|

Amankan Produksi Pangan, Dinas TPH Provsu Antisipasi Kemarau

Kadis TPH Provsu, Dahler Lubis (topi putih) mendengarkan penjelasan seorang petani di Kabupaten Batubara, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Medan- Pihak Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura (TPH) Provinsi Sumatera Utara berupaya mengantisipasi musim kemarau dalam mengamankan produksi tanaman pangan di musim tanam II dan III tahun 2020.

"Ada beberapa upaya yang kita lakukan untuk mengantisipasi musim kemarau agar produksi pangan tidak terganggu," ujar Kepala Dinas TPH Provsu, Dahler Lubis, melalui telepon selulernya, Rabu (06/05/2020).

Berdasarkan informasi dari pihak Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lanjutnya, awal musim kemarau berlangsung pada Mei 2020 dan puncaknya sekira Juli-Agustus 2020. Untuk itu, pihaknya telah menyebarluaskan informasi prakiraan iklim kemarau tersebut ke seluruh kabupaten/kota di Sumut sebagai bahan pertimbangan para petani dalam melakukan budidaya tanaman sesuai spesifik lokasi.

Selain itu, pihaknya juga melakukan pengamatan dini secara intensif, terutama di daerah rawan kekeringan seperti Kabupaten Langkat, Tanah Karo, Deliserdang, Serdangbedagai, Batubara, Samosir, Toba Samosir, Padang Lawas dan Padang Lawas Utara.

"Sumatera Utara memiliki 15 wilayah zona musim. Meski pihak BMKG memperkirakan awal musim kemarau tahun 2020 berlangsung normal, tapi kita harus tetap mengantisipasinya," papar Dahler.

Pihaknya juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait dan memastikan ketersediaan sumber-sumber air, baik berupa irigasi, sumur, embung, waduk, damparit, longstorage, maupun lainnya, sekaligus memobilisasi pompa ke wilayah-wilayah rawan kekeringan melalui sistem pompanisasi. Tak kalah pentingnya, kata Dahler,  mengoptimalkan Kostratani dan menyosialisasikan ke petani seputar penerapan budidaya hemat air, tumpangsari, tumpangsisip, gilir/rotasi tanam untuk meningkatkan Indek Pertanian, ekstensifikasi wilayah rawa/lebak, pasang surut, lahan kering, tadah hujan serta menyarankan mengikuti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP).

"Asuransi Usaha Tani Padi sangat penting bagi petani untuk menghindari kerugian bila seandainya tanaman pangannya gagal panen," sebutnya. 

Dahler juga menginstruksikan jajaran dibawahnya untuk menyarankan para petani melakukan budidaya tanaman sesuai iklim dan kondisi setempat, antara lain pemilihan varietas benih tahan Organisme Penganggu Tanaman (OPT) untuk wilayah endemis OPT, serta varietas berumur genjah dan toleran kekeringan di wilayah rawan kekeringan.

"Melakukan budidaya tanaman dengan baik, sesuai iklim dan kondisi setempat, antara lain dengan pemilihan varietas tahan OPT untuk wilayah endemis OPT, penggunaan pupuk berimbang, penerapan PHT (Pengendalian Hama Terpadu, red) dan penanganan pasca panen," ujarnya.

Para petani Langkat melakukan gerakan pengendalian ulat grayak frugiperda, beberapa waktu lalu. Foto Ist
Secara terpisah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPT PTPH) Dinas TPH Provsu, Marino, mengaku telah mendapat instruksi dari kepala dinas untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam upaya mengamankan produksi pangan di musim kemarau tahun 2020. Dalam hal prakiraan cuaca, pihaknya telah menyurati seluruh dinas pertanian kabupaten/kota di Sumut melalui surat No: 521.4/UPT.LINDUNG/IV/2020 tertanggal 20 April 2020.

"Isinya seputar prakiraan curah hujan agar para petani mengetahui budidaya tanaman yang digunakan sesuai iklim dan kondisi masing-masing daerah," tukasnya.

Ia mengklaim telah meningkatkan kewaspadaan melalui pengamatan OPT serta menyiapkan dan mendekatkan sarana pengendali OPT, baik hayati maupun kimia, ke wilayah endemis. Selam ini, hama padi seperti tikus, Wereng Batang Coklat, Penggerek Batang, Kresek, dan Blast, masih menjadi momok bagi petani, terutama di Kabupaten Deliserdang, Langkat, Toba Samosir, Batubara, Tanah Karo, Samosir, Sergai, Padang Lawas Utara dan Padang Lawas. Begitu juga para petani jagung di sejumlah kabupaten itu yang masih dihantui serangan ulat grayak frugiperda, ulat grayak litura, tikus dan penggerek batang.

Sementara untuk petani kedelai, Marino menyatakan, masih berkutat pada hama ulat grayak litura, penggerek polong, penggulung daun dan tikus. Kendati demikian, pihaknya  rutin melakukan pengendalian OPT secara pre-emtif, antara lain melalui pengolahan tanah secara sempurna, menggunakan pupuk organik sesuai rekomendasi, optimalisasi penggunaan agens pengendali hayati, memanfaatkan musuh alami melalui penanaman refugia (tanaman hias berbunga, red) sebagai tempat singgah musuh alami, serta penggunaan pestisida nabati (biopestisida).

"Perlakuan benih atau seed treatment dan pengamatan dini secara rutin juga tetap kita lakukan," tegasnya.

Prakiraan iklim dari pihak BMKG. Foto Ist 
Marino mengemukakan, mengoptimalkan kegiatan Penerapan Penanganan Dampak Perubahan Iklim (PPDPI), Penerapan PHT dan Dem Area Budidaya Tanaman Sehat/Penanganan Dampak Perubahan Iklim, menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya mengamankan produksi tanaman pangan pada musim kemarau.

"Kita juga mengintensifkan monitoring, evaluasi dan pelaporan secara rutin dan online terhadap perkembangan luas serangan OPT dan DPI yang terkena kekeringan, serta meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait untuk mengantisipasi kekeringan melalui Asuransi Usaha Tani Padi," urainya. Fey

Komentar

Berita Terkini