|

Tingkatkan Kerukunan Umat Beragama di Siantar!

Ikon Kota Pematangsiantar, becak motor jenis BSA. Foto Net

Siantar- Introspeksi menjadi jalan satu-satunya alasan Kota Siantar terdepak dari daftar 10 besar Kota Toleran di Indonesia tahun 2020 versi pihak Setara Institute. Meningkatkan kerukunan di antara sesama warga menjadi suatu keharusan.

"Sebenarnya, tingkat kerukunan di Kota Siantar bukan turun, tapi kota lainnya di Indonesia yang mengalami kenaikan, karena angka kita tetap. Kota lain tetap berpacu, kita justru lengah," papar Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Siantar, H Ali Lubis, Senin (01/03/2021).

Ia mengaku sangat mendukung toleransi antar umat beragama di Kota Siantar untuk semakin ditingkatkan.  

"Jangan pernah kita di Siantar ini, mengusik kepercayaan orang lain. Itu sangat berbahaya, membuat cepat tersinggung," sebutnya. 

Hal senada dikemukakan Rektor Universitas Simalungun, Dr Corry Purba MSi. Ia sependapat, rasa saling menghargai satu sama lain harus semakin ditingkatkan. Dikemukakannya, Tuhan menciptakan perbedaan, bukan untuk dipersoalkan, tapi agar bisa saling memahami perbedaan itu. 

"Berbeda suku,agama, ras dan golongan, agama harusnya bisa saling melengkapi, seperti bunga di taman yang memberi keindahan karena warna-warni ya," sebutnya.

Corry menyatakan, esensi manusia tidak bisa hidup sendiri, sehingga harus bersosialisasi dengan semua warna dan perbedaan itu. 

"Intinya mari saling menghargai saja," tegasnya melalui pesan WhatsApp.

Menurutnya, Kota Pematangsiantar memiliki 11 etnis yang berbeda kultur dan agama, sehingga kerukunan menjadi hal sangat penting untuk tetap dirawat.

"Mari saling menghargai semua perbedaan kita itu," ujarnya. 

Seperti diberitakan sebelumnya, hasil riset Setara Institute, Kota Pematangsiantar di tahun 2020 tidak terdaftar dalam 10 besar 'Kota Paling Toleran di Indonesia'. Padahal, beberapa tahun silam, Siantar berada di posisi tiga besar. Elis

Komentar

Berita Terkini