaka menjadi pusat referensi biofarmaka di Sumatera Utara, sekaligus sebagai lokasi agrowisata dan taman edukasi serta arena pembelajaran bagi masyarakat,” sebut Kepala UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka, Ahmad Fauzan, yang ditemui di ruang kerjanya. 

Pihaknya terus berupaya melengkapi koleksi tanaman biofarmaka dengan menyesuaikan anggaran yang ada. Sementara, Kepala Sub Tata Usaha UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka, Maulida Lubis, menjelaskan, UPT Asam Kumbang memiliki sejumlah fungsi, yakni penyusunan Standar Operasional Prosedur perbanyakan dan pengembangan perbenihan tanaman hias dan biofarmaka sesuai ketentuan yang berlaku. 

Selain itu juga melaksanakan produksi dan pemurnian varietas unggul benih/bibit tanaman hias dan biofarmaka.

“UPT Asam Kumbang menjadi tempat studi pelatihan dan arena pertemuan petugas ahli perbenihan serta aktif membina penangkar benih/bibit tanaman hias dan biofarmaka,” tutur Maulida Lubis lantas menambahkan, pihaknya membuka peluang kerja sama dengan pihak lain, baik pemerintah atau pun swasta dalam pengembangan produksi benih tanaman hias dan biofarmaka serta pemanfaatan hasil olahan tanaman biofarmaka.

Secara terpisah, Plt Kepala Dinas TPH Sumut, Hj Lusyantini, menyatakan, tanaman biofarmaka termasuk komoditas unggulan provinsi ini, utamanya Jahe, Kunyit dan Dlingo. Berbeda dengan Kencur yang justru menjadi komoditas berdaya-saing tinggi. 

"Ada sebanyak 13 komoditas biofarmaka yang ditanam petani di Sumatera Utara, yakni, Jahe, Laos atau Lengkuas, Kencur, Kunyit, Lempuyang, Temulawak, Temuireng, Temukunci, Dlingo, Kapulaga, Mengkudu atau Pace, Sambiloto dan Lidah Buaya," paparnya.

Kepala UPT Benih Induk Tanaman Hias dan Biofarmaka, Ahmad Fauzan (tengah), didampingi Kepala Seksi Tanaman Hias, Syahrin Hidayat (kanan) dan Plh Kepala Seksi Biofarmaka, Hendrik Miraza (kiri) memperlihatkan produk olahan tanaman biofarmaka yang siap dikonsumsi, hasil kreasi pengelola UPT tersebut, beberapa waktu lalu. Foto Fey 

Ia menyebutkan, prioritas pengembangan komoditas unggulan biofarmaka di Sumut berdasarkan karakteristik wilayah dan potensi lahan masing-masing daerah sentra. 

"Pengembangan komoditas jahe dan kunyit diprioritaskan ke Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Toba, Dlingo di Kabupaten Langkat serta Kencur di Kabupaten Simalungun dan Kota Medan," urainya.

Lusyantini mengakui, kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi biofarmaka dalam mencegah atau pun penyembuhan penyakit semakin meningkat, sehingga peluang usaha melalui pertanamannya masih sangat menjanjikan.   

"Sebagai institusi benih induk tanaman hias dan biofarmaka, UPT Asam Kumbang terus berupaya melengkapi koleksi tanaman biofarmaka," tegasnya.

Lusyantini menjelaskan, saat ini Indonesia telah memiliki 23 produk fitofarmaka yang berasal dari bahan alam baik tumbuhan maupun hewan. 

"Fitofarmaka merupakan obat tradisional yang telah memiliki bukti ilmiah melalui proses uji klinik," tandasnya. Fey

Komentar

Berita Terkini