|

Salak Madu Deliserdang ke Thailand

Kepala Barantan Kementan, Ir Ali Jamil harahap (kacamata hitam) didampingi Bupati Deliserdang, H Ashari Tambunan dan Direktur CV Sinar Ponti, Dedi Juliardi di Kantor Karantina Pertanian Kualanamu, Deliserdang, Selasa (27/8/2019) pagi. Foto Fey 
Kualanamu- Salak Madu asal Kecamatan Tiga Juhar, Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara (Sumut), akhirnya mampu menembus pasar Thailand. Kegiatan ekspor perdana salak madu tersebut berlangsung di Kantor Karantina Pertanian Medan di Kualanamu, Selasa (27/8/2019) pagi.

"Ekspor salak madu asal Deliserdang ini merupakan yang pertama kali dilakukan dan sangat layak untuk kita apresiasi," ungkap Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Kementerian Pertanian (Kementan), Ir Ali Jamil Harahap MP PhD, saat hadir pada kegiatan itu.

Pihaknya berjanji untuk membantu dari sisi informasi dan pemenuhan phytosanitary produk yang akan diekspor. Ia mengklaim, selama ini ekspor salak telah dilakukan sejumlah provinsi di Indonesia, diantaranya, Yogyakarta, Denpasar dan Semarang.

"Pihak Karantina Pertanian akan memastikan setiap produk pertanian memiliki daya saing dan diterima sesuai persyaratan ekspor," tegas alumni Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) ini. 

Khusus salak, kata Ali Jamil, pihak Karantina Pertanian melakukan sejumlah pemeriksaan, salah satunya terhadap kemungkinan serangan lalat buah (Bactrocera spp) yang menjadi perhatian utama untuk Thailand, sebagai negara tujuan ekspor. Diakuinya, pemeriksaan dilakukan petugas di laboratorium yang telah terakreditasi secara internasional.

"Selaku otoritas karantina, Barantan menjadi penjaminnya," tukasnya.

Ali Jamil menambahkan, layanan pemeriksaan ekspor juga dilakukan dengan sistem jemput bola, yaitu pemeriksaan di tempat pemilik, rumah kemas tujuannya agar meningkatkan efektifitas dan mempercepat arus barang saat di bandara atau pelabuhan. Jika diperlukan, petugas karantina juga dapat memberi pelatihan bagi petani maupun rumah kemas agar produknya terhindar dari Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina (OPTK) sesuai yang dipersyaratkan negara tujuan, sehingga mengurangi 'reject' saat penyortiran.

"Untuk budidaya dan penerapan good farming practice, kita bekerjasama dengan instansi terkait di daerah supaya bersama-sama bisa mengibarkan merah-putih di berbagai negara," sebutnya lantas menyarankan para eksportir menjaga kualitas produk, meningkatkan jumlah eksportasi (kuantitas) dan menjaga kontinuitasnya.

Sebelumnya, Kepala Karantina Pertanian Medan, Ir Hafni Sahara MSc mengimbau calon eksportir baru, terutama dari kalangan milenial untuk memanfaatkan potensi komoditas pertanian untuk pasar ekspor. Apalagi, pihaknya melalui "Program Agro Gemilang" akan memberikan berbagai informasi dan bimbingan agar calon eksportir baru mudah memahami persyaratan sanitary dan phytosanitary (SPS) dari negara tujuan.

"Peta komoditas pertanian ekspor (iMace) yang selama ini diberikan pada pemerintah daerah, informasi umumnya juga bisa didapatkan di kantor layanan Karantina Pertanian Medan," ujarnya.

Kepala Barantan Kementan, Ir Ali Jamil Harahap bersama sejumlah undangan memecahkan kendi sebagai pertanda pemberangkatan ekspor sejumlah komoditas pertanian asal Sumut, di Kantor Karantina Medan, Selasa (27/8/2019). Foto Fey
Bupati Deliserdang, H Ashari Tambunan mengapresiasi upaya yang dilakukan pihak Barantan Kementan itu.

"Saya dan jajaran Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Deliserdang akan bekerjasama untuk mewujudkan upaya itu," tuturnya yang saat itu didampingi Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan, Samsul Bahri Rangkuti.

Sementara, eksportir salak madu, Dedi Juliardi yang merupakan Direktur CV Sinar Ponti menyambut positif atas ekspor perdana tersebut. Baginya, dukungan dari Kementan mampu meningkatkan kesejahteraan petani, mengingat harga pasar ekspor relatif lebih tinggi dibandingkan lokal. "Harga ekspor bisa mencapai Rp68.000 per kilogram, sedangkan di pasar lokal berkisar Rp20.00p per kilogram," paparnya.

Sekadar informasi, selain mengekspor 400 kg salak ke Thailand, ada juga bambu, rempah-rempah, kopi, bunga potong, daun jambu dan sirsak, ubi jalar, getah pinus, sarang burung walet dan gigi taring babi ke berbagai negara, seperti Jepang, Jerman, Korea Utara, Australia, Kamboja, Vietnam, Hongkong, Inggris, AS, China dan Rusia dengan total nilai Rp131,3 miliar. Fey

Komentar

Berita Terkini